"Syila, anti gapapa?"
Tanya Hana seraya memegang pundak Syila.
"Syila Syila bangun Syil."
Sementara Mia membantu Syila untuk duduk. Terlihat di sana kondisi Syila yang sungguh berantakan. Kerudungnya basah karena air mata, kedua matanya sembab dengan wajah yang memerah karena menangis terlalu lama.
"Ada kita Syil, ada ana sama Hana."
Ujar Mia seraya meraih tubuh Syila ke dalam pelukannya. Di sana Syila hanya bisa menangis dan menangis. Kedatangan kedua temannya semakin membuat tangisannya pecah.
"Astaghfirullah Syila, tetap bertahan ya."
Ucap Hana kemudian dengan tangan yang masih mengelus pundak Syila.
---
"Ezal Ezal."
Terdengar suara Anwar di balik pintu kamar Ezal. Ezal pun memutar bola matanya malas karena ia sedang tidak ingin berdebat dengan abinya sekarang. Lalu dengan malas ia membuka pintu kamarnya.
"Parkir mobilnya yang bener, selesai makai bukannya langsung ditaruh di garasi malah di parkir tengah jalan."
Ucap Anwar dengan wajah kesalnya. Sementara Ezal membalas dengan tatapan tidak suka. Tanpa berlama-lama, Ezal pun langsung mengambil kunci mobilnya dan turun untuk memasukkan mobil kedalam garasi.
Kemudian saat Ezal hendak kembali ke kamarnya, ia bertemu dengan uminya yang tengah bersiap untuk melaksanakan sholat maghrib di pondok putri. Ia pun menghampiri uminya terlebih dahulu sebelum ke kamarnya untuk mengambil sajadah.
"Eee umi."
"Kenapa Ezal?"
Sebelum bertanya, Ezal berpikir keras sebelum ia salah dan malah menyesatkan dirinya sendiri dan juga Syila.
"Di pondok putri ada kasus pacaran lagi kah?"
"Mmm, bulan ini tidak ada, alhamdulillah. Kenapa kok nanya seperti itu?"
Mendengar itu membuat Ezal bernafas legah. Berarti kasusnya belum sampai ke telinga orang tuanya, dan mungkin juga belum sampai ke semua guru.
"Gapapa umi, Ezal nanya aja kok."
"Yaudah, gih cepat ambil wudhu."
"Iya umi."
---
Waktu makan malam telah tiba, setelah sholat maghrib berjamaah Mia memutuskan untuk mengambil makan sendirian, dan membiarkan Hana menemani Syila di kamar. Jika Syila ikut mengambil makan, maka akan semakin banyak hujatan yang dia terima.
Saat Mia berjalan menuju dapur dengan dua piring di tangan kirinya, ia tidak sengaja bertemu dengan Lista dan kedua temannya berjalan dari arah kamar pengurus pondok putri. Lista juga menyadari kehadiran Mia sehingga cewe itu tersenyum miring ke Mia.
"Mana temen anti yang abis di sidang itu?"
Tanya Lista dengan nada mengejek. Sementara Mia hanya diam dengan menatap penuh kebencian.
"Oiya, btw makasih infonya. Ana jadi ada tambahan buat ngelaporin dia ke pengurus pondok."
"Sama-sama, lagian kak Ezal juga tetep milih Syila kok. Mana mungkin jadi beralih buat suka sama cewe modelan Lista."
"Mulutnya dijaga dong adek kelas."
Sahut Lidya karena merasa omongan Mia sudah tidak sopan.
"Iddiihh, najis."
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...