- 32 -

461 21 0
                                    

"Woi woi woi chil chil!!!"

Panggil Varel saat bertemu Renda yang sedang berjalan dengan tergesa-gesa di halaman sekolah.

"Apaan bang??"

"Nih, surat dari Ezal buat cewenya. Kasihin ke dia pas istirahat aja, trus taroh di bukunya jangan di loker, ntar anaknya nggak nyadar."

"Ohh oke bang, siap!"

Ucap Renda seraya menerima kertas kecil yang disodorkan Varel kepadanya.

"Lo buru-buru amat, mau ngapain??"

"Gue ada piket bang pagi ini, lupa."

"Yaelah, masih jaman piket dikerjakan."

"Yeee, itukan elu bang."

Jawab Renda dengan ledekan juga, kemudian segera berjalan menuju gedungnya meninggalkan Varel yang saat ini mengejek Renda dengan mulutnya 'nyenyenye'.

---

"Lahh tumben banget Zal berangkat pagi."

Ujar Alwin yang baru saja masuk ke dalam kelas, dan melihat Ezal yang sudah duduk di bangkunya dengan fokus ke layar ponsel.

"Tadi gue ada urusan, jadi sekalian aja. Oiya, yang lain mana?"

"Gatau, tadi ketemu mereka di jalan sii."

Mendengar itu Ezal hanya ber'oh'ria, kemudian kembali beralih ke ponselnya.

"Mmm Zal, keknya gue jadi ketemuan sama temen lo."

Ucap Alwin setelah berpikir lama untuk memutuskan hal tersebut.

"Ohh oke, berarti jum'at besok yaa?"

Tanya Ezal memastikan, karena kebetulan besok adalah hari jum'at. Hari di mana pondok libur dan santri putri diperbolehkan untuk keluar pondok.

"Ohh, jum'at yaa? Gue kira sabtu. Okedeh jum'at, berarti kita bolos sekolah?"

"Iya lahh. Mereka cuma dikasih batasan sampe jam dua belas aja, nggak sampe malem."

"Win, lo ninggal ki—lahh Zal, kok lo udah nyampe sini??"

Tanya Ben terkejut saat sadar mengenai Ezal yang sudah berada di bangkunya.

"Tumben nggak datang siang lu."

Sahut Chandra seraya duduk di bangkunya, yang tempatnya tepat bersebalahan dengan bangku Ezal.

"Iyaa, tadi pagi gue ada urusan bentar."

"Idihh, gaya banget lu ada urusan segala."

Ledek Ben seraya menaruh tas ranselnya di bangkunya, kemudian duduk di atas meja.

"Oiya, besok kalian ikut gue sama Alwin nggak?? Dia mau ketemuan sama temen gue."

"Hah lu jadi sama temennya Ezal Win??"

Tanya Chandra yang langsung menoleh ke Alwin, begitu juga dengan Ben.

"Gilaa gilaaa, temen-temen gue pada ngejar cewe semua cuyy, kita kapan Chan?"

"Halahh, nggak usah mimpi lo, siapa yang mau sama cowo punyanya motor bebek??"

Pertanyaan dari Chandra itu membuat Alwin tertawa tertahan.

"Wahhh iyaa juga yaa, ampun dehh jelas kalah sama yang bawaannya ninja."

Alwin dan Ezal langsung tertawa lepas mendengar jokes dari Chandra dan juga Ben. Perlu kalian tahu, bahwa memang mereka berdua lah yang ekonominya lebih rendah dari pada Ezal apalagi Alwin.

---

Jam istirahat telah tiba. Sekarang hanya sisa tiga orang di dalam kelas, Renda beserta teman cowonya dan teman cewenya yang selalu setia di kelas saat jam istirahat, siapa lagi jika bukan Tia. Cewe itu selalu saja membuat Renda kesusahan. Kalau begini, dia harus mencari cara lagi agar si cewe itu keluar.

"Lo nggak keluar??"

Tanya Renda kepada temen cowonya yang duduk di bangku paling depan.

"Iyaa habis ini keluar. Kenapa mau barengan?"

"Ohh nggak, gue mau ada urusan bentar, lo duluan aja."

"Okeh."

Ucapnya, kemudian berjalan keluar kelas. Dan sekarang tinggal tersisa satu, yaitu Tia. Otaknya berpikir keras agar cewe itu bisa keluar dari kelas tanpa merasa curiga.

"Ekehmm!!! Ti, dipanggil temen lo tuh dari kelas IPA satu."

Ujar Renda yang sekarang berdiri di ambang pintu. Acting seperti seolah-olah usai bicara dengan anak kelas samping.

"Siapa?"

Tanya Tia seraya beranjak dari bangkunya.

"Yaa nggak tahu, gue nggak kenal. Pokoknya cewe."

Jawab Renda berbohong, yang membuat Tia menatap dengan pandangan curiga kepada Renda. Tetapi cewe itu tetap keluar kelas yang membuat Renda tersenyum senang. Lalu, dia cepat-cepat mengunci pintunya di saat Tia sudah masuk di kelas samping.

Renda berjalan ke arah bangku para cewe-cewe. Tetapi sebelum dia ke bangku Syila, kedua kakinya berhenti saat melihat novel Tia yang tergeletak begitu saja di atas mejanya. Karena dia yang merasa kepo pun akhirnya mengambil novel itu. Dilihatnya di bagian belakang, tepatnya pada bagian bawah barcode terdapat tulisan 'NOVEL DEWASA' yang langsung membuat kedua bola matanya melotot.

"Si anjing!!! Ternyata novel dewasa, pantes aja dia bacanya selalu di kelas."

Ucap Renda seraya melempar novel itu ke meja Tia dengan asal. Dia benar-benar begitu terkejut. Pasalnya, Tia termasuk siswa yang diam dan dari segi penampilan dia seperti anak yang alim. Ternyata bacaannya seperti itu, siapa yang tidak kaget dan langsung out of the book.

Tidak hanya di pondok Ar-raudha saja, semua pondok juga mengharamkan santrinya untuk membaca novel dewasa. Bahkan di pondok Ar-raudha saja membaca komik diharamkan, karena menurut para pengurus komik itu bergambar, dan membuatnya lebih nyata untuk dilihat.

"RENDAAAAA!!! BUKA PINTUNYA!!!"

Mendengar teriakan Tia dari luar kelas itu membuatnya harus cepat-cepat menaruh surat Ezal ke dalam buku Syila. Kebetulan sekali di meja Syila terdapat beberapa buku. Tanpa menunggu lama lagi dia langsung membuka satu buku Syiala dan menaruhnya surat berian Ezal dibagian pertaman buku itu, lalu dia menutu bukunya kembali.

"RENDAAAA!!!"

"Iyaaa iyaaa sabar elahhh."

Ucap Renda seraya membuka kunci pintu kelasnya.

"Mana, katanya di panggil anak kelas sebelah, bohong!"

Ujar Tia dengan wajah penuh kekesalan, dan juga menghentakkan kakinya ke lantai saat berjalan masuk ke kelas.

"Yaa emang bohong. Btw penyamaran lo boleh juga."

"Maksudnya?"

"Novel dewasa."

Mendengar perkataan Renda dengan wajah yang sangat mencurigakan itu membuat kedua bola mata Tia terbuka lebar.

"Kamu buka-buka novel aku?!!"

---

Tidak selang berapa lama setelah Syila kembali ke kelas, guru yang mengajar mata pelajaran selanjutnya pun datang, Dan dia memasukkan buku yang berada di mejanya untuk di ganti dengan buku pelajaran yang lain di dalam tasnya. Tetapi saat dia hendak memasukkan bukunya ke dalam tas, sesuatu jatuh dari sana. Terlihat ada sebuah kertas kecil yang dilipat. Tanpa berpikir panjang, dia langsung menggambil kertas yang jatuh dari bukunya. Sebelum membuka kertas itu, dia sempat melihat-lihat ke sekitar dengan tanda tanya di kepalanya.

Dia pun mulai membuka kertas itu dengan perlahan. Setelah membuka kertas itu dengan sempurna, kedua bola matanya membulat saat membaca tulisan bagian awal dari surat itu.

"Dari kak Ezal??"

---

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang