- 56 -

376 14 1
                                    

"Jangan lupa dibalas, dia mengharapkan balasan dari lo."

Ucapan dari Varel itu terus mengganggu pikiran Syila, sehingga dia tidak bisa fokus mendengarkan materi ngaji dari kyai Anwar. Surat dari Ezal memang sudah dia baca, tetapi dua memo itu belum sempat dia dengarkan. Yang isi dari memo itu adalah Ezal menyanyi untuknya seperti yang Ezal kasih waktu itu.

"Han."

Panggil Syila di saat Hana yang tengah fokus mencatat materi dari kyai Anwar.

"Kenapa Syil?"

"Perut ana tetiba sakit, bisa anter ke kamar nggak?"

"Keknya dari tadi sepulang sekolah perut anti bermasalah deh Syil."

Sahut Mia yang merasa khawatir dengan temannya.

"Yaudah, ayo ana antar—di kotak obat masih ada obat sakit perut kan Mi?"

Ucap Hana yang langsung berkenan untuk mengantar Syila ke kamar.

"Coba cari aja Han, se ingat ana masih ada sii."

"Oke, ayo Han."

Kemudian Syila dan Hana pun berjalan keluar kelas.

Tidak ada yang bisa Syila lakukan selain melakukan kebohongan bodoh yang baru pertama ini dia lakukan demi untuk mengetauhi apa isi di dalam dua memo dari Ezal. Jika dia belum mengetahuinya, bagaimana bisa dia membalas surat dari Ezal. Dan hanya kebohongan ini yang membuatnya aman, Ketika kamar sepi, Syila bisa melakukan apa saja di sana.

"Syukron yaa Han."

Ucap Syila saat mereka berdua sudah berada di dalam kamar.

"Hmm, ana cari obatnya dulu."

Hana mencari obat sirup sakit perut di kotak obat yabg tertempel di dinding kamar, sementara Syila langsung berbaring di kasur yang telah dia siapkan sendiri.

"Duh, kok nggak ada yaa Syil."

Ucap Hana dengan pandangan masih fokus mencari obat.

"Gapapa Han, aku masih ada madu."

"Ohh, oke. Yaudah ana lanjut ikut ngaji dulu ya, anti segeralah tidur."

Jawab Syila dengan anggukan kepala, kemudian Hana berjalan keluar kamar, kembali menuju sekolah untuk melanjutkan aktifitasnya.

Dirasa Hana sudah benar-benar turun dari lantai dua, Syila langsung bangkit dari tidurnya dan segara menutup pintu. Kemudian dia berjalan menuju kamar salah satu kakak kelasnya yang memiliki MP3.

"Kak, ana pinjam dulu ini yaa."

Ucap Syila setelah menemukan MP3 beserta earphone yang tergantung di pintu lemari. Lalu dia segara mengeluarkan salah satu memo dan memasukkan di dalam MP3 tadi.

"Hey Syila, this is for you."

Syila terkejut mendengar suara Ezal yang tiba-tiba itu. Tetapi sedetik kemudian senyuman di wajah terbit.

[ play if I cant't have you music ]

Sewaktu berjalannya lagu itu mengalun di telinganya, senyuman Syila tidak luntur sedikit pun. Dia merasa sedang berada di taman yang penuh dengan bunga bermekaran. Hatinya sangat tenang mendengar suara merdu dari Ezal. Tanpa dia sadari, dia mengginggit ujung ibu jarinya karena tidak bisa menahan salah tingkahnya.

"Ohh ya ampun, ini beneran kak Ezal?? Tidak terlihat seperti tampangnya yang dengin dan kaku."

Ucap Syila kepada dirinya sendiri. Lalu dia mencari buku diarynya dan menyobek satu kertas yang menurutnya menarik, karena tiap halaman dari buku itu berbeda-beda. Kemudian dia menulis sesuatu di atas kertas itu menggunakan spidol berwarna pink.

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang