- 21 -

562 24 0
                                    

"Rel."

Seru Ezal saat dia sudah berada di ambang pintu kamar Varel. Seusai pulang dari masjid setelah menjalankan sholat dhuhur dia langsung menuju kamar Varel, karena ternyata anak itu tidak ikut sholat berjama'ah. Memang sudah tidak diragukan lagi jika teman Ezal seperti itu.

"Oi Zal, bentar."

Ucap Varel menoleh sebentar ke arah Ezal sebelum kembali fokus mencari baju ganti di lemarinya.

"Bang Zal."

Sapa Renda sedikit terkejut mengenai kedatangan Ezal yang dulu pernah sekamar dengannya, tetapi setelah Ezal keluar anggota anak kamarnya menjadi berkurang.

"Apa chil?"

"Bang Varel keknya lagi suka sama temen sekelas gue bang."

Mendengar itu membuat Ezal tertawa tertahan seraya melihat ekspresi terkejut dari Varel setelah namanya di sebut oleh Renda.

"Itu gue chil, bukan Varel."

"Hah?? Maksudnya?"

Tanya Renda dengan penuh tanda tanya di kepalanya.

"Ck! Udah dibilang jangan kepo – bentar Zal, gue ganti baju dulu."

Celetuk Varel kepada Renda, kemudian berjalan ke kamar mandi dengan membawa baju ganti di kedua tangannya."

"Yoi."

"Lo diem aja chil, jawab aja pertanyaan dari Varel. Ntar juga tahu sendiri."

---

"Jadi gimana, dapat informasi apa lagi lo?"

Tanya Ezal, yang kini mereka sudah berada di kantin pondok putra.

"Gue nggak tahu dia dari mana, kata si bocil sii luar kota pokoknya."

Jawab Varel seadanya, kemudian dia melahap nasi pecel yang berada di depannya.

"Trus?"

"Tapi gue udah tahu bangku dia dimana."

Varel kembali menjawab, tetapi dengan mulut yang penuh dengan nasi.

"Dimana?"

"Aelah bentar Zal, gue makan dulu bentar, laper nih."

Mendengar itu membuat Ezal menghembuskan nafasnya seraya mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Padahal tadinya dia sangat penasaran dengan jawaban Varel.

"Dia duduk sendiri, dan kebetulan bangkunya juga permanen, jadi dia duduknya yaa tetep di situ."

Jelas Varel setelah menyeruput segelas es teh di depannya.

"Habis lo makan, kita ke sana. Gue pengen tahu sendiri."

"Yaaa yaaa, tapi bentar sabar, makanan gue masih banyak ini."

Selang sekitar 5 menit Varel telah menghabiskan makanannya, dan mereka berdua langsung beranjak dari kantin menuju kelas 11 IPA 2. Entah kenapa Varel merasa bahwa temannya ini serius untuk mendekati murid anak baru itu. Karena baru pertama ini Varel melihat Ezal sangat kepo mengenai salah satu santri abinya.

Bukan berarti Ezal tidak percaya mengenai apa yang dikatakan Varel mengenai bangku Syila. Tetapi dia hanya ingin tahu bangku yang ditempati Syila sekolah itu bagaimana, lokernya seperti apa, agar nantinya dia bisa menyimpan barang untuk Syila tanpa ketahuan siapapun.

"Ini?"

Tanya Ezal seraya menunjuk bangku di depannya, yang merupakan bangku Syila. Disana, Varel menjawab dengan anggukan kepala.

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang