- 53 -

289 16 2
                                    

Tepat dipagi hari sekitar jam 7 Ezal mendapat panggilan dari uminya jika paketnya sudah datang, dengan segera Ezal berlarian keluar dari rumah.

"Atas nama mas Ezal Zulchair?"

Tanya bapak paket kepada Ezal.

"Iya."

Mata Ezal berbinar cerah menerima paketnya telah datang. Dengan begitu semakin cepat pula dia mengantarkan ini ke Syila.

"Terimakasih pak."

Setelah mengucap terimakasih kepada bapak paket, Ezal kembali berlarian menuju kamarnya untuk membungkus semua barang dengan rapi untuk dititipkan ke Varel.

"Ezal, sarapan dulu!!!"

Teriak uminya saat melihat anaknya yang berlarian di tangga menuju kamarnya.

"Nanti mi."

Sesampainya di kamar, Ezal langsung mengambil memori kecilnya yang berada di loker meja belajarnya. Beruntung saja, dia menyelesaikan mengedit video serta rekaman suaranya semalam, sehingga dia bisa langsung membungkus menjadikan satu dengan paket berisikan kerudung untuk Syila.

Dengan perlahan, Ezal membuka bungkus paket dengan sangat hati-hati, karena takut merobek bungkus dari kotak paketnya. Dibukanya kotak kecil dari paket itu, terlihat di sana ada kerudung dan beberapa pernak-pernik yang memang se paket sama krudungnya, kemudian dia menaruh ke dua memo yang sudah dia masukkan di dalam plastik klip kecil tepat di atas krudung.

Ezal melihat ada sebuah kartu ucapan kecil, diambilnya kartu tersebut sambil berfikir, sesuatu apa yang perlu dia tulis di sana. apakah pernyataan cinta? Atau suatu harapan? Setelah mendapat sebuah ide yang cemerlang, dia beranjak dari kasur dan mengambil spidol. Menulis tiga baris lirik dari lagu yang dia nyanyikan untuk Syila. Tiga baris lirik yang menurutnya sangat menggambarkan perasaannya saat ini. Dan semoga Syila paham apa maksudnya.

---

Jam istirahat telah tiba, dan bel istirahat juga barusan selesai berbunyi. Syila dan ke dua temannya segera keluar dari kelas untuk menuju kantin yang letaknya di dalam pondok, mengisi perut mereka yang sedari tadi keroncongan. Padahal semua sudah sarapan.

Saat mereka bertiga melewati rumah kyai Anwar, terlihat Ezal yang baru saja keluar dari rumahnya dengan membawa tas ransel di punggungnya. Jelas saja Ezal menyadari itu. Ke dua matanya sempat bertemu dengan ke dua mata Syila, tetapi Ezal langsung memutuskan kontak mata, takut ke dua temannya berfikir yang aneh-aneh jika dia terus memandangi Syila.

"Kak Ezal mau kemana tuh? Bukannya anak negri hari minggu libur yaa?"

Tanya Mia yang tidak berhenti melihat Ezal, sampai kepalanya berputar 90 derajat.

"Ada ekstrakulikuler kali."

Jawab Hana seadanya.

"Ehh nggak woi, dia belok ke pondok putra!!!"

Ucap Mia seraya menepuk keras pundak Hana, agar melihat ke belakang. Mendengar itu, Syila pun ikutan menoleh ke belakang.

"Iya juga, ke temennya mungkin."

"Anti penasaran nggak sii Han, di sekolah barunya, kak Ezal bakalan banyak yang naksir nggak yaa? atau malah udah punya pacar?"

Mendengar pertanyaan dari Mia tadi, seketika Syila langsung menoleh ke Mia dengan wajah terkejut.

"Yaa mana ana tahu Mi, yang jelas orang se ganteng kak Ezal nggak mungkin nggak ada yang naksir, pastinya ada. Tapi kalau udah punya cewe nggak nya, yaa kurang tau."

"Ohh gitu yaa, kalau emang udah, ini se isi pondok putri bakalan galau berjama'ah sii."

Entah kenapa seketika Syila langsung overthingking. Bisa jadi apa yang ditanyakan Mia tadi ada benarnya. Cewe mana yang nggak tertarik dengan paras tampan milik Ezal. Jika ada, mungkin itu hanya cewe-cewe dengan karakter cowo yang dia inginkan bukan seperti Ezal.

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang