- 11 -

667 30 0
                                    

"APA??!!!"

Teriak Tia, Mia dan juga Hana secara bersamaan. Kedua mata mereka bertiga saling berpandangan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Syila barusan.

"Nggak salah lihat anti Syil?"

Tanya Mia memastikan, karena mungkin saja Ezal memandang sesuatu hal yang lain, bukan Syila.

"Bener, mau lihat ke siapa lagi, orang kalian pada nunduk."

"Rezeki nya Syila Mi, udahlah."

Ucap Tia mencoba menenangkan Mia yang sepertinya masih tidak percaya dengan fakta yang terjadi.

"Lahh emang anti nggak pernah di lihatin balik sama kak Ezal?"

"Yaa pernah sii."

"Iyaa Syil, udahlah emang Mia aja yang lebay."

Tukas Tia seraya melihat Mia yang saat ini memasang wajah melas.

"Toh Syila kan anak baru, Ezal pastinya merasa asing dengan wajah Syila, makannya dia natap balik Syila."

Sambung Tia mencoba membantu Mia agar berpikiran positif.

---

"Hoe bro!"

Seru Varel tak jauh dari tempat gazebo berada. Dia berjalan mendekat dengan penuh senyum diwajahnya. Sementara disana, Ezal dan ke tiga temannya serentak menoleh Bersama ke sumber suara.

"Gue kira kalian udah pulang."

Ucap Varel seraya memberikan 'tos' kepada empat manusia di depannya.

"Ehh, ini kenalin ke Lidya, katanya dia tertarik sama tuh anak."

Ujar Ezal kepada Varel seraya menepuk pundak Alwin pelan.

"Hah?! Nggak salah cewe lo??"

Varel yang tadinya asik memakan kacang mete mendadak berhenti saat mendengar apa yang dikatakan Ezal tadi.

"Tuh dengerin sendiri Lidya itu kek gimana, kasih tau Rel."

"Ehh, gue bilangin yaa, bentar siapa nama lo tadi?"

"Alwin."

Jawab Chandra cepat.

"Aaa yaa Alwin, heh ya ampun lo ini polos banget. Lidya gue akui dia emang cantik, postur tubuhnya juga yaa bagus, tapi dia tuh nakal banget, pokoknya sebelas dua belas sama Lista."

"Nakalnya gimana?"

Tanya Alwin karena masih tidak paham dengan nakal yang dimaksud Varel. Karena nakal itu banyak tipenya.

"Nakalnya tuh, sering caper ke cowo-cowo, sering kena pelanggaran pondok. Gatau lagi udah ada berapa nama dia di buku besar pondok."

Buku besar yang dimaksud Varel adalah buku yang isinya nama-nama anak pondok yang pernah melanggar aturan pondok. Tapi dalam kategori pelanggaran besar. Seperti berinteraksi dengan lawan jenis, menjalin hubungan dengan lawan jenis, kabur dari pondok, dan masih banyak kesalahan yang lainnya.

"Mending yaa mending lo sama Dini aja, meskipun mereka satu komplotan tetapi si Dini ini lebih aman lahh daripada Lidya dan Lista."

"Dini yang mana?"

Tanya Alwin karena tidak tahu Dini itu yang mana.

"Dini itu yang lebih pendek."

Jawab Ezal cepat.

"Tapi keknya tipenya Alwin bukan kek Dini dehh."

Chandra pun akhirnya ikut nimbrung setelah daritadi hanya fokus mendengarkan.

"Kalau menurut gue senakal-nakalnya anak pondok tuh nakalnya masih biasa gasi, beda lagi kalau di luaran pondok."

Ujar Alwin yang terlihat masih kekeh untuk tetap memilih Lidya.

"Hmm, bener juga kata lo."

Varel pun akhirnya membenarkan pendapat Alwin barusan.

"Yaelah daripada bingung, coba aja dulu kepoin dia gimana, kalau emang nggak cocok yaudah."

Sahut Chandra dengan sangat santai perkataan itu keluar dari mulutnya.

"Nahh bener tuh, setuju gue. Kalau nggak cocok biar sama gue aja, kali aja cocok sama gue kan."

Ucap Ben seraya merangkul pundak Chandra. Sifat buayanya yang sudah lama tertidur kini kembali bangkit, yaa begitulah Ben.

---

"Ehh gess, kalian tadi lihat temennya Ezal nggak?"

Tanya Lista kepada Lidya dan Dini. Saat ini mereka bertiga tengah duduk bersantai di depan kamar Lista dengan berbagai makanan ringan di depanhya.

"Yang mana yang anti maksud?"

Tanya Dini dengan keadaan mulut yang mengunyah jajan.

"Yaa semuanya."

"Kenapa? Ada yang menarik perhatian?"

Tanya Lidya.

"Sebenarnya yang duduk samping Ezal tadi juga cakep sii, tapii nggak deh, tetep Ezal is my boy friend."

Ucap Lista dengan penuh imajinasi di kepalanya. Jika sudah menyangkut Ezal, ke haluan tingkat tinggi sudah berkeliaran di kepalanya.

"Nyerah aja deh Lis, biar ana yang lanjutin perjuangan anti, ahaha."

Sahut Lidya disusul dengan tawanya yang terdengar seperti mengejek Lista.

"Enak aja!"

---

"Btw, ini gaboleh ngudud yaa, asem banget nih mulut."

Ujar Ben seraya mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya.

"Heee, buta lo mata lo!!"

Ucap Chandra seraya mengarahkan kepala Ben ke arah baner yang bertuliskan, "AREA NO SMOKING" yang tertempel jelas di kayu gazebo.

"Gue aja nahan-nahan dari tadi."

Sambung Chandra dengan memasang wajah melas.

"Ngudud aja, orang udah malem juga, gaada orang."

Ujar Varel dengan sangat santai, kemudian langsung mendapat lemparan sebiji kacang mete dari Ezal.

"Ngudud aja ngudud aja, ntar bokap gue tahu gue yang kena."

Disana Varel hanya nyengir tanpa dosa seraya mengambil kacang mete yang tadi di lempar Ezal.

"Oh yaa, kemaren ada anak baru yaa, cewe?"

Tanya Ezal kepada Varel. Tiba-tiba dia merasa kepo dengan cewe berwajah asing yang sudah dia temui dua kali ini.

"Hah?! Anak baru?- OOOHHHH ANAK BARU???"

Varel yang tadinya agak nge lag, tetapi sedetik kemudian ingat bahwa memang ada anak baru cewe dua hari yang lalu.

"Kelas berapa?"

"Adek kelas, kelas berapanya nggak tahu gue. Kenapa?"

"Nggak."

Varel sedikit heran kenapa Ezal tiba-tiba menanyakan soal anak baru. Pasalnya, selama Varel kenal Ezal, anak itu tidak pernah kepo masalah anak baru siapa aja yang daftar di pondoknya.

---

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang