Setelah yakin dengan lagu yang Ezal pilih, dia pun menyiapkan sebuah flashdisk kecil berwarna biru muda. Entah kenapa tidak ada keraguan sama sekali dalam dirinya, sehingga dia memutuskan untuk latihan dan rekaman saat itu juga.
Setelah sekitar setengah jam Ezal berkutik dengan gitar kerennya, akhirnya dia bisa menghafalkan kunci-kunci dari lagu tersebut. Dan tanpa menunggu waktu lagi, dia pun memutuskan untuk melakukan record menggunakan ponselnya yang dia sandrakan di tumpukan buku.
Sekali take, Ezal menyanyikan lagu 'pesan cinta' pun jadi dengan sempurna. Dia sangat bangga dengan dirinya yang memiliki bakat begitu luar biasa. Dengan cepat, dia langsung menyalin hasil rekaman tersebut ke dalam flashdisk.
Dikarenakan suara adzan telah berkumandang, Ezal segera keluar dari kamarnya menuju masjid pondok putra untuk melaksanakan sholat, tak lupa dia juga membawa flashdisk itu kedalam saku kemejanya.
Entah keberkahan apa yang Ezal dapatkan hari ini, karena saat dia keluar dari rumahnya, di sana dia melihat Syila yang kini tengah duduk sendirian dia gazebo. Tanpa berpikir panjang, dia pun langsung berjalan menghampiri gadis itu yang kini melihat ke arahnya dengan senyuman yang indah di bibirnya.
Tetapi sungguh sangat disayangkan, saat kurang dua langkah lagi Ezal sampai tepat di hadapan gadis itu, bunyi deringan telfon mengganggunya yang membuatnya terpaksa bangun dengan segala kekesalan dalam dirinya.
"Ck!! Siapa sihh ini?!"
Gerutu Ezal seraya meraih ponsel yang tidak jauh dari dirinya berbaring.
"Apaan sat!! Lo ganggu waktu tidur gue kampret!!"
Caci Ezal kepada orang yang kini sedang menelfonnya.
"Santai boss, ini gue sama yang lain di warkop biasanya, lo ke sini apa nggak?"
Ucap Ben dari sebrang sana yang sepertinya sedikit terkejut dengan makian tiba-tiba dari Ezal.
"Nggak! Gue lagi sibuk."
Jawab Ezal singkat kemudian dia langsung menutup sambungan telfonnya dengan kasar. Dia menghembuskan nafasnya kasar untuk sedikit meredakan emosinya.
"Ezal, sholat maghrib Zal."
Selang beberapa detik kemudian, terdengar suara ketukan pintu kamarnya diiringi dengan suara uminya yang menyuruhnya untuk sholat maghrib.
"Iyaa mi."
---
"Lis."
Panggil Dini yang kini sedang berada tepat di samping Lista yang sedang sibuk membaca novel di pangkuannya.
"Lista."
"Apaan sihh?!"
Sahut Lista dengan nada tinggi dan wajah yang tidak enak untuk dilihat.
"Lis, anti udah diemin ana sama Lidya dari kemaren lohh, anti juga gapernah keluar kamar, nggak ikut ngaji dengan alasan sakit. Ant—"
"Alasan sakit?? Orang gue sakit benaran."
Mendengar itu membuat Dini menarik nafasnya dalam, dan lebih memilih untuk menghiraukannya.
"Anti nggak cape apa?? Nggak butuh kita lagi??"
"Ana berdua sama Lidya, anti sendirian."
Sambung Dini karena tidak mendapat respon dari Lista. Dia yakin ucapannya barusan bisa membuat otak kecil Lista berpikir.
"Mau sampe kapan Lis anti sendirian?? Yakin bisa sendirian? Biasanya juga kalau butuh apa-apa ke kita."
"Iyaa dehh iyaa."
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...