- 81 -

93 4 0
                                    

Dini hari, di jam tiga seperti apa yang diperintahkan oleh Ezal, Syila membuang semua barang berian pacarnya. Tepat di jam 3 dini hari adalah jadwal tukang bersih-bersih pondok itu mengangkut semua sampah. Suasana pondok masih sangat sepi sekali, hanya ada beberapa santri yang berada di masjid untuk melaksanakan sholat tahajud.

Di pondok Ar-raudhah ini memang tidak diwajibkan untuk menjalankan sholat tahajud, hanya santri-santri yang berkeinginan saja.

"Ibu ibu, permisi saya mau buang sampah."

Panggil Syila dengan suara yang sangat pelan agar tidak mengganggu santri lain yang sedang tidur.

"Oh iya dek. Pagi-pagi sekali, abis tahajud an ya?"

Mendengar itu membuat Syila tertawa kikuk seraya membuang sampah dengan plastik berwarna hitam ke dalam gerobak.

"Masya Allah, yaudah mari dek."

Ucap ibu tersebut dengan tatapan kagum.

"Iya buk."

Ketika ibu tersebut sudah mulai berjalan menjauh dengan menarik gerobak sampah, Syila segera kembali ke kamar sebelum ada yang menyadari keberadaannya.

---

Sekarang hari minggu, dan kini jam menunjukkan pukul 07.20, Ezal berencana bertemu dengan Renda pagi ini. Sekarang ia tengah berjalan menuju pondok putra. Ia ingin menyampaikan beberapa hal kepada anak itu untuk lebih waspada dan teliti dalam mengawasi Syila.

"Zal! Masya Allah gus ku satu ini makin cakep aja. Gimana kabarnya? Udah lama nggak lihat."

Seru salah satu ustadz yang tidak sengaja melihat keberadaan Ezal.

Seru salah satu ustadz yang tidak sengaja melihat keberadaan Ezal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Outfit Ezal waktu itu

"Baik aja ustadz."

"Wah, alhamdulillah. Btw mau cari siapa?"

Tanya ustadz yang umurnya sekitar 24 tahun tersebut seraya menyampirkan sajadah di pundaknya.

"Eee, Varel sama Renda."

"Ohhh, dua anak itu biasanya telat sii, tunggu aja."

Ezal hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Yaudah, ana ke kamar dulu ya."

Ucap ustadz tersebut sambil menepuk pelan pundak Ezal. Kemudian Ezal pun memutuskan untuk menunggu dua human itu di tangga masjid. Tidak sedikit santri sana yang menyapa atau bahkan sekedar bertanya kepada Ezal. Meskipun dalam catatan sejarah pondok Ezal adalah santri yang cenderung susah di atur, tetapi ia sangat ramah kepada siapapun.

"Bang Ezal!!!"

Teriak Renda penuh antusias saat melihat Ezal yang sedang duduk di tangga masjid. Benar sekali, Renda berangkat sekolah bersamaan dengan Varel. Tanpa disuruh, mereka berdua berjalan mendekati Ezal.

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang