Sekarang jam delapan malam, dan Ezal memunculkan sebuah pemikiran secara tiba-tiba. Setelah dia mendapatkan balasan surat dari Syila, seakan dirinya telah diberikan sebuah harapan yang bagus untuk maju ke langkah selanjutnya. Dia pun segera menghubungi teman-temannya di grup.
Setelah itu Ezal langsung pergi ke kamar mandi untuk bersiap. Dia tidak sabar melihat bagaimana respon teman-temannya setelah dia bertanya mengenai langkah dia selanjutnya. Apakah mereka setuju atau bahkan menyuruhnya untuk tetap pada tahapan sekarang. Mari kita lihat nanti.
Setelah sekitar setengah jam bersiap, Ezal langsung turun ke lantai satu dan tidak sengaja bertemu dengan uminya yang lagi duduk di sofa sendirian. Terlihat di sana uminya sedang sibuk dengan beberapa tumpukan kertas di meja.
"Ezal mau kemana?"
Tanya uminya saat melihat anaknya yang turun dari tangga dengan setelan baju santai tapi masih terlihat rapih dan elegan di tubuh Ezal.
"Ezal mau ke warung biasanya mi sama teman-teman."
Jawab Ezal, lalu dibalas dengan anggukan serta senyuman dari uminya. Lalu Ezal pun mengucap salam sebelum keluar dari rumah.
Setelah berjalan kaki dari rumah menuju warung, dia pesan minuman terlebih dahulu sebelum duduk di tempat lesehan favorit dia dan teman-temannya.
Setelah lebih dari setengah jam Ezal menunggu mereka datang, akhirnya terdengar juga samar-samar suara mobil dari luar warung. Dan sudah dipastikan bahwa itu adalah mobil mewah Alwin, karena tidak ada lagi mobil dengan merk BMW masuk ke desa ini selain mobilnya Alwin.
"Lama banget anying."
Ujar Ezal saat Alwin masuk ke dalam warung lalu di susul dengan dua lainnya.
"Nungguin Chandra mandi dulu tadi."
Jawab Alwin seraya menunjuk Chandra yang berjalan di belakangnya dengan ibu jarinya.
"Ya lo tiba-tiba banget."
Sahut Chandra dengan duduk di samping Ezal, lalu di susul dengan Ben yang duduk di depan Chandra.
"Eh pesenin sekalian Win, gue kopsu."
Ucap Ben kepada Alwin yang posisinya masih berdiri.
"Gue teh tarik aja deh."
Sahut Chandra yang juga menitip pesan minuman ke Alwin. Padahal niat mereka memang sengaja biar Alwin yang bayar.
"Gimana-gimana? Keknya ada yang perlu lo omongin."
Tanya Ben merasa bahwa Ezal akan menyampaikan sesuatu kepada teman-temannya.
"Gue mau nembak Syila."
---
"UHHUUKKKK UHHUKKKK!!!!"
"Anti kenapa Syil??"
Tanya Mia khawatir melihat Syila yang tiba-tiba tersedak minumannya sendiri.
"Uhhukkk!!! Nggak tahu."
Jawab Syila dengan memegang lehernya yang sakit dan perih.
"Hati-hati Syila kalau minum."
Sahut Hana menasehati Syila.
Entah kenapa dada Syila menjadi berdetak cepat setelah dirinya tersedak tadi. Apakah karena efek tersedak, tetapi dia merasakan ada suatu hal yang berbeda, entah apa itu. Dirinya merasa akan ada suatu hal yang terjadi dalam waktu yang beredekatan.
"Syil? Nggak papa kan?"
Tanya Hana tiba-tiba merasa khawatir karena Syila yang langsung melamun dan terdiam dengan tangan kanan di depan dada.
"Ohh nggak, nggak papa."
---
"Gue mau nembak Syila."
Ucap Ezal dengan spontan yang langsung membuat kedua temannya cengo. Alwin yang berada di meja kasir saja sampai menoleh ke Ezal dengan ekspresi yang sama.
"Anjir, beneran lo Zal?"
Tanya Ben yang masih tidak percaya dengan ucapan Ezal barusan.
"Eh lo tuh masih bentaran doang pdkt nya, cepet banget udah main gas aja."
Sahut Chandra yang merasa bahwa Tindakan Ezal kali ini terlalu cepat.
"Kenapa lo tiba-tiba memutuskan untuk cepat nembak dia?"
Tanya Alwin seraya duduk di samping Ben.
"Simpel aja sebenarnya, dia balas surat ku yang kemarin."
Jawab Ezal jujur dan seadanya.
"Trus lo berpikiran bahwa dia udah mulai terbuka dan udah mau berinteraksi dengan lo."
Ucap Alwin menyimpulkan maksud Ezal untuk cepat menjadikan Syila pacar. Dan di sana Ezal mengangguk dengan perkataan Alwin yang sangat sesuai dengan perasaannya sekarang.
"Kalau gitu gini Zal, tahan dulu jangan buru-buru. Soalnya dia baru awal-awal terbuka sama lo, takutnya kalau lo melangkah maju, dan dia kaget alhasil lo ditolak."
Sahut Chandra khawatir dengan keputusan Ezal. Mendengar itu membuat Ezal terdiam, otaknya berpikir keras untuk menimbang-nimbang saran dari Chandra.
"Kalau gue sii, beraniin aja sii Zal, soal ditolak nggaknya lo bisa ngulang lagi dari awal."
Ucap Alwin mendorong Ezal untuk tetap pada pendiriannya.
"Maaf Zal, untuk kali ini gue setuju dengan Chandra, lo terlalu cepat, takutnya kalau lo nembak dia, dia bakalan menjauh."
Sambung Ben yang sedari tadi juga memikirkan saran dari kedua temannya untuk Ezal.
Sementara Ezal masih memutar-mutar otaknya untuk memilih saran mana yang baik untuk dirinya. Apakah dia akan tetap pada kemauannya, atau menerima saran dari Chandra dan Ben.
"Gue akan nanya ke Varel dulu soal ini."
Ucap Ezal kemudian, setelah ada sekitar tiga menit terdiam.
---
kalau menurut kalian gimana, setuju or tidak setuju dengan kemauan Ezal?
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Fiksi RemajaKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...