- 50 -

503 28 2
                                    

"Hana."

Panggil Syila di saat Mia baru saja keluar kelas untuk pergi ke kamar mandi.

"Iya Syil?"

Hana yang awalnya fokus mencatat materi yang ada di papan tulis menjadi terlihkan saat Syila memanggilnya.

"Mmmm, anti pernah ngerasain jatuh cinta nggak?"

Pertanyaan Syila itu jelas saja membuat dahi Hana mengkerut. Merasa sedikit heran dengan pertanyaan Syila.

"Yaa namanya juga manusia normal Syil, pastinya juga pernah."

Syila tetap diam menunggu pertanyaannya terjawab.

"Yaa tiap ada dia, orang yang anti suka. Anti suka lihatin dia terus, seneng banget kalau ketemu dia, kadang juga jantung tuh ngrasa deg-degan parah gitu. Itu sii yang selama ini ana rasain."

Mendengar jawaban Hana membuat Syila memanggut-manggutkan kepalanya. Tepat setelah Hana menjawab, Mia datang dan duduk kembali ke bangkunya.

"Kenapa?"

Tanya Mia yang melihat Hana dan Syila yang sepertinya telah membahas sesuatu hal.

"Tadi Syila nanya, gimana perasaan ana ketika sedang jatuh cinta."

"Ooohhh, jatuh cinta sama siapa sihh, yang ngasih susu kemarin itu Syil? Emang siapa dia? Kasih tahu dong."

Sudah Syila duga respon Mia akan seperti itu, bukannya menjawa malah diberi sederet pertanyaan yang membuatnya merasa tertekan dengan pertanyaan itu. Mana bisa dia menjawab, jika orang yang selalu mengganggu pikirannya itu adalah orang yang sama dengan orang yang dikagumi Mia, bahkan seluruh isi pondok.

Di sana, Syila hanya tertawa kecil tidak bisa menjawab sederet pertanyaan Mia.

"Yee malah ketawa."

"Pokoknya anti harus kasih tahu, barangkali kita tahu orangnya, ntar kita bantu pdkt."

Lanjut Mia dengan wajah semengat untuk membantu. Sementara Syila hanya mengangguk kaku, tidak mampu lagi untuk berkata-kata.

---

"Gimana Zal, lo jadi ke ruang musik nggak?"

Tanya Chandra tepat setelah bel istirahat berbunyi. Dan Ezal pun menjawa dengan anggukan kepala.

"Lahh, nggak makan dulu nih? Laper gue anjir."

Sahut Ben seraya mengusap perutnya yang sudah berbunyi sejak jam pelajaran pertama tadi.

"Gue langsung ke ruang musik, kalian bisa makan dulu."

Ucap Ezal, dan langsung beranjak keluar kelas menuju ruang muesik, meninggalkan ke tiga temannya yang melihatnya dengan ekspresi cengo.

"Gue ngikut Ezal."

Ujar Alwin, lalu berjalan keluar kelas menyusul Ezal.

"Eee g-gue juga."

Sahut Chandra, lalu berlarian keluar kelas menyusul ke dua temannya.

"Anjir."

Hanya kata itu yang mampu keluar dari mulut Ben.

Sesampainya di depan ruang musik, Ezal mencoba untuk membuka pintu ruangan tersebut, tetapi ternyata pintu tersebut dalam keadaan dikunci.

"Kenapa Zal? Dikunci yaa?"

Tanya Alwin yang berjalan dari arah belakang Ezal.

"Ngambil kuncinya di mana?"

Tanya Ezal kepada Alwin.

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang