- 86 -

113 8 0
                                    

"Semuanya udah tahu Zal, hubungan lo udah kebongkar."

Seletika Ezal membanting setir ke kiri dan berhenti secara mendadak hingga ban mobil berdecit saking mendadaknya Ezal menekan pedal rem. Dunia serasa hancur seketika. Kepalanya seperti ditimpa batu besar. Kedua tangannya mengerat di setir mobil.

"Syila gimana?"

Hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya. Sebenarnya banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya, tetapi prioritasnya kini hanyalah Syila.

"Gue nggak tahu bang, gua takut kalau Syila sampai di sidang."

"Itu pasti terjadi, jika semua santri udah tahu."

Jawab Ezal yang sudah hafal dengan semua yang terjadi di pondok putri.

"Kalau gitu, orang tua lo juga bisa tahu dong, kan ini berhubungan sama lo."

Sahut Varel, karena buku pelanggaran paling besar juga dimiliki oleh pemilik pondok.

"Itu bukan fokus gue sekarang Rel, yang sekarang gue pikirkan adalah kondisi cewe gue yang jelas-jelas dia butuh gue, tapi gue sebagai cowo gabisa ngapa-ngapain."

---

Sore hari telah tiba, seusai sholat ashar berjamaah Syila tidak langsung kembali ke kamarnya untuk mengambil kerudung, karena ia sudah membawa kerudung untuk nantinya ia pakai saat sidang. Ia sekarang terduduk lemas di tangga masjid. Pandangannya kosong ke depan. Saking kacaunya pikirannya, sampai ia merasa dirinya sekarang benar-benar kosong. Jujur saja, ini terlalu mendadak untuknya. Ia belum siap untuk melakukan sidang. Tapi takdir sudah berkata demikian, ia tidak bisa lari dan dipaksa untuk menghadapinya dengan seorang diri.

"Syila."

Seru Hana dari arah belakang seraya menyentuh pelan pundak Syila. Di sana Syila tidak menoleh, pandangannya tetap lurus ke depan. Mia dan Hana pun ikut duduk di samping Syila.

"Maafkan kita Syil, kita cuma bisa diam saat semuanya udah kebongkar."

Ucap Mia menatap Syila dengan tatapan sendu.

"Tapi percayalah Syil, kita tetap ada di pihak anti kok. Jangan merasa sendirian ya."

Sahut Hana dengan tangan yang tidak berhenti mengelus lembut pundak temannya.

"Kita lanjut bicara nanti ya Mia Hana, ana ke kamar pengurus dulu."

Ujar Syila, lalu bangkit dari duduknya dan berjalan dengan langkah yang berat menuju kamar pengurus. Mia dan Hana melihat dengan kesedihan yang mendalam karena tidak bisa melakukan apapun untuk temannya.

"Assalamu'alaikum."

Ucap Syila saat diirinya sudah berada di depan pintu kamar pengurus pondok. Terlihat semua orang yang ada di dalam kamar itu menoleh ke sumber suara. Tatapan mereka seakan memberikan arti negative untuk Syila.

"Syila ya?"

Tanya seorang wanita dengan paras cantik namun terlihat dewasa. Syila tidak mengetahui wanita tersebut sebagai apa di pengurus pondok.

"Iya kak."

"Oke sebentar ya, tunggu sini dulu."

Ucap wanita tersebut, lalu kembali lagi masuk ke dalam kamar.

Tidak membutuhkan waktu lama, wanita tadi pun keluar kamar dengan membawa buku besar di tangan kirinya dengan tulisan 'BUKU PELANGGARAN BERAT UU PONDOK PUTRI AR-RAUDHAH' dan sebotol air minum yang menggantung di tangan kanannya. Jelas saja tulisan itu terlihat oleh Syila, yang langsung membuatnya semakin lemas.

"Ayo, kita bicara di masjid ya."

Ujar wanita tersebut dengan ramah. Lalu mereka berdua pun berjalan menuju masjid. Banyak pasang mata melihat Syila yang berjalan berdampingan dengan ketua pengurus pondok. Sudah jelas mereka semua tahu jika Syila sedang di sidang.

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang