- 82 -

99 6 0
                                    

"Iya anak kamar ana yang satu angkatan sama kak Ezal itu kemarin cerita, nah dia dapat cerita ini dari anak kamarnya Tia. Soal kalau sebenarnya kak Ezal itu udah ada pacar, dan katanya pacarnya itu anak kelas kita."

Deg!

Tepat sekali seperti dugaan Syila. Kenyataan pahit yang harus dihadapi sekarang. Siap tidak siap, cepat atau lambat rumor itu pasti akan segera menyebar luas di seluruh penjuru pondok. Dan ia hanya tinggal menunggu waktu itu, meskipun ia masih tidak tahu akan merespon apa kedepannya.

Disisi lain, Renda juga mendengarkan hal yang tengah dibahas oleh teman-temannya di balik tabir. Ia hanya bisa menarik nafasnya dalam sambil berharap bahwa Syila kuat menghadapi ini semua.

"Ehh yang bener anti, ya masa kak Ezal seorang gus pacaran sama santrinya sendiri."

Sahut salah satu siswi lainnya. Seketika kelas menjadi ricuh dan saling mempertanyakan rumor itu ke sesama teman sebangkunya.

"Haha, fakta sampah. Semua orang juga bisa pacaran kali."

Ucap salah satu teman Renda di iringi dengan tawanya. Tidak hanya para siswi yang menyimak obrolan itu, para siswa pun juga menguping dengan diam-diam.

"Ini ada hubungannya sama yang anti bahas kemarin sama Renda nggak sih Mia?"

Tanya Bunga kepada Mia secara tiba-tiba. Mia yang awalnya melamun menjadi cengo. Mia kaget, Renda yang berada di balik tabir pun ikutan kaget karena namanya di sebut secara terang-terangan. Hal itu tentu saja membuat teman Renda seketika menoleh ke Renda.

"Hah? Ana?"

"Iyaa, waktu kemarin pagi di depan kelas."

"Gue nggak tahu apa-apa, jangan bawa-bawa nama gue."

Teriak Renda seolah melindungi diri sendiri tanpa memperdulikan Syila.

Sementara Syila disana sedikit sakit hati mendengar ucapan Renda barusan, ia berpikir bahwa Renda masa bodo dengan apa yang tengah dibahas. Tetapi disisi lain ia juga tengah menunggu jawaban dari Mia mengenai pertanyaan Bunga tadi.

"Eee kebetulan itu ana juga denger rumor dari kamar sebelah sii."

Jawab Mia seadanya, yang penting ia sudah menjawab pertanyaan itu dengan aman.

"Eee Syila ana minta maaf banget ya sebelumnya."

Ucap Tia yang langsung membuat semua siswi menoleh ke Tia dan Syila secara bergantian. Sementara Syila terkejut dan langsung menegakkan tubuhnya. Ia mengira-ngira apa yang akan di ucapkan Tia di dalam kelas.

Di sisi lain Renda pun juga menyiapkan telinganya untuk mendengar apa yang akan dikatakan oleh Tia.

"Waktu itu kan anti pernah dapet sebotol susu kan ya? Nah sebelum itu ana pernah ngomong juga kan kalau ada kakak kelas yang mencari tahu bangku Syila dimana, anak kamar ku berspekulasi kalau itu temennya kak Ezal."

Mendengar itu membuat Renda tidak tahan lagi. Ia langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri bangku Tia.

"Temen bang Ezal mana yang lo maksud? Lo tahu namanya nggak? Kalau nggak tahu mending gausah nyebar-nyebar rumor palsu tentang bang Ezal."

Ucap Renda dengan memasang wajah serius yang membuat suasana kelas menjadi mencekam. Syila yang duduk di paling belakang pun juga merasakan kemarahan Renda itu.

"Lo dapet info sampah ini dari siapa sih?"

Tanya Renda kepada Tia.

"Mbak Lista."

Jawab Tia ragu-ragu dengan memasang wajah takut.

"Ohh pantesan. Titip salam ke orang itu, nggak usah menyebar rumor soal bang Ezal, gabaik. Anak Yai Anwar sendiri dijadikan bahan omongan."

---

Kini jam istirahat telah tiba. Tia yang biasanya jarang sekali ke kantin karena lebih memilih untuk membaca novel dewasanya dari pada harus membeli jajan, sekarang ia harus kembali ke pondok lebih awal. Sambil menunggu kedatangan Lista, Tia berdiri di ambang pintu kamarnya dengan perasaan cemas. Baru kali ini ia dimarahi oleh temannya sendiri, apalagi ini cowo. Yang jelas damage nya lebih dapat.

Tidak lama kemudian wajahnya langsung berubah saat melihat kedatangan Lista. Tentu saja Lista tidak sendiri yang selalu ditemani oleh kedua temannya.

"Mbak mbak."

Seru Tia seraya meraih lengan Lista.

"Apaan??"

Tanya Lista merasa geli karena Tia merangkul lengannya. Ia pun tetap berjalan masuk ke dalam kamarnya.

"Mbak ana tadi dimarahi sama Renda mbak."

"Anti diapain sama Renda?"

Tanya Dini seraya duduk di lantai dengan posisi kaki bersila, diikuti dengan yang lainnya.

"Ana cerita ke anak-anak kelas soal yang itu loh mbak, terus Renda kayak merasa nggak terima dan marah-marah ke ana."

"Halah gitu doang, dia cuma nutup-nutupin aja itu."

Ucap Lista seraya memakan jajan yang barusan dibeli di kantin.

"Ehh mbak, tapi serem marahnya."

"Yaudah lahh gausah cerita lagi ke anak kelas, tunggu faktanya aja ntar baru kasih tahu."

Ucap Lista kemudian.

---

Semenjak kejadian di kelas tadi sungguh menguras energi Syila. Hingga sekarang ia hanya diam dan sibuk dengan segala pikiran negatif di pikirannya. Bagaimana tidak, tidak hanya anggota kamarnya saja yang sudah mendengar rumor itu, bahkan sekarang anak kelasnya pun sudah membahas mengenai hal tersebut.

"Syila, di makan dulu yuk jajannya."

Ucap Hana yang sedari tadi memperhatikan Syila. Ia sungguh kasihan kepada temannya itu. Tetapi disisi lain ia juga masih tidak percaya dan menyangka bahwa pacar Ezal adalah Syila. Meskipun kebenarannya belum tahu bagaimana, hanya saja dari sudut pandang Hana, rumor itu memang benar adanya.

Sementara Mia, sama halnya dengan Hana. Sampai sekarang ia masih menunggu Syila mengungkapkan yang sebenarnya kepada temannya. Kalau Syila sudah menganggap Mia dan Hana teman dekatnya, sudah pasti jelas dia akan menceritakannya bukan?

"Kalau rumor itu benar adanya, menurut kalian gimana?"

Tanya Syila seraya melihat Mia dan Hana secara bergantian. Sementara Mia dan Hana terkejut dengan pertanyaan Syila sehingga membuat mereka menoleh satu sama lain sebelum menjawab.

"Kalau kak Ezal beneran udah ada pacar atau pacar kak Ezal bener dari kelas kita?"

Tanya Mia ragu-ragu sambil sesekali melirik Hana.

"Yang ke dua."

"Kalau menurut ana sih, biasa aja. Yaa mungkin awalnya kaget, tapi yaudah kalau itu memang pilihan mereka berdua."

Jawab Hana dengan jawaban yang tidak akan membuat Syila semakin overthinking.

"Kalau Mia?"

Sebelum menjawab Mia benar-benar berpikir keras agar jawabannya tidak menyakiti hati Syila. Sementara Hana sungguh berharap bahwa Mia menjawab dengan berhati-hati.

"Eee, kalau ana—yaa jelas awalnya kaget dan bisa jadi nggak percaya. Tapi ya mau gimana lagi, kita juga nggak bisa melarang seseorang untuk berpacaran sama seseorang juga kan??"

Mendengar itu membuat Hana menghembuskan nafas legah. Disisi lain, terlihat Syila menjadi sedikit tenang setelah mendengar jawaban dari kedua temannya.

"Kalau begitu, ntar malam ada sesuatu hal yang perlu kalian ketauhi dari ana."

---

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang