- 95 -

100 7 3
                                    

"Gapapa Syila, jawaban ayah mu ada benarnya juga, kita memang masih anak-anak. Mungkin memang kita dipertemukan bukan untuk bersatu. Senang bisa mencintaimu dalam waktu sesingkat ini Syila."

Sahut Ezal dengan pandangan tulus menatap gadis cantik di depannya. Alma yang duduk tepat di samping Ezal, tangannya terulur untuk mengelus lembut pundak anaknya.

"Saya berharap Syila tidak mendapatkan hukuman yang berat, biar saya saja yang mendapatkan hukuman."

Lanjut Ezal seraya melihat Shakira dan Anwar secara bergantian.

"Abi senang dengarnya, kamu bisa menerima ini semua. Jadi untuk hukuman yang Syila dapat ustadz, sebenarnya dari undang-undang pondok itu menghafal qur'an surat At-taubah, ya begitu umi?"

"Iya benar, jadi menghafal surat At-taubah dan juga memakai kerudung pelanggaran. Tetapi dikarenakan sudah melewati batas itu sebenarnya dikeluarkan dari pondok."

Sahut Alma menjelaskan mengenai hukuman yang ada sesuai dengan UU Pondok.

"Nah, saya dan istri saya merundingkan bahwa Syila bisa tetap belajar dan tetap tinggal di pondok, tetapi untuk hukuman menghafal dan memakai kerudung pelanggaran itu tetap dilaksanakan."

Kemudian Anwar melanjutkan penjelasan dari Alma. Mendengar itu membuat Ezal legah, setidaknya Syila tidak dikeluarkan dari pondok.

"Ohh, Syila diberi keringanan begitu yaa Kyai?"

Tanya Rasyid memastikan.

"Iya benar, karena memang ini faktornya kan dari anak saya."

"Lalu, hukuman untuk Ezal apa?"

Tanya Ezal penasaran mengenai hukuman apa yang akan ia dapatkan.

"Abi dan umi sepakat bahwa kamu akan kuliah di Turki."

Ezal pun tersenyum, mau tidak mau ia harus menerima dan menuruti kemauan abinya kali ini. Setidaknya masih ada sedikit waktu untuk bisa bertemu dengan Syila meskipun tidak seperti dulu lagi.

Mendengar itu membuat Syila menatap Ezal sedih. Jika Ezal berangkat ke Turki, bagaimana dengan hubungan ini? Apakah benar-benar akan berakhir sekarang?

"Baik kalau begitu Kyai, karena semuanya sudah jelas, mungkin saya dan istri saya pamit undur diri. "

Ucap Rasyid mengakhiri pertemuannya.

"Iya ustadz, terimakasih banyak sudah datang."

Sahut Anwar bangkit dari duduknya dan menjabat tangan Rasyid. Begitu juga dengan Alma dan Hanna.

Kemudian saat Rasyid bersalaman dengan Ezal, pria yang berumur 45 tahun itu tersenyum lalu tangan kirinya memegang pundak Ezal.

"Segera lupakan anak saya yaa, gapapa ini tadi dibuat pelajaran aja. Nggak usah sedih."

"Siap om, terimakasih."

---

Setelah pertemuan tadi, sungguh menguras tenaga Ezal. Kini ia terduduk lemas di kursi belajarnya. Pandangannya kosong ke depan melihat dinding berwarna abu muda itu. Isi kepalanya sangat ramai, kalimat penolakan dan perintah untuk melupakan Syila itu terus saja berputar di kepalanya. Semenatara hatinya masih saja sakit sampai sekarang. Ternyata tulus saja tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan.

Disisi lain, Syila dengan posisi duduk meringkuk di depan lemarinya menangis sejadi-jadinya. Ia sungguh kecewa dengan ayahnya yang langsung saja menolak ajakan ta'aruf itu. Tidak hanya itu, dalam waktu dekat ia juga akan berpisah dengan Ezal. Bukan lagi soal beda sekolah, tetapi beda negara.

---

"Sebelum menutup ngaji malam ini, saya selaku pemilik pondok menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya kepada santri-santri saya. Saya mewakili anak saya Ezal Zulchair meminta maaf dikarenakan telah membuat kericuhan atas perbuatan buruk yang telah anak saya buat."

Ucap Anwar yang sekarang tengah berdiri tegak di atas mimbar. Semua santri seketika berbisik satu sama lain mengenai permintaan maaf Kyainya.

"Ezal sekeluarga juga sudah meminta maaf kepada keluarga Syila. Syila dan Ezal juga masing-masing telah mendapatkan hukuman yang sudah disetujui oleh keluarga Syila. Saya harap, para santri tidak membuli atau bahkan menjauhi Syila karena kasus yang telah dia buat. Saya harap semua sudah selesai, dan tidak lagi membahas ini lebih panjang lagi. Sekian, kita tutup ngaji malam ini dengan bacaan hamdalah. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Lanjut Anwar sangat berharap bahwa kasus ini benar-benar sudah berakhir dan Syila tidak mendapatkan pembulian di dalam pondok maupun di sekolah. Karena sebagai pemilik pondok sekaligus orang tua Ezal, ia tahu betul jika para santri putri kagum dan banyak yang menaruh suka terhadap Ezal.

Mendengar Kyai Anwar speak up membuat setengah beban Syila berkurang. Setidaknya ia tidak lagi mendapatkan pembulian di pondok sudah membuat hidupnya sedikit tenang. Meskipun ada beberapa santri yang tidak terima dengan hukuman yang telah ditetapkan.

"Mmm Mia Hana, kalian ke kamar dulu gapapa, ana mau bicara sebentar dengan kak Lista."

Ucap Syila saat melihat Lista dan teman-temannya berjalan tak jauh dari ia berada.

"Ehh, mau ngapain??"

Tanya Mia heran.

"Ana mau ngomong sebentar sama kak Lista."

"Iya mau ngomong apa? Kita ikutan aja, kalau anti di apa-apain gimana?"

Tanya Mia khawatir dan sudah tidak percaya lagi dengan Lista.

"Yaudah."

Pada akhirnya Syila pun memperbolehkan Mia dan Hana untuk ikut dengannya.

"Kak, boleh bicara sebentar?"

Panggil Syila dari arah belakang Lista. Disana Lista yang awalnya asik membicarakan soal hukuman yang didapatkan oleh Syila dan Ezal itu menjadi terhentikan saat orang yang menjadi topik muncul di hadapannya.

"Ada apa?"

"Ana cuma mau minta maaf aja. Ana tahu pasti kak Lista tidak setuju dengan hukuman yang ana dapat, tapi memang itulah yang dikatakan oleh Kyai Anwar. Ana harap setelah ini kita bisa berdamai, dan tidak lagi membuat masalah antara satu dengan yang lainnya."

Ucap Syila dengan serius untuk meminta berdamai dengan Lista. Lalu ia mengulurkan tangannya berniat menjabat tangan Lista. Tetapi disana, Lista hanya berdiri dengan ekspresi tidak menyangka bahwa Syila meminta berdamai.

"Oke deh."

Lalu pada akhirnya, Lista menjabat tangan Syila dengan terpaksa.

"Makasih."

Ujar Syila dengan senyum senang karena Lista setuju dengan kemauannya. 

---

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang