- 87 -

114 8 3
                                    

"Karena kakak juga dapat info kalau Syila sempat mendapatkan sebotol susu dari gus Ezal. Apa benar?"

Sialan! Syila tidak bisa menjawabnya. Siapa sebenarnya santri yang memberi tahu Shakira mengenai ini semua. Se detail apa santri itu sampai sebotol susu pun tahu.

"Syila?"

"Iya kak."

"Iya bagaimana? Coba ceritakan."

"Iya, kak Ezal sempat memberi ana sebotol susu."

Terpaksa Syila harus jujur karena ia sudah ketahuan berbohong disini.

"Dimana botol itu?"

Tanya Shakira seraya melirik kebelakang Syila karena mendapatkan sinyal dari dua orang yang berada di kamar Syila, mereka memberi tahu bahwa semua barang bukti tidak ada di lemari Syila.

"Syila juga membuangnya ya?"

"Iya kak."

"Oke baik, kemudian surat dan susu itu bisa di tangan Syila bagaimana ceritanya?"

Pertanyaan yang Syila takutkan sedari tadi akhirnya muncul. Ia harus menjawab apa kali ini.

"Eee, di—tiba-tiba semua itu sudah ada di loker ana kak."

"Syila tidak tahu siapa yang naruh itu disana?"

"Tidak kak."

Oke. Kali ini Syila masih selamat karena bisa menjawab dengan benar.

"Nah disini, kakak juga dapat informasi kalau ada kakak kelas yang pernah bertanya ke salah satu teman Syila mengenai bangku Syila ada dimana, Syila tahu siapa kakak kelas itu?"

Jelas yang dimaksud disini adalah Varel. Tapi awalnya Syila memang tidak tahu Varel itu yang mana, jadi mungkin ia juga aman di pertanyaan yang ini.

"Tidak kak."

"Namanya Varel, teman sekelasnya gus Ezal. Syila tidak tahu?"

"Tidak."

"Oke, jadi Syila tidak tahu siapa itu Varel. Mmm, mungkin segitu saja pertanyaan untuk kali ini, mungkin nanti akan ada sidang selanjutnya bersama dengan yang lainnya."

Ucap Shakira seraya menyerahkan buku besar dengan tulisan 'BUKU PELANGGARAN BERAT UU PONDOK PUTRI AR-RAUDLA' di hadapan Syila. Tetapi Syila diam dengan wajah terkejut dan berpikir keras. Akan ada sidang selanjutnya dengan yang lainnya? Siapa yang lainnya? Apakah dengan santri yang mendapatkan kasus sama dengan dirinya?

"Ini Syila tanda tangan dulu disini."

Pinta Sakhira terhadap Syila. Setelah beberapa detik, Syila pun akhirnya memberi tanda dirinya sesuai dengan perintah Shakira.

"Kakak ucapkan terimakasih, dan kakak harap Syila bisa jujur di sidang berikutnya. Kakak keluar dulu ya."

Ucap Shakira, lalu beranjak dari duduknya dan berjalan keluar masjid meninggalkan Syila yang masih duduk dengan pandangan kosong ke depan.

Energi Syila benar-benar terkuras habis hanya untuk beberapa pertanyaan yang menurutnya sangat berat sekali untuk di jawab. Tidak terasa, air mata pun perlahan mulai menetes, dan ia pun terisak. Ia menangis dengan posisi memeluk kedua kakinya yang ditekuk. Ia menenggelamkan kepalanya supaya sedikit meredam suara tangisnya. Beruntung suasana pondok sudah sepi, karena memang waktunya mengaji sore.

---

Sementara disisi lain, setelah mobil berhenti tepat di depan rumah Ezal. Varel dan Renda turun lalu langsung menuju ke gedung sekolah, sementara Ezal langsung lari masuk ke dalam rumahnya tanpa memarkirkan mobilnya ke garasi terlebih dahulu. Langkah kakinya berhenti tepat di depan lemari buku yang berada di ruang tamunya. Tangan kanannya terulur mengambil buku besar dengan tulisan 'BUKU PELANGGARAN BERAT UU PONDOK PUTRI AR-RAUDLA'. Ia membuka buku itu langsung di halaman paling akhir buku itu diisi. Matanya tertuju di daftar paling akhir. Tidak ada. Tidak ada nama Syila disana.

Seketika otaknya berpikir keras. Kalau memang sudah sidang, seharusnya nama Syila sudah tertera di buku itu, tetapi tidak ada. Apakah Shakira belum konfirmasi ke pemilik pondok soal ini?

Ia pun menarik nafas legah, setidaknya berita itu belum sampai ke orang tuanya. Kemungkinan pihak pengurus masih mencoba mengulik kasus ini lebih dalam, sehingga akhirnya nanti dibawa ke pemilik pondok. Akhirnya ia mengembalikkan buku itu ke tempatnya lagi, dan ia berjalan menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, ia langsung menghampiri jendelanya, dan membuka tirai yang menutupi pandangannya. Sepi dan sunyi, hanya terdengar suara angin menyapu pepohonan yang ada di pondok putri. Matanya memandang sedih kamar kekasihnya yang kini tertutup rapat itu. Entah bagaimana keadaan kekasihnya sekarang.

Kemudian samar-samar terdengar suara langkah kaki. Pandangannya pun menjadi teralihkan. Ke dua matanya melebar saat melihat sosok yang kini tengah berjalan dari arah masjid itu dengan kepala menunduk. Iya benar, sosok itu adalah Syila. Tanpa sadar, tangan kirinya meremas tirai jendela nya dengan erat. Payah, sangat payah. Ia tidak bisa memeluk kekasihnya dalam keadaan serapuh itu. Padahal bisa saja ia langsung berlari keluar dari rumahnya dan menghampiri gadis itu. Tetapi itu tetap tidak mungkin terjadi, yang ada gadisnya akan mendapatkan hukuman yang lebih berat nantinya.

"Maaf, aku membangun cinta di situasi dan kondisi yang salah Syila."

---

Mengaji sore akan selesai dalam waktu setengah jam lagi, tetapi Mia dan Hana memutuskan untuk keluar terlebih dahulu. Mereka ingin melihat kondisi temannya sekarang setelah melakukan sidang. Pasti dia membutuhkan seorang teman di saat yang seperti ini.

Tiba di kamar, mereka melihat Syila yang sekarang tengah tidur di lantai dengan posisi meringkuk. Pundaknya terlihat naik turun dengan suara sesenggukan yang terdengar dengan jelas. Sontak membuat mereka berdua langsung menghampiri Syila.

"Syila, anti gapapa?"

---

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang