"Kenapa lo? Merasa tersaingi?"
Cetus Ben dengan sangat lantang.
"Anjing lu!"
Maki Alwin kepada Ben. Padahal kalau dipikir-pikir benar juga apa yang dikatakan Ben barusan. Melihat Alwin yang sudah tidak ada lagi pergerakan untuk mendekati Lidya.
"Bacot kalian semua, jadi bantu gue rekaman apa nggak?"
Ucap Ezal yang sedari tadi sudah siap untuk memainkan gitarnya, tetapi kedua temannya malah membuat kebisingan.
"Ohh iya iya Zal, maap maap. Ayo ayo udah siap kah?"
Jawab Ben yang langsung sigap membenarkan posisi ponsel dengan benar.
"Daritadi."
"Okeh okeh, mulai sekarang kah? Atau pemanasan dulu?"
"Langsung aja."
Jawab Ezal tanpa pikir panjang.
"Keknya coba direkam dulu deh Zal, kalau bagus yaudah, kalau jelek lo bisa ngulang lagi. Jangan cuma sekali rekaman aja."
Ucap Chandra memberi saran kepada Ezal yang sepertinya ingin segera menyelesaikan rekaman malam ini.
"Okeh, kita coba rekam langsung yaa, ntar kita lihat hasilnya gimana. Lo berdua diem."
"Okeh siap Zal? Satu, dua, tiga, mulai!"
Sambung Ben, lalu memencet tombol mulai merekam di layar ponsel Ezal.
---
"Bang, mau kemana?"
Tanya Renda saat melihat Varel yang duduk di sebelahnya beranjak dari kursinya.
"Mau ke Ezal."
"Ngapain? Ikut bang."
Varel yang hendak berjalan ditahan dengan Renda yang menarik lengan bajunya.
"Nggak inget apa kata Ezal tadi? Lo gaboleh ikut chil, fokus aja tuh dengerin pak kyai, bye!"
Setelah itu Varel berjalan keluar, sementara Renda menatap jengkel ke arah Varel karena tidak dibolehkan ikut.
Sekarang Varel sudah berada tepat di depan rumah Ezal. Posisi pintu rumahnya memang dalam kondisi terbuka, tetapi dia takut untuk melangkah masuk. Mengingat itu adalah rumah pak kyai, kalau menyelonong masuk sama saja itu tidak sopan. Kalau pun berteriak, sepertinya Ezal tidak bisa mendengar teriakannya, belum lagi posisi kamar Ezal di lantai dua.
Setelah menimang-nimang, dan melihat ke sekeliling tidak ada orang. Varel pun langsung melepas sendalnya dan berlari masuk ke dalam rumah Ezal. Menaiki anak tangga dengan gerakan kaki yang cepat, takut tiba-tiba istri pak kyai masuk.
Sesampainya di depan kamar Ezal, Varel langsung mengetuk pintu kamar Ezal dengan keras.
"Zalll Zalll, ini gue Varel."
Teriak Varel dengan kencang.
Sementara yang berada di dalam kamar seketika terkejut. Lagi enak-enaknya menikmati Ezal memainkan gitarnya tiba-tiba mendengar suara ketukan pintu dengan kencang. Ezal seketika langsung mengumpat dan menghentikan aktifitasnya, begitu juga Ben yang langsung menekan tombol berhenti merekam.
"ANJING!!!"
Maki Ezal dengan menatap tajam pintu kamarnya. Chandra dengan sigap langsung membuka pintu kamar dan mempesilahkan Varel masuk.
"PINTU KAGAK DIKUNCI BANGSAT, GAPAKE TERIAK GABISA?!!!"
Ezal seketika langsung emosi saat Varel masuk ke dalam kamar dengan wajah tanpa dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Ficção AdolescenteKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...