Ezal baru saja sampai di kamarnya sehabis dari sholat isya, lalu mendengar ponselnya yang berdering, sepertinya sudah sedari tadi. dilihatnya, ternyata Alwin yang menelfonnya, dia pun langsung menrima panggilan tersebut.
"Hmm?"
"Cuma mau nanya aja, barang mu udah diterima cewe lo?"
Tanya Alwin penasaran mengenai hasilnya.
"Udah, tadi waktu istirahat."
"Wih, bagus deh kalau gitu. "
Terdengar Alwin ikut senang di ujung sana setelah mendengar kabar baik dari temannya.
"Kenapa emangnya?"
"Nggak papa, cuma memastikan aja. Kalau belum yaa kita bantu supaya barang mu cepet diterima."
"Ohh."
"Trus, selanjutnya lo mau ngapain? Nunggu balesan dari dia?"
"Mungkin."
"Lebih baik kek gitu, kita tunggu dulu jawaban dia kek gimana."
"Hmm."
"Yaudah gitu aja."
Ucap Alwin, kemudian sambungan telfon terputus.
Ezal melempar ponselnya dengan asal di kasurnya. Kemudian dia melangkah mendekati jendela, dan membuka sedikit gorden. Terlihat di sana banyak santri putri yang berkeliaran bersiap untuk berangkat mengaji malam. Lalu ke dua matanya terfokuskan ke salah satu kamar dari sisi kanan jendelanya, kamar siapa lagi jika bukan kamar Syila. Di sana nampak ada salah satu santri yang berdiri di ambang pintu. Entah siapa, dia kurang tahu pasti. Sedetik kemudian, santri itu menoleh ke jendela kamarnya, yang jelas saja membuatnya terkejut, dan langsung menutup kembali gorden.
"Ehh kak Ezal?"
Tanya Hana kepada dirinya sendiri setelah melihat jendela Ezal terbuka dan memperlihatkan orangnya. Tetapi saat dirinya mengetauhi itu, gorden itu kembali tertutup dengan sangat cepat.
"Hah?! Apa anti bilang tadi? kak Ezal??"
Tanya Mia dengan langsung menghampiri Hana yang masih berdiri di ambang pintu. Dilihatnya jendela Ezal yang tidak ada apa-apa di sana. Sementara Syila, saat Hana menyebut nama cowo itu, entah kenapa jantungnya langsung berdegup dengan kencang. Tanpa sadar Syila juga ikutan menghampiri Hana dan melihat ke arah kamar Ezal.
"Tadiiii, beneran kak Ezal di jendela, lagi ngelihatin ke sini."
Jelas Hana supaya Mia percaya.
"Dihh, yaa masa ngeliathin anti."
Ucap Mia dengan sewot.
"Yaa bukannya ana pd atau gimana, tapi emang gitu faktanya, trus kak Ezal langsung nutup gordennya."
"Ezal mah gapernah buka gorden jendelanya Han, salah lihat paling anti."
Ucap salah satu kakak kelas yang satu kamar dengannya.
"Dah lahh, gausah dibahas. Berangkat ngaji woi."
Sahut Mia yang tidak mau memperpanjang pembahasan.
---
Ezal memutuskan untuk duduk di pinggiran kasur. Berharap melihat cewe itu, malah yang ada orang lain. Banyak yang dia pikirkan saat ini. Apakah barang beriannya sudah dibuka? Bagaimana reaksinya? Senang? Baper? Atau malah menganggap itu adalah hal yang norak untuk dilakukan?
Ezal merasa overthingking, apakah kali ini Syila akan membalasnya atau tetap seperti kemarin-kemarin yang sama sekali tidak ada balasan dari cewe itu.
Kemudian Ezal memutuskan untuk langsung tidur daripada memikirkan hal-hal yang membuatnya semakin gila sendiri nantinya.
---
Di saat Syila dan ke dua temannya berjalan melewati rumah kyai Anwar, pandangan Syila ke atas tepatnya ke lantai dua tempat kamar Ezal berada. Dan tanpa dia sadari Mia memeperhatikan hal tersebut.
"Kenapa Syil?"
Tanya Mia langsung saat Syila yang tak hentinya melihat ke arah lantai dua rumah kyai Anwar.
"Ohh, nggak."
Dari situ Syila pun tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya dari lantai dua rumah kyai Anwar.
"Anti suka kak Ezal kan Syil?"
Pertanyaan yang langsung keluar dari mulut Mia tanpa permisi itu langsung membuat Syila menoleh cepat ke Mia.
"Ha?"
"Yaa maklum lahh Mi kalau Syila suka, toh se isi pondok putri juga pada kagum sama kak Ezal."
Sahut Hana.
"Yaa emang, ana kan cuma nanya."
"Cuma sekedar kagum aja kok."
Jawab Syila membohongi dirinya dan juga temannya.
"Tuhh kan, siapa sii Mi yang nggak kagum sama kak Ezal??"
"Iyaaa iyaaa, orang cuma nanya kok."
Entah kenapa dia masih tidak mau jujur kepada dirinya sendiri kalau dirinya sebenarnya suka dan sudah jatuh hati kepada pesona seorang Ezal. Dia takut kalau dengan dia menyukai Ezal akan membawa dampak buruk baginya nanti. Apalagi Ezal yang sering mengirimi sesuatu untuknya, bagaimana tanggapan teman-temannya nanti, bahkan semua orang. Apakah dia bakalan di bully seperti apa yang dilakukan oleh Lista dan ke dua temannya, atau bahkan lebih parah dari itu.
"Ehh Syil, santai aja Syil, nggak usah dipikirin, ana tadi cuma sekedar nanya aja kok. Kalau anti emang suka kak Ezal yaudah sok, gapapa. Toh ana juga bukan siapa-siapanya."
Ucap Mia yang tetiba merasa tidak enak dengan Syila.
"Hehe, iya aman kok Mi."
Saat Syila dan ke dua temannya hendak memasuki kelas, dia bertemu dengan Varel yang sedang santai bersandar di pagar depan kelas.
"Ekhemm!!!"
Varel sengaja berdeham saat melihat Syila dan ke dua temannya hendak memasuki kelas. Tetapi Mia dan Hana menghiraukan deheman Varel dan memilih langsung masuk kelas.Karena Syila tahu dan masih ingat jelas kalau itu adalah teman Ezal, dia berhenti sesaat.
"Jangan lupa dibalas, dia mengharapkan balasan dari lo."
---
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Ficção AdolescenteKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...