Jam pelajaran sekolah SMA Cakrawala pada hari ini telah berakhir. Saat Ezal beserta ke tiga temannya berjalan menuju parkiran, dia merasakan deringan telfon dari saku celananya. Terlihat di sana ternyata abinya yang kini sedang menelfonnya. Kemudian dia menerima panggilan itu dengan berdecak lidah.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam, Zal jangan lupa cuci mobilnya."
Ucap Anwar dari sebrang sana yang langsung membuat Ezal membuang nafasnya kasar.
"Iya, ini Ezal mau pergi ke tempat cuci mobil."
"Yaudah, habis cuci mobil langsung pulang. Abi memberikan transportasi mobil cuma buat sekolah, untuk hal lainnya kamu pikir sendiri."
Mendengar itu langsung merubah raut wajah Ezal.
"Hmm."
Setelah itu panggilan pun sengaja Ezal akhiri tanpa mengucap salam. Terlihat sangat tidak sopan bukan? Tetapi Ezal sudah masa bodo dengan itu.
"Kenapa Zal?"
Tanya Chandra saat menyadari raut wajah Ezal yang langsung berubah menjadi menyeramkan saat menerima panggilan itu.
"Abi gue."
"Haha, kenapa abi lo?"
Sahut Ben dengan cengiran di wajahnya.
"Suruh cuci mobilnya, padahal tadi pagi udah dibilangin, sekarang dibilangin lagi, panas telinga gue."
Jawab Ezal dengan wajah penuh kejengkelan yang terlihat sangat jelas.
"Bwhahaha, yaa itu beliau cuma ngingetin aja kali Zal."
Mendengar itu seketika membuat Ben tertawa lepas.
"Bacot! Dahlah siapa mau ikut gue cuci nih mobil?"
"Ben tuh, sekalian anterin pulang tuh anak."
Sahut Chandra seraya menunjuk Ben menggunakan jari telunjuknya.
"Yaudah."
Jawab Ezal singkat, kemudian dia membuka pintu mobil setelah membuka kunci dari kontak mobil yang dia pegang.
"Ntar malem nggak kumpul?"
Pertanyaan Alwin membuat Ezal yang hendak masuk mobil menjadi tertahan.
"Nggak, skip dulu."
Jawab Ezal, kemudian segara masuk ke dalam mobilnya, disusul dengan Ben yang duduk di kursi depan.
"Oke."
---
Setelah Ezal selesai menyuci mobilnya dan mengantar Ben pulang, dia pun langsung memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Bukan karena suruhan abinya tadi, melainkan dia hendak memberi tahu Varel bahwa dia akan tetap akan menembak Syila dalam waktu dekat ini. Dan bertanya mengenai sesuatu apa yang pantas untuk menembak seorang cewe selain menyanyikan sebuah lagu cinta.
"Assalamu'alaikum, abi ini kunci mobilnya Ezal taruh mana?"
Tanya Ezal seraya mengucap salam saat dirinya masuk ke dalam rumahnya. Di sana sangat sepi, seperti biasanya. Orang tuanya memang lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah daripada di rumah. Mungkin setelah adiknya keluar dari perut uminya, suasana rumah akan berbeda.
"Abi, umi ..."
Panggil Ezal sekali lagi sebelum dia memutuskan untuk menaruh kunci mobilnya dengan asal kemudian segara masuk ke kamarnya.
"Assalamu'alaikum."
Terdengar dari arah belakang, Anwar yang baru saja masuk ke dalam rumah dengan setelan jubah putih yang panjangnya di atas mata kaki, serta memakai sarung berwana biru putih. Sepertinya Anwar usai menjalankan sholat ashar.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Fiksi RemajaKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...