Setelah menjalankan akad, Izan memutuskan untuk pulang ke rumah Syila. Ia berniat untuk mengenal lebih dalam keluarga istrinya. Selain itu, jika ia akan mengantar Syila kembali ke pondok, itu akan lebih mudah karena jarak rumah Syila dan pondok lebih dekat.
"Sini, saya bantu lepasin jarum-jarumnya."
Ujar Izan saat melihat Syila kesusahan untuk melepas aksesoris yang ada di kepalanya. Disana Syila pun hanya diam tidak menyahut sama sekali.
"Permisi yaa, kalau sakit bilang."
Ucap Izan meminta izin sebelum tangannya menyentuh kepala Syila.
"Kok kamu langsung punya pikiran pulang kesini?"
Tanya Syila dengan nada yang terdengar tidak suka akan kehadiran Izan di rumahnya.
"Tujuan saya langsung pulang kesini, karena saya ingin mengenal lebih dalam orang tua kamu, terutama itu kamu."
Jawab Izan dengan nada lembut. Disana, Syila hanya diam seraya melihat Izan dari pantulan cermin.
"Mmm, saya boleh bilang sesuatu?"
"Apa?"
"Kamu sangat cantik Syila."
---
Belum selesai waktu untuk mengisi soal try out, Ezal sudah keluar ruangan lebih dulu, dan menjadi siswa pertama yang keluar pada hari itu. Ben, Chandra dan Alwin yang menyadari akan hal itu membuat mereka terheran-heran.
"Kok lo cepet banget sih?"
Tanya Ben setelah selang 15 menit dari Ezal keluar ruangan. Disusul juga Chandra dan Alwin.
"Bodoamat gue. Fuck! Syila nikah hari ini bangsat!"
Umpat Ezal sambil meninju tembok dengan sekuat tenaga karena emosi yang sedari tadi ia tahan.
"Woi woi nggak gini dong caranya."
Ucap Chandra panik, dan langsung memegang tangan Ezal.
"Acaranya besok kan? Lo dateng nggak?"
Tanya Alwin, tetapi disana Ezal hanya diam dengan tatapan kosong tapi penuh emosi.
"Gu yakin lo aslinya pengen dateng kan? Tapi lo ragu."
Lanjut Alwin mencoba menebak isi pikiran Ezal.
"Apa besok kita temenin? Gue sebenarnya juga kepo sii wujud asli suaminya."
Sahut Ben menawarkan diri untuk menemani Ezal. Tetapi Ezal tetap diam tidak menjawab. Benar apa yang dikatakan oleh Alwin. Ia sebenarnya ingin melihat dan ketemu Syila untuk yang terakhir. Tapi disisi lain ia takut tidak mampu melihat Syila berdiri berdampingan dengan cowo lain yang sudah menjadi suami sahnya. Sungguh, ini bukanlah hal yang mudah untuk dihadapi.
---
"Saya kira kamu sudah tidur."
Ujar Izan saat masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya yang tengah duduk diam di pinggiran kasur. Lalu Izan pun duduk di sampingnya.
"Saya tadi mendengar banyak cerita dari ayah sama bunda tentang kamu sama Ezal."
Disana Syila masih diam dengan pandangan kosong ke depan.
"Ternyata Ezal sempat meminta ta'aruf, saya kir—"
"Kenapa kamu masih tetap mau nikahin aku? Aku masih ada perasaan sama kak Ezal."
Mendengar itu membuat Izan tersenyum pandangannya lurus menatap manik mata istrinya dengan tulus.
"Saya ada tujuan baik untuk menikahimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...