- 94 -

83 3 0
                                    

Kedatangan Ezal membuat suasana menjadi tegang dan awkward, terlihat Rasyid—ayah Syila dan istrinya kebingungan, karena memang mereka berdua belum tahu tujuan dari mereka di undang untuk hal apa.

"Mmm begini ustadz, saya sekeluarga dan selaku pemilik pondok pesantrean ini sangat-sangat mengucapkan mohon maaf sekali atas kesalahan yang telah dilakukan oleh anak saya Ezal terhadap Syila."

Ujar Anwar mulai membuka suara dengan segala perasaan takut dan perasaan bersalah yang mendalam.

Disana Rasyid dan Hanna terlihat menoleh satu sama lain. Tidak paham menganpa tiba-tiba Anwar meminta maaf seperti itu. Mereka juga sempat menoleh ke Syila yang hanya diam dan tidak mengatakan apapun.

"Ini ada apa yaa Kyai? Bisa tolong dijelaskan?"

"Jadi begini ustadz, tujuan kami sekeluarga mengundang anda itu hendak memberitahu bahwa, anak saya dan Syila telah memiliki hubungan diam-diam yang itu saya dan istri saya juga tidak mengetauhinya."

Jelas Anwar dengan sangat hati-hati.

"Hubungan diam-diam? Maksudnya pacaran begitu Kyai?"

"Iya seperti itu."

Jawab Anwar atas pertanyaan Rasyid. Rasyid dan Hanna pun seketika menoleh ke Syila dan Ezal secara bergantian, tidak menyangka bahwa anaknya bisa menjalin hubungan di pondok, apalagi dengan gus nya sendiri.

"Eee, sebenarnya saya belum paham sepenuhnya, kok bisa sampai tahu itu bagaimana?"

Rasyid masih berusaha untuk mengulik lebih dalam mengenai hubungan anaknya itu.

"Iya, jadi saat Ezal dan Syila sedang berduaan itu kebetulan ada santri yang melihat lalu melaporkan kepada ketua pengurus. Nah yang sekarang ada di samping Syila itu Shakira ketua pengurus pondok putri."

Jelas Anwar lagi seraya menunjuk Shakira menggunakan ibu jarinya dengan sopan.

"Ohh, kamu nak ketua pengurusnya? Bagaimana itu bisa tolong diceritakan?"

Tanya Rasyid beralih kepada Shakira. Kini menjadi Shakira yang tegang untuk menjelaskan semuanya.

"Iya om saya Shakira ketua pengurus pondok putri, jadi saya izin sedikit menjelaskan gambaran besarnya saja. Jadi Syila telah saya sidang selama dua kali pertemuan, dan hasil sidangnya itu iya mereka telah berpacaran kurang lebih dua minggu."

Mengetahui bahwa Syila telah di sidang 2 kali itu membuat Ezal sedikit terkejut. Ternyata sampai sebegininya kasusnya. Seketika ia sangat merasa bersalah kepada kekasihnya karena telah membuat kekacauan ini semua.

"Itu gimana awalnya?"

"Jadi awalnya Syila itu mendapat surat dua kali dari gus Ezal, nah surat pertama itu isinya gus Ezal memperkenalkan diri seperti percobaan pdkt begitu om, tetapi Syila tidak membalasnya. Kemudian surat kedua itu berisi pernyataan cinta, dan Syila menjawabnya. Dari situlah mereka memiliki hubungan."

Mendengar penjelasn hasil sidang dari Shakira membuat kening Ezal mengerut. Sepertinya Syila telah memanpulasi semuanya. Padahal aslinya ia tidak pernah menuliskan sesuatu mengenai pdkt, ia hanya menuliskan namanya dan juga memberikan memory card. Tetapi dipenjelasan tadi Shakira tidak menyebutkan memory card sama sekali.

"Benar Syila seperti itu?"

Tanya Rasyid kepada anaknya yang sedari tadi hanya diam menundukkan kepalanya. Syila pun menoleh dengan tatapan sayu lalu mengangguk pelan.

"Astaghfirullah Syila."

Ucap Rasyid dan Hanna secara bersamaan. Mereka benar-benar kecewa kepada anaknya sendiri yang niatnya di pondokan malah menjadi berzina di pondok.

"Mmm, om saya selaku pacarnya Syila mohon maaf sebesar-besarnya. Ini bukan salah Syila, secara sadar dan tidak sadar ini salah saya. Saya yang awalnya mengajak untuk berpacaran, dan saya juga yang awalnya menyatakan bahwa saya suka kepada Syila."

Mendengar Ezal mulai angkat bicara semua pasang mata menoleh ke Ezal, terutama Syila. Seketika hatinya tersentuh mendengar Ezal yang dengan serius memohon maaf kepada ayah dan bundanya.

"Kalau saya boleh mengatakan ini, sejujurnya saya serius dengan hubungan ini om. Saya berniat untuk melamar Syila, tatapi posisi saya yang belum lulus SMA ini membuat saya tertahan, dan saya berencana untuk melamar Syila setelah saya lulus SMA."

Lanjut Ezal dengan seirus dan penuh keberanian. Hal itu entah kenapa membuat air mata Syila berlinang. Ia merasa hatinya sangat tersentuh melihat Ezal mengatakan itu.

Terlihat sekali bahwa Rasyid dan Hanna benar-benar terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Ezal. Perkataan serius yang keluar dari mulut seorang siswa SMA membuat mereka tidak percaya sama sekali. Begitu juga dengan Anwar dan Alma yang sama-sama terkejut saat anaknya berbicara serius seperti itu. Karena memang sebelumnya belum ada pembahasan soal itu.

"Kamu melamar saat posisi Syila masih SMA?"

Tanya Hanna.

"Iya tante, jika memang om dan tante belum memperbolehkan saya akan tetap menunggu untuk bisa melamar Syila."

"Mmm, menurut saya sebaiknya seperti ini saja ustadz. Saya lihat anak saya memang serius dengan Syila. Lebih baik mereka menjalin ta'aruf dan kita sebagai orang tua juga bisa mengenal satu sama lain, dari pada membiarkan mereka terlena dalam kemaksiatan."

Sahut Anwar paham dengan maksud Ezal dan juga setuju jika memang dia ingin meminang Syila.

"Mohon maaf sekali Kyai, karena mereka berdua masih anak-anak jadi menurut saya belum waktunya untuk ke jenjang pernikahan. Apalagi anak saya perempuan, yang sudah pasti membutuhkan pembimbing yang lebih dewasa dan paham seperti itu."

Jawab Rasyid dengan penuh rasa hormat. Mengetahui bahwa ayahnya sepertinya tidak setuju dengan ajakan ta'aruf, membuat Syila ingin membantah. Ia ingin bersuara bahwa ia mau menjalin ta'aruf, ia sudah terlanjur cinta dengan Ezal dan haru berakhir begitu saja?

Ezal hanya pun hanya bisa tersenyum tipis mendengar bahwa benar, ia ditolak. Sakit, perih, kecewa, marah semuanya terasa seperti runtuh begitu saja menimpanya. Pandangannya beralih ke Syila yang terlihat seperti ingin menangis. Ia mengangguk pelan memberi isyarat bahwa tidak masalah jika ditolak, itu memang konsekuensinya.

Disana Syila menggeleng kuat tidak terima dan tidak setuju dengan jawaban ayahnya. Kedua matanya terasa panas dan air mata yang ia tahan sejak tadi akhirnya jatuh juga. Ia menggoyangkan paha bundanya seraya menggelengkan kepala, bahwa ia tidak setuju dengan ayahnya.

"Aku mau ta'aruf bun."

Ucap Syila dengan suara lirih dan bergetar.

"Syila sayang, belum waktunya yaa."

Melihat Syila yang menangis itu semakin mengiris hati Ezal. Ia ingin memeluk gadis itu dan menenangkan bahwa tidak masalah jika tidak bisa ta'aruf, memang bukan takdirnya saja.

"Gapapa Syila, jawaban ayah mu ada benarnya juga, kita memang masih anak-anak. Mungkin memang kita dipertemukan bukan untuk bersatu. Senang bisa mencintaimu dalam waktu sesingkat ini Syila."

---

Tolong, ini sad banget :)

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang