"Jadi, lagu ini yang fiks lo nyanyikan ke dia?"
Tanya Varel setelah kurang lebih dua jam mereka berdua berkutik di depan layar komputer hanya untuk mencari sebuah lagu.
"Iya, dari sekian lagu yang kita cari, menurut gue lebih cocok yang ini. Simple, asik dan artinya pun nggak lebay."
Jawab Ezal sangat yakin dengan lagu yang dia pilih, yaitu I can't have you yang dinyanyikan oleh Shawn Mendes. Alasan lain kenapa dia memilih lagu itu, karena inti dari lagunya sendiri sesuai dengan perasaan dia ke Syila saat ini.
"Bagus deh kalau gitu."
Ucap Varel kemudian. Lalu di sana dia melihat Ezal yang mengambil gitar elektrik kesayangannya dan menyetel untuk lagu yang akan dia nyanyikan.
"Coba cari kunci lagunya di gugel."
Suruh Ezal kepada Varel. Dan Varel pun langsung mencari kunci lagu untuk lagu I can't have you.
"Nih."
Setelah Varel menemukan kunci lagu, Ezal kembali mengatur dan mengecek gitarnya apakah sudah sesuai apa belum.
"Lo langsung belajar malam ini juga?"
Tanya Varel yang melihat semangat temannya itu masih sangat membara sejak dua jam yang lalu.
"Yaa iya lahh."
Jawab Ezal cepat, yang membuat Varel terheran-heran. Entah pelet apa yang dipakai Syila sampai membuat temannya itu tergila-gila.
"Lo mau kemana?"
Tanya Ezal saat melihat Varel bangkit dari kursi.
"Lahh balik ke pondok lahh, udah jam delapan ini njir."
"Ck! Bentar lahh, temeni gue dulu. Ntar gue anter."
Mendengar itu membuat Varel menghembuskan nafasnya lalu menghempaskan dirinya di kasur Ezal.
"Zal."
Panggil Varel dengan nada seperti hendak berbicara serius.
"Hm."
Ezal di sana hanya berdeham tanpa menoleh ke Varel. Pandangannya sibuk melihat kunci lagu dan gitar di tangannya.
"Apa yang membuat lo yakin sama tuh cewe?"
Mendengar itu membuat Ezal menghentikan aktivitasnya, dan menoleh ke Varel.
"Dia beda."
"Beda?"
"Beda dari yang lainnya."
Jawab Ezal dengan pandangan melihat kunci lagu, tetapi di otaknya terbayang wajah polos Syila.
"Maksud kata beda dari lo nih apa? Dia polos? Lugu? Terlihat alim? Banyak yang kek gitu Zal."
"Yaa dia di mata gue beda, dia punya ketertarikan sendiri bagi gue, yang cewe lain nggak punya."
"Gue suka saat mata dia natap gue dengan rasa takut, gue suka wajahnya yang polos seperti bayi yang selalu bikin gue jatuh cinta, gue suka dengar suara gemeternya saat awal kita kenal. Itu poin pentingnya."
Varel melongo tidak percaya dengan jawaban Ezal yang sepertinya memang benar-benar dari hati. Dia seperti melihat Ezal yang lain.
"Waaahhh, emang beda yaa kalau udah kena."
"Lo bakalan ngerasain apa yang gue rasain kalau lo udah nemu cewe yang tipe lo banget."
"Iya deh, lanjutin aja tuh latihan mu."
---
Kini Syila sudah siap berangkat sekolah, dan sekarang dia sedang menunggu ke dua temannya yang masing bersiap.
"Mia."
"Kenapa Syil?"
"Ana dari kemarin merasa nggak enak, kenapa yaa?"
Sudah dua hari ini, sejak dia tidak sengaja saling menatap satu sama lain dengan Ezal. Dia merasakan ada sesuatu yang akan terjadi terhadap dirinya, entah apa itu.
"Anti sakit?"
"Ohh nggak, bukan gitu. Perasaan ana yang nggak enak."
"Coba telfon orang rumah Syil, barangkali anti kangen sama orang tua."
Sahut Hana seraya menghampiri Syila.
"Iyaa mungkin itu."
"Hmm, iya deh. Nanti abis sekolah ana hubungi orang tua."
Mungkin benar apa kata Hana. seprtinya dia hanya kangen dengan ayah dan bundanya.
"Yaudah, yok berangkat."
---
"Assalamu'alaikum."
Ucap Ezal seraya berjalan keluar rumah. Saat dia berjalan hendak menuju garasi rumahnya, tidak sengaja dia melihat Syila dan ke dua temannya yang berjalan keluar dari pondok putri.
Di sana tidak hanya Mia, dan Hana yang melihat keberadaan Ezal, tetapi Syila juga menyadari hal tersebut. Sepasang mata mereka bertemu, tetapi Ezal cepat-cepat memutuskan kontak mata, karena dia tidak ingin kedua teman Syila itu curiga.
Meskipun hanya satu detik ke dua mata mereka bertemu, sudah mampu membuat jantung Syila berdebar sangat kencang. Sementara Ezal dengan seenaknya langsung membuang muka setelah membuat detak jantung Syila menjadi tidak normal.
"Ya ampun ya ampun, mimpi apa nih tadi, pagi-pagi udah ketemu kak Ezal."
Ujar Mia kegirangan melihat Ezal yang berjalan keluar rumah.
"Ehh dia nglihatin kita."
Ucap Hana terkejut saat Ezal menoleh ke arah mereka bertiga.
"Nglihatin siapa dia yaa?"
Tanya Mia seraya menoleh ke kiri, kanan, belakang untuk melihat siapa yang sebenarnya Ezal lihat. Padahal yang dilihat Ezal berdiri tepat di sampingnya.
Sekarang Ezal sudah berada di dalam mobil yang baru saja dia keluarkan dari garasi. Menunggu mesin panas terlebih dahulu sebelum digunakan dengan sekali-kali menoleh ke spion mobil untuk menunggu Syila lewat.
Tidak menunggu lama, Syila dan ke dua temannya lewat. Mereka bertiga menoleh ke mobil Ezal, tetapi tidak melihat ke spion. Karena jendela mobil gelap, jadi Ezal tidak ketauhan kalau sedang melihat Syila dari spion. Di sana, Syila cukup lama memandangi mobil Ezal. Entah apa yang ada dalam pikiran anak itu. Tetapi di dalam mobil, cukup membuat Ezal tersenyum.
---
Ezal membunyikan klakson mobilnya saat dia memasuki area sekolah, kemudian melihat Ben dan Chandra yang hendak masuk ke dalam lorong sekolah.
"Ezal tuh."
Ujar Ben sedikit terkejut mendengar bunyi klakson dari mobil Ezal. Langkah mereka berdua berhenti untuk menunggu Ezal keluar dari mobil.
"Baru dateng kalian?"
Tanya Ezal seraya berjalan menghampiri ke dua temannya.
"Iya, kita barusan sampai."
Jawab Chandra, lalu kembali berjalan masuk ke dalam sekolah.
"Sekolahan ini ada gitar elektrik kan?"
Tanya Ezal tiba-tiba, yang membuat Ben dan Chandra menoleh bebarengan dengan ekspresi heran.
"Kenapa lo tiba-tiba nanyain soal gitar?"
Bukannya dijawab, Chandra malah balik bertanya.
"Gue udah nemu lagu buat gue nembak Syila, dan secepatnya gue harus hafal tuh lagu."
"Anjaaayyyy."
Ucap Ben dan Chandra bersamaan.
"Ada kok. Betewe, pake lagu apa lo?"
"lagu barat."
Jawab Ezal singkat untuk pertanyaan Chandra.
"Ternyata Ezal versi bucin tuh kek gini Chan, baru tahu gue. "
Ucap Ben kepada Chandra dengan gaya sedikit menyindir.
"Syalan."
---
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...