"Zal, cewe lo tuh."
Ujar Alwin saat menyadari tiga gadis yang sedang berjalan melewati gazebo.
Mendengar itu membuat Ezal yang tadinya fokus ke gitar, langsung menoleh ke kanan. Melihat Syila yang sedang berjalan dengan menundukkan kepalanya begitu dalam, membuat senyumannya muncul tanpa sadar.
"Malu dia Zal."
Ucap Ben saat melihat Syila yang berjalan dengan kepala menunduk.
"Lucu juga yaa cewenya Ezal."
Sahut Chandra spontan yang langsung mendapatkan tatapan maut dari Ezal.
"Weee weee santai Zal, santai. "
Menyadari Ezal yang melihat Chandra dengan tatapan tidak enak itu membuat Varel menepuk Pundak Varel berulang kali.
"Ini si Chandra ngomong kek gitu aja reaksi Ezal udah kek gini, apalagi Renda."
Ucap Varel dalam hatinya, jangan sampai Ezal tahu kalau Renda mengagumi sosok ke imutan dari Syila.
"Aman Zal aman santai, hehe. Syila punya lo kok."
Ujar Chandra baru sadar setelah ucapan Varel tadi. Melihat tatapan tajam dari Ezal seketika membuat bulu kuduknya berdiri. Mengingat Ezal tidak pernah menatapanya dengan begitu tajam selama dia berteman dengan Ezal.
Tak selang berapa lama kemudian, gerombolan Lista muncul dari gerbang pondok putri. Lidya seketika kaget melihat ternyata Alwin belum saja pergi dari sini. Dan masih berkumpul dengan Ezal dan lainnya.
"Lid, mereka masih di sini ternyata."
Ujar Lista yang sama-sama terkejutnya dengan Lidya.
"Cepet putuskan Lis, anti mau sama Varel apa Ezal?? Kalau nggak sama Varel, biar ana sama Ezal."
Bisik Dini kepada Lista yang berjalan di samping kirinya.
"Anjir, mana bisa begitu. Tetep Ezal lahh."
Jawab Lista dengan sangat percaya diri dan tanpa memundurkan diri untuk tetap mendapatkan hati Ezal.
"Ohh begituuu ..."
Mendengar jawaban Lista itu membuat Dini tertawa tertahan. Masalahnya Ezal saja selalu nolak saat Lista mendekat, tetapi cewe itu masih bersihkukuh untuk mendekati Ezal.
"Ekehmm Lid, kuenya bagi-bagi dong masa dimakan sendiri."
Goda Ben saat Lidya dan kedua temannya berjalan melewati gazebo.
Mendengar itu membuat Lidya menoleh ke sumber suara dan melototi Ben dengan ekspresi tidak suka.
Melihat ekspresi Lidya yang menurut Alwin sangat konyol itu langsung membuatnya tertawa lepas. Disusul dengan Varel, Ben dan Chandra yang juga tertawa melihat muka konyolnya Lidya.
Karena merasa ditertawakan, Lidya langsung membuang muka dan mengepalkan tangan kananya yang tidak memegang buku.
"Syalan!"
Maki Lista dalam hatinya.
"Anti abis ngapain Lid, kok diketawain gitu?"
Tanya Lista yang tidak paham kenapa Alwin dan yang lainnya tertawa lepas seperti itu.
"Nggak tahu, bodo amat."
Jawab Lidya, kemudian berjalan lebih cepat meninggalkan Lista dan Dini.
"Lahh."
---
"Ngawur kalian, marah dia tuh."
Ucap Ezal yang melihat ekspresi kesal Lidya saat teman-temannya menertawakannya.
"Ehh malah Alwin tuh yang duluan."
Sahut Ben tidak merasa bersalah dan malah menyalahkan Alwin. Padahal semua yang ikut tertawa itu lah yang salah.
"Wajahnya kocak banget anjir pas lihat Ben tadi, nggak kuat gue."
Ucap Alwin yang masih diselingi tertawa.
"Lo nggak ikut ngaji Rel??"
Tanya Chandra melihat Varel yang malah masih santai nongkrong di sini, bukannya berangkat mengaji malam.
"Ntar, masuk telat aja gue mah, santai."
"Ngapain juga masuk, kan nggak ketauhan pengurus kalau lo di sini."
Ucap Ezal dengan entengnya.
"Woi woi, bukan gue yang ngomong yaa, nih anak pak Kyai nih yang ngajarin."
Mendengar itu langsung membuat Varel mengangkat kedua tangannya, membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.
"Wahhh gimana sihh nih anak pak Kyai masa ngajarin yang nggak bener."
Ben lanjut mengejek Ezal dengan mengeluarkan ekspresi yang membuat Ezal jengkel.
"Bangsat!"
Mendengar Ezal memaki Ben seketika membuat ke empat temannya tertawa lepas.
---
"Ehh tadi yang temennya kak Ezal ada yang ganteng lohh, kalian nyadar nggak?"
Tanya Mia yang baru saja duduk di bangku disusul dengan kedua temannya yang lain.
"Temen kak Ezal mah ganteng semua yang tadi, yang anti maksud yang mana?"
Jawab Hana dengan mengingat wajah-wajah teman Ezal tadi.
"Yang sampingnya bawa gitar tadi lohh."
"Yang bawa gitar?"
"Ck! Sampingnya, bukan yang bawa gitar."
Mia sampai berdecak lidah karena Hana yang tak kunjung paham dengan apa yang dirinya maksud.
"Oalaahhh, biasa aja sii menurut ana. Malah gantengan yang bawa gitar tadi, kek kokoh-kokoh China gitu."
Jawab Hana seraya membayangkan wajah salah satu teman Ezal yang menurutnya seperti kokoh China.
"Iyaa kalau dia islam, kalau non muslim?? Sama aja dong, percuma ganteng kalau nggak seiman, yaa kan Syil."
Di sana Syila hanya menjawab dengan anggukan kepala.
"Ehh, percuma ganteng kalau nggak bisa digapai."
Sahut Hana yang tidak terima dengan ucapan Mia tadi.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...