Kini Syila, Mia dan juga Hana sudah bersiap untuk berangkat ngaji sore. Tetapi di saat dirinya baru saja keluar dari kamarnya bersama kedua temannya, terdengar pemberitahuan dari toa pondok, bahwa orang tua Syila datang ke pondok untuk mengunjunginya.
"Syil, anti kunjungan?"
Tanya Mia yang sama terkejutnya dengan Syila.
"Iya Mi, ana juga baru tahu—yaudah, ana ke depan duluan yaa."
Ucap Syila, kemudian berjalan terlebih dahulu karena takut kedua orang tuanya terlalu lama menunggunya.
"Orang tua Syila udah ke sini, orang tua ana mana yaa, masa lupa sama anaknya sendiri?"
Tanya Hana kepada dirinya sendiri. Karena diantara mereka bertiga, Hana lah yang rumahnya paling jauh, bukan lagi diluar kota, tapi diluar jawa.
"Rumah anti jauh Han, sering-sering komunikasi aja sama orang tua anti, biar rasa kangennya berkurang."
Jawab Mia yang menjadi merasa kasihan dengan teman satunya itu.
Senyum Syila mengembang saat melihat kedua orang tuanya yang kini tengah duduk di gazebo. Dia berlarian kecil menghampiri mereka dengan senyuman yang masih tertera di wajah cantiknya.
"Ayah bunda, kenapa nggak bilang kalau mau ke sini?"
Tanya Syila yang saat ini sudah duduk tepat di samping ayahnya.
"Biar surprise dong."
Jawab bundanya dengan menunjukkan wajah bahagia karena bertemu dengan anak tunggalnya.
"Hmm, bunda bisa aja. Ayah bunda gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah sehat, nak Syila juga sehat kan?"
Jawab ayahnya seraya mengelus kembut pundak anaknya dengan sayang.
"Baik dong."
---
Setelah melaksanakan sholat ashar, entah kenapa dirinya merasa sangat gabut sekali, dan tiba-tiba mempunyai pemikiran untuk mentraktir teman-temannya. Atas dasar apa dia melaukan itu? Jelas saja karena barangnya sudah diterima sama Syila.
Tanpa menunggu lama lagi, dia segera mengambil ponselnya yang tergeletak diatas meja belajar dan membuka gurp yang dihuni dia bersama ketiga temannya dengan nama 'bujang berbatang 4'. Terlihat aneh dan menjijikkan bukan? Tapi coba tebak siapa yang memberi nama itu? Yup! Ben Raden, dengan otaknya yang penuh dengan keunikan diluar batas angkasa.
Saat menunggu Chandra mengetik balasa untuk pesannya, dia tiba-tiba mendengar pengunguman dari pondok putri. Dan saat tahu bahwa orang tua Syila sedang datang untuk mengunjungi anaknya, kedua bola matanya berbinar cerah. Kesempatan yang bagus untuk Ezal bertemu dengan mereka.
Seperti itulah modelan chat penghuni grup 'bujang berbatang 4'. Selalu ada kata kotor didalamnya. Ezal yang berlatar belakang anak pondok sejak lahir saja bisa seperti itu. Dan itu semua karena telah terkontaminasi oleh Ben.
Setelah ke tiga temannya setuju untuk berkumpul ditempat biasanya, dia pun segera bergegas untuk berganti baju. Dan cepat-cepat untuk keluar rumah, karena dia tidak sabar untuk melihat calon cewenya yang sekarang berada di gazebo.
---
"Itu anaknya pak kyai Anwar."
Deg!
Mendengar ucapan bundanya saat melihat Ezal yang baru saja keluar dari rumahnya, membuat badannya seketika berhenti bergerak. Dia ingin menoleh ke kanan untuk melihat Ezal, tetapi lehernya seperti susah untuk di gerakkan.
Di sana, Ezal menampilkan senyum ramahnya saat melihat bunda Syila yang melihatnya. Selain itu, dia juga sedikit membungkukkan badannya untuk memberi penghormatan kepada yang lebih tua. Dan di sana dia juga sempat melihat ke arah Syila yang melihatnya dengan ragu.
Melihat senyuman manis dari Ezal itu malah membuat jantung Syila berdebar dengan kencang di dalam sana. Sedetik kemudian, dia teringat akan memori card yang Ezal kasih untuknya. Kemudian dia segera izin ke orang tuanya untuk ke kamar sebentar.
"Keknya anaknya baik gitu, tapi kenapa kata orang tua santri lainnya jelek-jelek yaa??"
Tanya bundanya merasa heran dan tidak percaya dengan rumor yang ada.
"Sudahlah bun, nggak baik suudzon sama orang, apalagi anaknya kyai Anwar."
Jawab ayahnya menyuruh istrinya agar membicarakan hal buruk terhadap anak kyai Anwar.
"Ehehe, mmm ayah, bunda, Syila ke kamar bentar yaa."
Izin Syila kepada orang tuanya dan memilih mengabaikan pertanyaan dari bundanya tadi.
"Iyaa, ini sama jajan mu sekalian bawa ke kamar."
Ucap Bunda seraya memberikan sekantong plastik yang berisikan makanan ringan dan susu kotak kesukaan Syila.
Kemudian Syila bergegas ke kamarnya tak lupa dengan sekantong plastik berisikan jajan. Selain itu, dia juga diam-diam membawa ponselnya yang sekarang berada di saku roknya. Peraturan di pondok tidak boleh membawa ponsel ke dalam pondok, karena takutnya nanti terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti menyimpan ponsel diam-diam di kamar.
Sesampainya di kamar, dia langsung cepat-cepat membuka lemarinya untuk mengambil memori card yang dia simpan di bawah baju. Lalu dia masuk ke dalam kamar mandi. Beruntung saja semua anak kamarnya ikut kegiatan ngaji sore, jika ada salah satu yang tidak ikut, dia akan kesusahan untuk mengetahui apa isi dalam memori card itu.
Di dalam sana, kedua tangan Syila sangat cekatan mengganti memori card di ponselnya dengan memori card berian Ezal. Jantungnya masih berdebar keras di dalam sana, karena dia takut tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke dalam kamar.
Setelah berhasil menggantinya, kedua ibu jarinya membuka isi dari memori card itu. Dilihatnya di sana hanya ada satu file tanpa judul. Dia pun segera membuka file tersebut dan terlihat di sana bahwa file tersebut adalah sebuah lagu. Sebelum membuka lagu itu, dia mengecilkan volume ponselnya sampai benar-benar kecil agar tidak terdengar dari luar. Setelah dipastikan volume ponselnya sudah paling kecil, dia pun membuka file lagu itu dan menempelkan speaker ponselnya ke telinga kanananya.
Merah pipi ini
Saat ku lihat dirinya
Mungkinkah ini yang dinamakan cinta
Malu hati ini
Saat ku tatap wajahnya
Mungkinkah ini yang dinamakan cinta
Tapi ku malu'
Tuk mengatakan
Pada dirinya
Oh Tuhan, tolong aku sampaikan
Pesan ini padanya
Agar dia tahu bahwa kini
Aku jatuh cinta
Oh Tuhan, bantu aku temukan
Cara tuk mendapatkan dia.Mendengar lagu itu mengalun lembut di telingannya, membuat tangan kirinya seketika membungkam mulutnya agar tidak teriak begitu saja. Tanpa sadar, kedua bola matanya berair terharu. Sudah dipastikan jika wajahnya sekarang berubah seperti buah tomat yang sangat merah karena terharu.
"Ya ampun, ini beneran kak Ezal yang nyanyi!!!"
---
perlu kalian tahu, yang membuat grup wa itu adalah Ben, tetapi yang menetapkan foto profil monyet 4 adalah Chandra. ><
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...