- 89 -

105 5 1
                                    

Kini Ezal bersama dengan Ben dan Chandra sudah berada di metro café, ternyata Alwin lebih dahulu sampai di café.

"Jadi gimana sekarang Zal?"

Tanya Ben membuka topik.

"Hubungan gue udah kebongkar."

Jawab Ezal singkat dan padat langsung pada intinya. Ketiga temannya seketika terkejut bersamaan.

"HAH?!!"

"Trus orang tua lo gimana?"

Tanya Chandra.

"Mereka belum tahu, keknya emang nyebarnya masih di kalangan para santri aja belum nyampe ke guru-guru. Tapi keknya para ustadz juga udah pasti tahu."

Jawab Ezal dengan wajah yang sudah pasrah atas apa yang terjadi.

"Pasti Lista?"

Tebak Ben atas dalang terbongkarnya hubungan Ezal.

"Ya siapa lagi anjir."

Sahut Chandra.

"Trus cewe lo gimana sekarang? Nggak dikeluarin dari pondok?"

Tanya Alwin yang kini mulai membuka suara.

"Keknya dia udah di sidang sii, terakhir gue lihat dia tadi, dia nangis."

"Haduhhh, kasihan cewe lo Zal."

"Ya Ezal harus gimana? Posisinya emang dia udah ga bisa ngapa-ngapain."

Sahut Alwin menimpali ucapan Chandra.

"Kalau ada kasus kayak gitu bakalan dikeluarin nggak?"

Lanjut Alwin bertanya kepada Ezal.

"Kalau di pondok putri setahu gue dilihat dulu keparahannya sampai mana. Tapi kalau posisi Syila sekarang ya, bisa aja dikeluarin."

Jawab Ezal dengan wajah sedih. Ia tidak siap jika memang hukuman buat kekasihnya seperti itu. Sungguh ia tidak akan rela.

"Lo nggak bisa gitu bilang ke abi atau umi lo buat memperingan hukumannya?"

Tanya Ben.

"Bisa bisa aja gue ngomong kek gitu, cuma kalian tahu sendiri lah abi gue gimana orangnya."

"Oiya, trus temen lo Varel sama Renda itu ikut kena apa nggak? Kan mereka kaki tangan lo."

Tanya Alwin tetiba ingat mengenai Varel dan Renda yang membantu menjalankan atau bisa dibilang mendirikan hubungan Ezal dengan Syila.

"Gue nggak tahu si nasib mereka gimana. Tapi kayaknya jelas disidang juga."

---

Keesokan harinya, Syila tidak berangkat ke sekolah karena Mia dan Hana memaksanya untuk tetap di kamar. Kedua temannya tidak ingin melihat Syila dihujani hujatan dengan santri lainnya, ada baiknya Syila beristirahat terlebih dahulu untuk mempersiapkan sidang keduanya nanti malam.

Disaat Mia dan Hana berjalan keluar gerbang pondok putri mereka tidak sengaja bertemu dengan Ezal yang sudah baru saja keluar dari rumahnya. Cowo itu melihat ke arah Mia dan Hana dengan wajah bertanya-tanya.

"Bentar, Syila kemana?"

Tanya Ezal seraya menghentikan Mia dan Hana saat lewat di depannya.

"Eee, Syila nggak masuk kak, biar dia istirahat dulu."

Jawab Mia cepat lalu segera berjalan takut bila ada salah satu pengurus yang melihatnya berbincang dengan Ezal.

Sementara Ezal menjadi termenung di tempat. Ia semalam sampai tidak bisa tidur karena mengkhawatirkan gadisnya. Padahal ia sudah berharap pagi ini bertemu dengan gadisnya, tetapi ternyata Syila tidak masuk sekolah.

"Waduh kebetulan nih ketemu pacarnya Syila."

Mendengar suara seseorang yang sangat dibenci Ezal itu membuatnya langsung memasang muka datar. Ke dua tangannya masuk ke dalam kantong saku celananya, seperti sudah siap berdebat dengan cewe itu.

"Udah tahu kan apa yang lagi heboh di pondok?"

Tanya Lista mencoba memancing emosi Ezal. Sementara disana Ezal tersenyum meremehkan.

"Trus menurut lo, gue harus bereaksi seperti apa?"

"Oh iya sih, kan lo gak bisa apa-apa ya. Kasihan tuh cewe lo, jadi di buli kan sama anak-anak yang lain."

Mendengar itu membuat gigi Ezal mengeras, tangan kanannya mengepal erat di dalam saku celananya. Jika yang di depannya kini bukan seorang cewe, pasti itu orang sudah mendapatkan bogeman yang keras darinya.

"Lista, segera masuk ke kelas!"

Seru Shakira yang melihat Lista tengah berbincang dengan Ezal. Mendengar itu membuat Lista memutar bola matanya malas.

"Shakira, gue mohon jangan terlalu keras sama cewe gue. Karena disini gue yang salah, bukan dia."

Ucap Ezal kepada Shakira dengan wajah serius dan menatap tajam Shakira.

---

Setelah bergelut dengan mata pelajaran, padahal pikiran Ezal hanya dipenuhi oleh Syila. Semua materi yang dijelaskan oleh guru tidak ada yang masuk sama sekali di otaknya. Ia sangat khawatir dengan kondisi gadisnya sekarang. Ia ingin bertemu dengannya, tetapi bagaimana caranya. Menghalalkan segala cara dalam situasi seperti ini akan menambah beban Syila nantinya.

Kini ia sudah sampai di rumahnya, memarkirkan motor dengan tergesa-gesa karena ia ingin melihat ke jendela kamarnya barangkali melihat sosok Syila di sana. Setidaknya ia bisa melihat wujud gadis itu meskipun dari kejauhan, daripada tidak sama sekali.

Saat keluar dari garasi mobilnya, banyak santri wati yang melihat ke arahnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Yang jelas semua pasti bakalan tidak percaya dengan berita yang telah tersebar. Tetapi disana Ezal masa bodoh dengan semua tatapan itu, ia hanya terus berjalan menuju rumahnya.

"EZAL!!!"

Teriak abinya saat Ezal hendak menaiki anak tangga. Saat masuk ke dalam rumah, ia tidak menyadari keberadaan Anwar dan Alwa yang ternyata sedari tadi sudah menunggu kedatangan anaknya.

Di sana Anwar berjalan menghampiri anaknya dengan wajah dan tatapan penuh amarah. Sementara Ezal dengan ekspresi tidak mengerti apa-apa hanya berdiri di tempat. Disisi lain, Alma juga ikutan bangkit dari duduknya dan berjalan di belakang suaminya dengan tatapan khawatir.

PLAKKK!!!!

---

Aduhhh kann ditampar jadinya :)

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang