- 71 -

184 15 11
                                    

disclaimer, bab ini bukan maksud aku menjadikan kalian patokan bahwa semua pesantrean itu seperti cerita yang aku buat. semua pesantrean itu bagus, tergantung dari diri kita menjalani sebagai santri bagaimana. 

dan kembali lagi, semua bisa terjadi dalam dunia fiksi.

.

.

.

.

.

.

.

"Lista Lista, itu Varel nggak sii?"

Tanya Lidya saat ia hendak ke kantin bersama dengan Lista.

"Lahh iya, ngapain dia?"

Satu detik kemudian terdengar suara pengumuman jika Syila sedang ditunggu oleh saudaranya di depan pondok. Lalu tidak lama kemudian, muncul Syila sambil berlari melewati Lidya dan Lista yang masih terdiam di tempat.

"Ohh, Varel yang manggil Syila."

Ucap Lidya saat melihat Syila yang menghampiri Varel di sana.

Sementara disisi lain, saat Syila berlari menghampiri Varel, Varel tidak sengaja melihat keberadaan Lista dan Lidya di sana. Hal itu jelas saja membuat Varel terkejut, tetapi ia sengaja menutupi dan segera mengalihkan pandangan agar dua cewe itu tidak sadar jika ia melihat keberadaan mereka.

"Saudara sepupu ana ada dimana?"

Tanya Syila dengan wajah yang sumringah. Sungguh tidak ada kabar sama sekali, tiba-tiba ia mendengar bahwa sepupunya mengunjunginya. Ia sudah sangat lama tidak bertemu dengan sepupunya itu.

"Dia di depan gang pondok, aku suruh masuk gamau katanya. Ayo aku antar aja ke sana."

Mereka pun berjalan keluar gerbang. Varel merasa legah sekali setelah keluar. Ia merasa sangat di intimidasi di dalam. Lista tidak mengalihkan pandangannya sama sekali. Sudah seperti detektif yang sedang mengintai buronan.

"Mau kemana lagi nak Varel?"

Tanya satpam saat melihat Varel yang hendak keluar pondok, padahal baru saja ia melihat Varel masuk beberapa menit yang lalu.

"Mmm bentar aja pak, ini nganter ke depan di tungguin saudaranya, ya masa nggak di temeni, udah malam juga pak."

Jawab Varel dengan gaya bicara yang dibuat-buat seperti serius.

"Yaudah, langsung balik."

"Iya iya pak."

Setelah mendapat izin, Varel pun segera berjalan terlebih dahulu, sementara Syila ngekor dibelakangnya.

Sesampainya di ujung jalan, Syila dibuat terkejut dengan keberadaan cowo-cowo di sana. Terlihat ada Ezal dan teman-temannya tengah berdiri bersandar pada mobil putih yang entah milik siapa, kemudian Renda ada berdiri tak jauh dari Ezal dan teman-temannya berada.

"Mmm, saudara ana dimana kak Varel?"

Tanya Syila dengan wajah polos. Ia bertanya dengan suara bergetar karena merasa kikuk dilihatin 6 cowo di sana.

"Sorry Syil, ini rencana kita semua. Ada yang mau kita sampaikan ke lo. "

Jawab Varel menjadi sedikit merasa bersalah.

"Mmm, Zal. Keknya gue sama Renda harus masuk pondok dulu, soalnya udah mau jam sembilan, dan satpam juga udah nungguin di sana."

Lanjut Varel berbicara kepada Ezal. Kemudian di sana Ezal hanya mengangguk sebagai jawaban.

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang