"Kok sepi Zal?"
Tanya Chandra saat mereka berempat berjalan menuju pondok putra yang tempatnya berada di belakang Gedung sekolah.
"Iyaa, waktunya ngaji malam."
Setelah mendapat jawaban dari Ezal, disana Chandra hanya ber'ohria seraya menatap bangunan disekelilingnya.
"Win, lo yakin masuk pondok pake celana pendek gitu?"
Ujar Ben yang baru sadar jika celana yang dikenakan Alwin kurang pantas jika dipakai di lingkup pondok seperti ini. Meskipun Alwin adalah non muslim.
"Ngaca deh lo Ben, celana lo sobek-sobek gitu."
Sergah Chandra membalikkan ucapan Ben yang ditujukan untuk Alwin. Anak itu memang tidak sadar diri, padahal celana yang dia pakai juga tidak jauh beda dengan celana yang Alwin pakai.
"Iya juga sii."
Ucap Ben seraya melihat celana miliknya sendiri. Sementara disana, Ezal dan Alwin hanya diam mendengarkan obrolan kedua temannya yang sama-sama memiliki karakter absurd.
Kini mereka ber empat sudah berada di dalam kamar Ezal. Ben, Chandra dan Alwin tidak berhenti sama sekali untuk mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Sudah seperti orang yang pertama kali memasuki ruangan yang baru pertama mereka tempati.
Seperti kamar-kamar pondok pada umumnya, disana ada banyak lemari yang di berjejer rapih, dan juga Kasur dengan tebal sekitar 10cm tersusun rapih di pojok ruangan.
"Kamarnya besar juga yaa, seukuran kamar lo nggak sii Zal?"
Tanya Ben dengan pandangan yang tidak lepas dari langit-langit kamar, seraya mengira-ngira besarnya kamar pondok dengan kamar Ezal.
"Nggak, masih besaran ini."
Jawab Ezal seraya membuka kunci pada lemarinya sendiri.
"Betewe, ada berapa anak dalam satu kamar?"
Tanya Alwin yang mulai kepo tentang pondok.
"Sekitar dua belas sampai lima belas, kalau disini ada dua belas."
Disana ketiga temannya terlihat menganggukkan kepalanya paham.
Ezal mulai mengeluarkan semua barang yang ada di dalam lemarinya. Disana ada buku-buku pelajaran, beberapa pakaian, dan juga sepatu yang terletak di bagian paling bawah dari lemari itu.
"Lahh barang lo kok cuma dikit Zal?"
Kini giliran Chandra yang bertanya. Dia baru sadar jika pakaian Ezal disana hanya ada beberapa saja, mungkin bisa dihitung.
"Iyaaa, rumah gue kan disini. Jadi yaa ngapain bawa baju banyak."
"Berarti lo sering pulang dong?"
Sahut Ben yang berdiri tepat di belakang Ezal.
"Hmm, disini mah Cuma buat gue kumpul sama temen-temen doang. Tidur, makan, mandi juga gue sering di rumah."
Disana ketiga temannya kembali bergumam dengan mulut membentuk huruf O.
---
"Zal?!"
"ANJING BUSET KAGET GUE!!"
Teriak Chandra terkejut saat Varel yang tiba-tiba muncul dari arah kamar mandi. Bagaimana tidak serangan jantung, Varel yang tiba-tiba nongol di ambang pintu perbatasan antara kamar dan ruangan belakang, apalagi dengan posisi ruangan belakang lampunya tidak nyala.
"Oe Rel."
Seru Ezal, lalu melakukan salam persahabatan dengan Varel.
"Ini temen lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...