- 24 -

529 21 3
                                    

Hari ini adalah hari senin, dan Ezal kembali bersekolah seperti biasanya. Tetapi pagi ini terasa begitu berbeda dibandingkan dengan pagi-pagi biasanya. Tentunya kalian suah tahu alasanya. Yup! Tentu saja karena lagu yang dia nyanyikan akan dikirim ke penerimanya hari ini. Dia sangat percaya diri bahwa Syila akan langsung menerima barang darinya. Siapa yang akan menolak jika itu dari Ezal, orang yang paling dikagumi seluruh penduduk pondok putri.

Setelah berpamitan dengan abi dan uminya, kini Ezal keluar rumahnya dengan kedua telinga dia tutup menggunakan earphone yang mengalunkan hasil rekamannya sendiri. Senyuman yang tampan itu terpampang nyata di wajahnya, dan tentunya membuat para santri yang berada di sekitarnya menjerit tertahan.

"Ehh ehh itu kak Ezal!!!"

Pekik Mia girang dengan kaki dihentakkan ke tanah.

Mendengar kata Ezal, jantung Syila langsung berhenti sedetik. Pandangannya kaku melihat ke depan, melihat punggung Ezal yang berjalan keluar gerbang pondok. Badannya serasa kaku susah untuk berjalan, dan jantungnya berdebar dengan sangat kencang di dalam sana. Dia sangat bersyukur tidak bertemu Ezal dengan posisi bertatapan muka. Jika hal itu terjadi, dia pastikan akan langsung lari saat itu juga.

Padahal kemarin dia menanti-nanti akan bertemu Ezal dengan posisi tidak sengaja, tapi sekarang kenapa dia malah takut jika tiba-tiba bertemu cowo itu. Entah kenapa, dirinya juga tidak paham dengan dirinya sendiri.

---

"Chil chill, sini chil."

Panggil Varel menyuruh Renda untuk datang menghampirinya.

"Apa bang?"

Tanya Renda yang saat ini sudah berada tepat di depan lemari Varel.

"Nih, taruh di lokernya Syila pas istirahat. Kalau bisa pagi ini kalau dia belum ada di kelas. Dan pastikan kondisi kelas sepi."

Ujar Varel seraya menyerahkan plastik klip berisikan memori card dan secarik kertas.

"Hah dari bang Ezal??"

Tanya Renda sedikit terkejut setelah melihat tulisan yang tertera di kertas kecil itu.

"Ssssttttt!!! Kalau ini bocor, lo yang bertanggung jawab."

"Ohh oke-oke gue paham."

"Yaudah, ntar kabari lagi kalau udah, pastikan barang ini ada di tangan Syila, bukan orang lain."

"Siap-siap."

---

Seperti perintah Varel tadi, Renda langsung mengecek bangku para siswa putri, memastikan apakah Syila dan kedua temannya sudah berada di sana apa belum. Dan di saat kepalanya muncul di pinggiran tabir, ternyata belum ada Syila di sana, tetapi karena kondisi kelas sudah lumayan rame, jadi dia memutuskan untuk menaruhnya saat istirahat nanti.

Ternyata dugaannya selama ini salah. Ternyata Ezal yang menyukai salah satu temannya itu. Agak lucu menurutnya, karena setahunya, Ezal bukan tipe orang yang akan bucin kepada cewe. Yang ada malah cewe itu dijaili sama Ezal.

Tiba-tiba muncul pertanyaan mengenai memori card yang berada di dalam plastik klip itu. Kenapa Ezal memberikan Syila sebuah memori card? Sungguh sangat berbeda dengan laki-laki lain. Biasanya para santri putra akan mengirim sebuah benda yang nampak, seperi coklat, boneka kecil, atau sesuatu yang lain. Tetapi Ezal, sebuah memori card??

---

"Tuh dia, si bangsat yang dari tadi ditungguin."

Ujar Ben saat melihat Ezal yang baru saja nongol dari arah gerbang sekolah.

"Woi Zal!!!"

Teriak Chandra memanggil Ezal yang sepertinya tidak sadar mengenai teman-temannya yang sedang berada di parkiran motor.

"Lahh, kalian udah pada di sini."

Ucap Ezal seraya datang menghampiri teman-temannya.

"Yoi, kita udah di sini dari tadi. Lo kemaren kenapa nggak ikut gabung?"

Tanya Chandra seraya turun dari motor yang dia duduki sedari tadi.

"Gue?? Ck! Biasalah nyiapin sesuatu buat pdkt."

"Widih widih, bentar nih. Pdkt sama cewe kemaren, sii siapa namanya? Syelia? Syela?"

Tanya Ben yang langsung tertarik dengan ucapan Ezal barusan.

"Syila goblok!"

Jawab Chandra seraya menoyor kepala Ben ke depan. Memang kebiasaan ngawur tuh anak.

"Lo jadi sama tuh anak Zal?"

Alwin yang sedari tadi menyimak pun akhirnya ikut nimbrung dan merasa tidak yakin dengan rencana Ezal yang ingin melakukan pdkt.

"Hmm, gue pake cara nyanyiin dia."

"Nyanyiin dia gimana maksud lo?"

Tanya Ben yang tidak paham dengan maksud Ezal, mengingat cewe yang temannya taksir itu adalah santri pondok, bagaimana caranya?

"Adalahhh, gue pake rekaman, trus dikasih ke dia berupa memori card."

"Gilaaakkkk, keren banget lo."

Ucap Ben girang dan kagum seraya menggoyangkan pundak Ezal heboh.

"Ide siapa tuh?"

Tanya Chandra kepo, karena dia merasa itu adalah suatu hal yang sangat jenius jika memang Ezal yang memiliki ide tersebut.

"Varel sii, hehe."

---

"Lo nggak ke kantin Ren?"

Tanya salah satu teman Renda saat melihat Renda yang masih duduk di bangkunya dengan tatapan menunduk seperti memikirkan sesuatu.

"Hah?? Ohh iyaa, lo duluan aja."

"Oke."

Tepat setelah temannya itu keluar, Renda langsung bangkit dari kursinya dan berjalan ke daerah bangku para siswa putri. Dan ternyata masih sisa satu anak di sana. Tia-si cewe yang setiap jam istrirahat selalu membaca buku, entah buku apa itu.

"Lo kenapa nggak pernah istirah sii? Selalu aja di kelas."

Tanya Renda kesal. Gara-gara cewe itu, rencananya menjadi tertunda.

"Lahh, terserah ana lahh."

Ucap Tia, kemudian kembali membaca buku di depannya.

Mendengar itu membuat kedua mata Renda menyipit tidak suka. Otaknya berpikir keras memikirkan agar itu cewe segera keluar dari kelas. Agar dia bisa segera menaruh barang Ezal di loker Syila.

Sedetik kemudian muncul ide jail yang sangat cemerlang di otaknya. Dengan sangat lancangnya dia mengambil buku di kedua tangan Tia dan melemparnya keluar kelas begitu saja.

"Astaghfirullah, apaan sihh Ren, gajelas banget!!!"

Teriak Tia dengan wajah penuh kekesalan. Kemudian Tia pun langsung bangkit dari kursinya dan berjalan keluar untuk mengambil kembali buku novelnya. Dan di saat itulah, Renda cepat-cepat mengunci pintu kelas, agar Tia tidak bisa masuk kembali ke dalam kelas.

"RENDAAAAA!!!!"

---

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang