- 98 -

87 6 0
                                    

"Ini anakmu, yang dulu itu ya, sudah besar banget. Umur berapa sekarang Luth?"

Tanya Rasyid kepada seorang Kyai yang sudah berumur 49 tahun.

"Iya Syid, yang dulu main kesini masih umur enam tahun ya kalau nggak salah."

"Iya ustadz, sekarang saya umur dua puluh tahun."

Sahut lelaki dengan tampang manis yang memakai jubah berwarna biru tosca muda sehingga membuat penampilannya semakin enak di pandang.

"Ohh, udah dua puluh tahun. Kalau Syila masih tujuh belas tahun."

Ucap Hanna sedikit terkejut.

"Kuliah dimana sekarang Zan?"

Tanya Rasyid kepada anak muda yang duduk di samping Luthfi.

"Di Mesir ustadz, ambil jurusan dakwah, dan alhamdulillah sekarang udah semester lima."

"Wah, masyaallah."

Mendengar jawaban Izan membuat Rasyid dan Hanna terkagum-kagum mendengarnya.

"Kalau Syila sekarang sekolah dimana? Katanya mondok ya dulu?"

Tanya Luthfi kepada Rasyid.

"Di pondoknya Kyai Anwar, kenal?"

"Ohh nggak kenal sii, umi kamu kenal?"

Maryam—istri Luthfi menggeleng pelan. Wanita dengan setelan jubah hitam dan menutupi wajahnya memakai cadar itu sedari tadi hanya diam dan memilih tidak banyak bicara.

"Oiya, Rasyid. Jadi begini, tujuan kami kesini itu untuk menyatukan antara Syila dan Izan."

Mendengar Luthfi yang berbicara seperti itu jelas membuat Rasyid dan Hanna saling memandang satu sama lain.

"Iya, aku tahu kalau Syila masih sekolah dan umurnya juga masih tujuh belas tahun, tapi Insya Allah dengan Ridha Allah Izan mampu membimbingnya kelak."

"Kok tiba-tiba banget Kyai??"

Tanya Hanna masih dengan ekspresi terkejut.

"Karena begini mbak, dari keluarga teman-teman aku itu banyak sekali yang mau menjodohkan anaknya dengan Izan. Aku dan istriku udah cape berulang kali menolak. Karena kami dulu udah berencana akan menjodohkan Izan dengan Syila."

Mendengar itu membuat Hanna kembali menoleh ke suaminya dengan tatapan bingung.

"Jadi aku harap mbak dan Rasyid mau menerimanya."

Lanjut Luthfi dengan harapan yang tinggi kepada orang tua Syila.

"Nah ini, Izannya gimana? Udah siap?"

Tanya Rasyid kepada Izan.

"Iya ustadz, Insya Allah. Sebelumnya saya, abi dan umi juga sudah merundingkan ini semua. Insya Allah saya mampu dan siap dengan segala yang saya miliki."

Jawab Izan dengan sangat percaya diri dan penuh wibawa.

"Yaa bagus kalau gitu, nanti aku bicarakan dulu sama Syila nya."

"Alhamdulillah kalau kamu mau menerima. Gapapa ga usah buru-buru, Izan juga sengaja ambil cuti satu semester ini buat ini semua."

Ucap Luthfi senang mendengar jika Rasyid sepertinya setuju dengan niat baiknya.

"Syila kemarin itu habis dapat kasus Luth. Wah aku sama Hanna kaget bener-bener kaget."

"Kasus apa Syid?"

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang