Sidang telah terlaksana, pertemuan antara orang tua Syila dan orang tua Ezal sudah terlewatkan begitu juga perdamaian antara Syila dan Lista pun sudah disampaikan. Setelah malam dimana Kyai Anwar speak up mengenai semua yang tengah terjadi, suasana pondok kembali seperti semula. Tidak ada lagi pembahasan mengenai hubungan Syila dan Ezal. Meskipun tepat di hari ini Syila pertama kalinya memakai kerudung pelanggaran dengan warna merah menyala yang dibelakangnya terdapat tulisan 'MELANGGAR UU PONDOK', semua tatapan dan kalimat kebencian itu tidak lagi Syila rasakan. Semuanya kembali normal seperti saat pertama kali Syila menginjakkan kaki di pondok.
Kini Syila bersama dengan Mia dan Hana tengah duduk di pinggiran pagar menghadap ke arah luar. Sekarang hari jumat dimana aktivitas sekolah dan pondok diliburkan. Mereka bertiga sengaja tidak keluar pondok untuk berbelanja, tetapi memilih untuk duduk santai di jemuran. Menikmati udara dan suasana pagi di pondok. Melihat dari atas para santri yang berseliweran melakukan kegiatannya masing-masing.
"Lalu Syil, hubungan anti sama kak Ezal gimana?"
Tanya Mia membuka suara setelah beberapa menit tidak ada obrolan. Sebelum menjawab Syila menghembuskan nafasnya sembari tersenyum.
"Sebenarnya, sampai sekarang hubungan kita belum berakhir."
Mia dan Hana pun seketika menoleh satu sama lain, heran dengan jawaban Syila.
"Iya bisa dibilang kayak gitu, karena kemarin kita nggak membahas mengenai hubungan ini berakhir atau tetap lanjut."
Lanjut Syila seraya melihat temannya secara bergantian.
"Trus anti nggak meminta kejelasan?"
Tanya Hana yang membuat Syila membuang nafasnya sekali lagi.
"Kayak gini aja Han, entah kak Ezal menganggap ini sudah berakhir atau belum, tapi aku menganggap ini belum berakhir."
---
"Trus, hubungan lo gimana?"
Tanya Ben penasaran mengenai kelanjutan hubungan Ezal dan Syila.
Kini Ezal bersama ketiga temannya berada di suatu café yang tempatnya tidak jauh dari sekolah. Mereka berempat sepakat untuk tidak masuk sekolah saat Ezal memberi tahu kepada teman-temannya jika kemarin ia telah bertemu dengan orang tua Syila. Ia pun juga sudah bercerita semuanya mengenai pertemuannya dengan orang tua Syila saat sesampainya di café.
"Yaa, sebenarnya kita gak ada kata putus sampai sekarang."
"Ngambang gitu?"
Sahut Alwin, lalu Ezal mengangguk seraya menyeruput es kopinya.
"Gue nggak bisa bayangin deh sakitnya gimana waktu ajakan ta'aruf lo ditolak langsung sama bokapnya Syila."
Ujar Chandra dengan membayangkan situasi yang dialami oleh temannya. Disana Ezal hanya tertawa pendek mendengar apa yang dikatakan oleh Chandra.
"Gapapa lah bro, emang belum waktunya aja. Lo bisa coba lagi di lain waktu kalau emang tujuan lo Syila."
Ucap Ben seraya menepuk punggung Ezal memberi semangat.
"Nggak bisa."
"Ya susah lah Ben, posisinya Ezal sudah di luar negri, yang ada keburu diambil orang Syila nya."
Sahut Chandra memperjelas maksud dari yang dikatakan Ezal.
"Gapapa Zal, emang lo udah disuruh move on dari sekarang."
Ujar Alwin.
"Semangat Zal semangat haha, minggu depan kita try out, fokus try out aja kita."
Ucap Chandra seraya menggoyangkan lengan Ezal agar tetap semangat menjalani hari-hari beratnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...