Malam hari pun tiba, kini di tengah berlangsungnya ngaji malam Syila kalut dengan pikirannya sendiri. Ia sudah mempersiapkan diri supaya siap dengan yang akan disampaikan kepada kedua temannya. Sejak tadi ia sudah menghembuskan nafasnya berkali-kali untuk mencoba menenangkan dirinya. Jam sudah menunjukkan jam 20.00 tepat, dan kini ia sudah memantapkan dirinya untuk segera memberi tahu temannya.
"Hana, Mia. Ayo sekarang kita izin keluar."
Ucap Syila kepada Mia dan Hana dengan mantap. Sementara kedua temannya itu hanya bisa mengangguk pelan. Mereka berdua pun sebenarnya sama dengan Syila. Mereka juga mempersiapkan dirinya untuk mendengarkan sesuatu apa yang akan dikatakan oleh Syila nanti. Apakah mengenai rumor tersebut ataukah ada hal lain yang berkaitan dengan rumor tersebut.
"Kita mau ngobrol dimana Syil?"
Tanya Mia saat mereka barusan keluar dari kelas dan berjalan menuju pondok.
"Menurut kalian dimana yang aman?"
"Dimana ya Han?"
Tanya Mia kepada Hana.
"Mmm kayaknya di jemuran gedung sebelah."
Mendengar itu membuat bulu kuduk Mia bergidik ngeri. Karena jemuran gedung pondok sebelah itu pernah ada cerita horror yang beredar. Dan cerita itu memang diyakini oleh penghuni gedung tersebut.
"Ihh, yang bener anti Han?"
"Ya dimana lagi? Katanya mau yang aman. Siapa yang mau kesana malam-malam begini? Jelas nggak ada."
"Yaa bener sii, cuma gimana yaa."
Ucap Mia ragu dengan ide dari Hana seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Yaudah gapapa, kita ke sana aja."
Mendengar itu membuat kedua bola mata Mia membulat sempurna. Ia tidak menyangka Syila akan menerima ide Hana semudah itu.
Syila mengiyakan ide Hana karena menurutnya benar yang dikatakan Hana. Siapa orang yang akan berani ke tempat yang sudah di cap horror oleh semua santri.
---
Kini mereka bertiga sudah berada di anak tangga paling atas sendiri. Mia benar-benar tidak berani jika harus menginjakkan kakinya di jemuran itu. Lampu putih yang remang-remang itu menambah kesan horror bagi Mia. Wajahnya tidak lepas dari perasaan takut dan khawatir.
"Mia, udah deh ga usah mikir aneh-aneh."
Ucap Hana yang sebenarnya juga takut, tetapi ia masih mencoba untuk membuang pikiran-pikiran horror itu.
"Anti nggak takut apa Han? Kalau ana si merinding yang dari tadi."
Jawab Mia sambil melihat sekelilingnya dengan tatapan was-was. Ia membayangkan seperti cerita-cerita yang beredar di pondok putri. Bahwa sewaktu dulu ada seorang santri yang tengah mengambil jemurannya di malam hari, dan ia melihat ada kaki yang tengah bergelantungan dengan posisi berbaring di dua kursi. Tetapi saat santri tersebut mengambil kerudungnya yang menghalangi penglihatannya, sosok tersebut tidak ada di sana.
"Yaa tapi nggak usah—"
"Ini ana jadi cerita nggak nih?"
Potong Syila di tengah-tengah Hana ngomong. Kemudian Hana pun menjadi terdiam dan menganggukkan kepala.
"Oke ayo Syil, lebih cepat lebih cepat juga kita turun."
Ucap Mia kemudian, lalu bersiap untuk mendengarkan Syila, begitu juga dengan Hana.
"Sebelumnya, kalian jangan buka suara dulu sebelum ana selesai menceritakan semuanya. Dan mohon maaf banget, maaf banget kalau kalian kecewa sama ana."
Mendengar itu membuat Mia dan Hana saling melihat satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...