- 44 -

463 31 7
                                    

Di sana Renda memandangi surat Syila yang berwana pink di tangannya itu. Entah kenapa senyumannya terbit dari wajahnya. Dia merasa sangat bahagia saat Syila yang akhirnya membalas surat dari Ezal. Serasa dia yang mendapat balasan surat, padahal bukan. Perasaan Ezal nanti pasti sama dengan yang dirasakan sekarang, atau bahkan lebih dari ini.

"Bang Varel!!!"

Teriak Renda saat di gedung sebrang sana melihat Varel yang baru saja keluar dari kelasnya.

Di sana terlihat Varel yang bertanya dengan mengangkat dagunya dengan ekspresi wajah menyerengit. Kemudian Renda mengangkat surat dari Syila, menunjukkan kepada Varel.

"Hah??"

Tanya Varel tidak paham maksud Renda.

"Dari dia."

Jawab Renda dengan suara lantang. Lalu kemudian Varel mengangkat ibu jarinya seraya menganggukkan kepala.

---

Sekarang jam sudah menunjukkan hampir pukul jam tiga sore. Varel dan Renda sedang menunggu kedatangan Ezal di gazebo. Sudah sekitar 20 menit mereka berdua menunggu, berharap Ezal langsung pulang dan tidak mampir di warkop tempat biasa circle Ezal kumpul.

"Zal!"

Seru Varel saat melihat Ezal yang baru saja keluar dari mobil mewah Alwin.

"Oi."

"Itu kenapa si Alwin langsung balik?"

Tanya Varel ketika melihat mobil Alwin yang langsung putar balik setelah mengantarkan Ezal.

"Ohh itu dia lagi ada urusan sama bokapnya, kalian kenapa di sini?"

"Nih, bang."

Ucap Renda seraya memberikan secarik kertas berwarna pink dari Syila. Di sana Ezal terlihat ragu mengambil surat tersebut dari Renda.

"Dari doi lu."

Sahut Varel memperjelas, karena terlihat wajah Ezal kebingungan di sana.

"Dari dia??"

Ezal mempertanyakan lagi, merasa tidak percaya bahwa gadis itu akan membalas suratnya.

"Hmm, tadi waktu istirahat di kasihkan ke Renda."

"Thank's yaa."

Ucap Ezal kemudian, diiringi dengan senyuman lebar yang menandakan bahwa dirinya sangat bahagia dan speechless.

"Good luck deh buat lo."

Varel memberikan semangat seraya menepuk pelan lengan Ezal. Setelah itu Ezal langsung berjalan masuk ke dalam rumahnya. Dia sangat tidak sabar melihat isi surat pertama kali dari Syila. Sementara Varel dan Renda juga kembali ke pondok untuk segera menjalankan sholat wajib ke tiga.

Sesampainya di kamar, posisinya sekarang sudah duduk di kursi belajarnya, menaruh asal tas ranselnya di lantai. Senyuman lebar di wajahnya masih setia menempel di sana. kemudian tangannya dengan perlahan membuka lipatan dari kertas berwarna pink itu. Entah kenapa detak jantungnya menjadi berdebar begitu saja. Pasalnya inilah hal yang paling dia tunggu sejak pertama kali dia mengirim surat ke gadis itu.

 Pasalnya inilah hal yang paling dia tunggu sejak pertama kali dia mengirim surat ke gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

maaf ges, tulisan ku jelek banget :)

Setelah kertas pink itu terbuka dengan sempurna terlihat di sana tulisan arab yang artinya 'terimakasih' di akhiri dengan emot senyum. Ya! Se simple itu padahal isi suratnya, tetapi mampu menampar dirinya hingga membuatnya salting brutal. Dia mengacak rambutnya kasar karena salah tingkah. Sudah seperti orang stress, tetapi bukan.

"Ternyata kamu butuh dipancing dulu yaa baru balas surat ku."

---

Di dalam sana, di dalam pondok putri, ada seorang gadis yang sudah sekitar setengah jam berdiri di ambang pintu kamarnya, sesekali melihat jendela kamar Ezal dengan perasaan gelisah. Entah kenapa dia jadi merasa overthinking setelah membalas surat dari Ezal. Dia takut balasan surat darinya tidak sesuai dengan ekspetasi Ezal. Dan membuat cowo itu kecewa.

"Syil!!!"

"Hah?!"

Teriakan dari Mia seketika membuatnya terkejut dan menoleh ke sumber suara.

"Anti kenapa dari tadi di situ?? Udah adzan ashar nih, anti nggak sholat?"

"Ohh iyaa iyaa."

Setelah itu Syila bergegas ke belakang kamar untuk mengambil air wudhu. Sementara Mia dan Hana melihat heran kelakuan Syila yang terlihat sedikit aneh.

---

Tanpa sadar, Ezal bangkit dari duduknya dan perlahan membuka gorden jendelanya untuk mencari keberadaan gadisnya. Bullshit memang, dulu dia melarang Ben untuk membuka gorden jendelanya karena itu adalah suatu hal yang melanggar privasi. Tetapi sekarang dirinya malah sering melakukan hal itu.

Dia membuka sedikit gordennya, dan tanpa sengaja detik itu juga kedua matanya bertemu dengan kedua mata Syila yang sedang melihat ke arahnya seraya berjalan keluar kamarnya, dengan posisi memakai mukenah. Detik itu juga keduanya sama-sama terkejut, tetapi Ezal langsung menyunggingkan senyumnya sebelum gadis itu memutuskan kontak mata.

"Makin cantik aja tuh cewe kalau pake mukenah."

Sementara di sisi lain, Syila yang sangat tidak sengaja atau memang sebuah kebetulan, saat dirinya kembali melihat ke jendela Ezal, dan ternyata ada orangnya di balik jendela. Hal itu jelas saja membuat kedua matanya melotot, apalagi Ezal yang langsung menyunggingkan senyumnya membuatnya langsung memgalihkan pandangannya. Wajahnya seketika merasa panas karena hanya melihat senyuman tampan Ezal. Padahal hanya sedetik saja efeknya seperti ini, bagaimana jika nanti kalau dia benar-benar memiliki hubungan dengan cowo itu? Ah! Dirinya terlalu halu begitu tinggi.

---

jujurly aku salting di bab ini, huhu... 

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang