"Zal Zal, cewe lo anjir."
Karena posisi Ezal yang berada di pinggir jalan, dia pun langsung menoleh ke jendela mobil, dan tepat sekali saat Syila berjalan lewat di samping mobil Alwin.
"Lo nggak turun?"
Tanya Chandra merasa heran, karena Ezal yang hanya melihat Syila dan tidak segera turun dari mobil. Menyapa Syila atau mengajaknya makan bareng. Di sana Ezal masih diam, fokus dengan apa yang dilihatnya dari jendela mobil. Setelah objek yang dilihatnya sudah cukup jauh, dan tidak terlihat lagi di kaca mobil, Ezal baru menjawab pertanyaan dari Chandra tadi.
"Nggak."
"Lahh, why??"
"Lo tahu, Syila dan Lista lagi ada masalah di pondok. Gue nggak mungkin tetiba nyamperin dia yang posisinya ada Lista di sini, dan belum lagi nggak ada yang tahu kalau gue suka sama dia."
Jelas Ezal kepada Chandra. Dalam hatinya dia juga ingin sekali membuka pintu mobil dan menyapa gadis itu. Tetapi ketakutan dia lebih besar daripada keinginannya. Dia tidak mau masalah yang ada diantara Syila dan Lista semakin besar, dan jelas akan memberatkan gadisnya di dalam sana.
"Masalah?"
"Lo lihat krudung yang dipake Lista, itu sebenarnya krudung pelanggaran, cuma dia pinter dibalik krudungnya, jadi tulisan pelanggarannya nggak kelihatan."
Mendengar itu membuat Chandra menoleh ke Lista yang sedang memakai krudung berwarna merah muda mencolok.
"Masalah mereka sepele, tapi sampe buat dirinya sendiri pake krudung pelanggaran."
Lanjut Ezal yang masih memandang Lista dari dalam mobil dengan tidak suka.
"Tapi cewe lo nggak kan?"
"Nggak, soalnya Lista yang memperbesar masalahnya, bukan cewe gue."
---
"Mmm, kalau besok-besok aku ngajak kamu buat ketemuan lagi gimana? Boleh nggak?"
Tanya Alwin kepada Lidya dengan sedikit harapan pada dirinya.
"Mmm, kalau itu aku nggak bisa janji, soalnya aku kan di pondok, jadi agak susah."
"Iyaa, aku paham kok. Sebisa kamu aja, kalau bisa langsung kabari Varel yaa."
Di sana Lidya menjawab dengan angguka kepala yang terlihat ada keraguan di dalamnya.
"Aku tunggu kabar baiknya. Ketemuan selanjutnya biar kita berdua aja, nggak usah ngajak mereka."
"Hah??"
"Kenapa? Hehe, nggak mau yaa?"
Melihat reaksi Lidya yang terkejut itu, membuat Alwin merasa tidak enak hati telah mengatakannya tadi. Mengingat baru kenal kok sudah main berduaan aja.
"Aku pikir-pikir dulu yaa kalau soal ketemuan selanjutnya."
"Okeh, aman aja. Yaudah aku mau bayar dulu yaa."
Sepertinya dirinya belum 100% membuat Lidya jatuh hati dengannya, dia harus lebih effort lagi kedepannya. Tidak seperti dugannya, dia pikir Lidya sudah langsung lembek terhadap perilaku yang sudah dia keluarkan, tetapi ternyata, dia cukup kaku juga. Mungkin ini masih awal, kita lihat kedepannya bagaimana.
Melihat Alwin yang sedang membayar pesanannya di kasir, Lidya dan Lista pun juga ikut ke kasir untuk membayar pesananya. Mereka tidak tahu kalau semua pesanan sudah dibayar oleh sultan Alwin.
"Ada yang mau dipesen lagi Lid?"
Tanya Alwin saat menyadari Lidya sudah berdiri tepat di sampingnya.
"Ohh nggak, mau bayar."
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...