Renda berlari kembali ke pondok putra setelah melihat bahwa barang berian Ezal diterima oleh Syila. Entah kenapa dirinya merasa sangat bahagia dan puas, padahal itu bukan barang miliknya. Bagaimana perasaan Ezal nanti jika tahu kabar sangat baik ini.
"Bang Relll!!!"
Teriak Renda saat melihat Varel tengah berjalan santai memasuki gerbang pondok putra.
"Addoohhh, paan sii??"
Varel terkejut saat tangan Renda mengalung di lehernya. Tubuh Renda yang lebih pendek dari Varel membuat Varel sedikit menunduk.
"Coba tebak apa?"
Di sana Varel terlihat berfikir keras.
"Jangan bilang, barang Ezal—"
"Yup! Syila menerima."
"Anjirr!!! Cepet kasih tahu Ezal."
Sama halnya seperti Renda, setelah mendapat kabar baik itu langsung membuatnya berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya. Disusul dengan Renda di belakangnya.
"ZAALLL ZALLLL!!!"
Teriak Varel seraya berlarian memasuki kamarnya.
"Anjing, bangsat! Apa sih?!"
Ezal yang sedang santai bermain ponsel bersender pada lemari Varel, seketika terjungkat kaget mendengar teriakan Varel yang seperti anjing menggonggong. Sedari jam masuk sekolah tadi, Ezal memutuskan untuk tetap tinggal di kamar Varel, sambil menunggu kabar, apakah barangnya diterima Syila atau tidak.
"Barang lo, diterima!!!"
"Anjir, beneran lo??"
Tanya Ezal, karena tidak begitu percaya dengan jawaban Varel.
"Lah si anjing, beneran lahh, masa kita boongan yaa chil?"
"Iya bang, barang lo udah gue cek di loker Syila, dan nggak ada. Berarti kan udah dibawa sama anaknya."
Mendengar itu, tangan kanan Ezal mengepal erat, menunjukkan bahwa dirinya sangat-sangat bahagia sekarang.
"Udah gue bilang kan, gausah overthingking terus. Cowo kaya lo nggak mungkin ditolak bro."
Ucap Varel seraya menepuk pelan pundak Ezal.
"Iya lah, beda lagi kalau modelan kek kita ya bang Rel."
"Huss!! Kita juga termasuk keturunan nabi Yusuf kok, Cuma kebagian nol koma lima persen tapi."
---
Mia sedari tadi merasa heran dengan salah satu temannya. Sejak keluar kelas tadi, dia melihat Syila yang senyum-senyum sendiri layaknya orang yang mendapatkan uang 10 juta dari langit.
"Anti kesurupan setan mana lagi Syil?"
Tanya Mia, saat mereka bertiga sedang berjalan menuju kamarnya.
"Nggak papa kok, cuma lagi seneng aja."
"Orang tua mau ke sini?"
Tanya Hana mencoba menebak.
"Ndak."
"Lah trus??"
Mia semakin penasaran karena jawaban Syila yang tidak memuaskan. Sementara Hana hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Hati Syila penuh dengan kelopak bunga-bunga, senyumnya tidak luntur sedikit pun setelah mendapat sesuatu yang dia yakini pasti itu dari Ezal. Dia sangat tidak sabar melihat apa isi di dalam kotak dengan bungkus berwana coklat. Tapi bagaimana cara untuk membukanya?
"Syil!"
Panggil Hana yang sudah 3 kali memamggil nama Syila, tetapi yang dipanggil malah hanya diam melamun dengan posisi berdiri di depan lemari yang terbuka lebar.
"Ha?"
"Sholat jama'ah."
Ajak Hana yang sudah siap mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat dhuhur.
"Mmm, keknya ana mau buang hajat besar deh, tiba-tiba mules."
Ucap Syila berbohong seraya memegang perutnya yang tidak sakit.
"Ohh, oke."
Setelah itu Hana berjalan ke ruang belakang kamar untuk mengambil air wudhu, sementara Syila mengantri kamar mandi yang kebetulan ke duanya sudah terisi.
"Lahh Syil? Mau ngapain?"
Tanya Mia yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Mau buang hajat besar, aku izinin nggak ikut sholat jama'ah yaa."
Jawab Syila sengaja terlihat seperti orang yang sudah tidak tahan untuk mengeluarkan hajatnya.
"Ohh, iya. Nanti ana izinin."
---
Setelah skeitar 5 menit Syila berdiam diri di kamar mandi, akhirnya dia pun keluar dengan melihat keadaan sekitar. Apakah kamar sudah sepi apa belum. Kebetulan seklai, tidak ada anak yang sedang libur sholat, jadi Syila dengan sanhat aman untuk membuka barang itu sekarang.
Dengan cepat Syila mengambil barang itu yang masih berada di dalam tas ranselnya. Kemudian dia kembali lagi masuk ke dalam kamar mandi. Jika tidak, dia akan ketahuan oleh pihak keibadahan, karena ketauhan tidak sholat jama'ah. Jika dia di dalam kamar mandi, pastinya pihak keibadahan mengira bahwa dirinya memang sedang buang hajat besar.
Kembali Syila nyalakan air keran agar tidak terdengar suara aneh dari luar. Dengan sangat perlahan ke dua tangannya mengeluarkan kotak dengan bungkus warna coklat polos itu dari kantong plastik. Dia sangat berhati-hati merobek bungkus kado itu. Terlihat di sana kotak berwarna yang sama seperti bungkusnya. Senyuman Syila kembai berkembang, membayangkan ada sesuatu yang indah di dalamnya.
Tidak membutuhkan waktu lama, ke dua tangan Syila membuka kotak tersebut dan nampak ada kerudung warna coklat beserta pernak-perniknya. Yaitu ada ciput, tali rambut, jarum, bunga kecil, sebatang coklat, kartu ucapan dan dua memo kecil yang dibungkus di dalam plastik klip kecil. Tangan kanannya meraih kartu ucapan tersebut, lalu membukanya.
Everything means nothing if I can't have you?
Is it wring for me to not want half?
Want all of you, all the strings attached.
- Ezal
Tangan kirinya reflek membungkam mulutnya sendiri. Karena saking girangnya, takut bila tiba-tiba dia berteriak di dalam kamar mandi.
"Ini—kak Ezal nembak aku??"
---
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...