"Lista udah curiga kalau lo ada something sama Syila."
Mendengar itu membuat Ezal yang tadinya masih sibuk menali sepatunya dengan posisi berdiri membuat kedua tangannya berhenti menali, ke dua bola matanya membulat melihat Varel dengan pandangan terkejut.
Selang satu detik, Syila dan ke dua temannya berjalan menuju gedung sekolah. Tetapi tidak ada salah satu dari mereka yang menyadari keberadaan Ezal. Sementara dua cowo tersebut menoleh ke Syila secara bersamaan saat ke tiga cewe itu berjalan menuju gedung sekolah.
"Kok bisa gitu? Nggak, maksud gue kenapa dia bisa curiga?"
Varel kembali menarik nafasnya seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Yaa dari gerak gerik lo waktu ketemu Syila."
"Ha??"
Ezal belum paham dan menyadari maksud jawaban dari Varel. Ia cukup terkejut sehingga otaknya tidak bisa berpikir.
"Entah kapan lo mau berangkat sekolah terus nggak sengaja ketemu sama cewe lo, dan kalian senyum-senyum disitu. Kebetulan sekali itu cewe Lista baru keluar dari pondok dan lihat lo senyum ke Syila."
Mendengar cerita singkat dari Varel membuat otak Ezal memutar keras ke belakang, ia berusaha mengingat kejadian mana yang dimaksud Varel.
"Dia ceritanya gitu ke gua subuh tadi. Makannya gue cepet-cepet kasih tahu lo sekarang ini."
"Okeh okeh gue inget. Udah itu aja? Masa cuma gitu aja dia udah curiga?"
"Anjir, ada lagi. Waktu lo main piano kemarin malam, dan Syila senyum-senyum salting gitu kata si Lista."
Stress. Ezal bener-bener dibuat stress dengan kabar mengejutkan dari temannya itu. Ia tidak habis pikir Lista memiliki kecerdasan meneliti sebaik itu. Padahal hanya kejadian kecil saja sudah membuat satu dari banyaknya santri hampir membuat hubungan backstreetnya ketauhan. Apalagi jika seisi pondok mengetauhi hal ini? Bisa hancur kepalanya.
---
Jika kalian mengingat nama Tia disini, yup! Itu adalah teman sekelasnya Syila. Tia satu kamar dengan Lista dan Dini. Tepat sebelum berangkat sekolah, entah dapat pikiran dari mana, Lista baru sadar jika ada anak kamarnya yang satu kamar dengan Syila.
"Mmm Tia."
Panggil Lista sedikit ragu.
"Oh iya mbak Lista?"
Tanya Tia yang tengah memakai kaos kaki di salah satu kakinya.
"Anti bener kan satu kelas sama Syila?"
"Iya mbak, kenapa yaa?"
Mengetahui bahwa tebakannya itu benar, Lista langsung menghampiri Tia.
"Mmm temen cowo anti ada yang namanya Ren Ren gitu nggak?"
Tanya Lista sambil mencoba mengingat nama bocah yang sewaktu itu bersama Varel. Sungguh sial sekali Varel tidak menyebut nama jelasnya siapa, sehingga ia tidak bisa tahu siapa nama bocah itu.
"Ren? Ada dua sii mbak. Reno sama Renda."
"Sialan."
Umpat Lista dalam benaknya.
"Hmm, nanti istirahat ana ke kelas mu ya. Kasih tahu Reno Renda itu yang mana, oke?"
"Lis, ayo berangkat. Udah ditunggu Lidya tuh."
Seru Dini yang sudah siap untuk berangkat sekolah.
"Bentar—gimana?"
Lista masih menunggu jawaban dari Tia yang masih terlihat berpikir.
"Iya deh mbak, nanti ana tunggu di kelas."
"Oke sip."
---
"Tadi ngobrolin apa sii kalian?"
Tanya Lidya penasaran mengenai perbincangan antara Lista dan Tia tadi.
"Ana mau mencari kebanaran disini, jadi kalian kalau ana minta tolong kalian harus bantu yaa."
Jawab Lista disela-sela ia memakai sepatu.
Mendengar itu membuat Lidya dan Dini saling pandang satu sama lain. Mereka berdua tidak paham sama sekali dengan tingkah temannya itu.
"Lis, anti dari tadi pagi lohh katanya mau cerita. Cerita apa?? Sampai sekarang juga gaada cerita."
Ucap Lidya kesal karena Lista yang tidak kunjung bercerita sejak tadi subuh.
"Oiya ya ampun ana lupa. Ntar deh di kelas."
"Gitu mulu, dari tadi subuh juga gitu aja jawabnya."
Sahut Dini yang sama kesalnya seperti Lidya.
"Beneran ini beneran, tapi ana nanti ngobrol bentar aja sama Varel."
"Astaghfirullah, belum selesai tadi subuh kalian ngobrol??"
Lidya sudah tidak paham lagi dengan temannya yang satu itu. Sebenarnya topik seserius apa sii yang mereka bahas.
Lista tahu ke dua temannya itu sangat penasaran, tetapi ia harus menyelesaikan obrolannya dengan Varel yang menurutnya itu belum selesai. Ada yang masih ingin ia sampaikan ke Varel sebelum ia bertindak sendiri untuk mencari tahu kebenarannya lewat Tia.
Sesampainya di kelas, ia kembali ke luar kelas setelah menaruh buku-buku di bangkunya. Ia berdiri di pinggiran pagar untuk menunggu kedatangan cowo itu.
Tidak begitu lama, saat ke dua bola matanya tengah santai menyusuri lapangan sekolahan, seketika pandangannya berhenti bergerak saat ia melihat Varel yang berjalan bukan dari arah pondok putra, melainkan dari pondok putri. Hal itu tentu saja membuat keningnya mengerut.
"Kok Varel dari arah sana? Dia abis ketemu sama Ezal??"
---
"Anjing anjing, tuh cewe kenapa lagi sii."
Umpat Varel dalam benaknya saat ia melihat Lista yang berdiri di ujung sana. Seperti seseorang yang siap melahap mangsanya mentah-mentah.
"Lo kenapa dari arah santri putri Rel?"
Tanya Lista dengan posisi kedua tangan terlipat di depan dada. Varel tanpa menoleh sedikit pun, ia terus berjalan dan masuk ke dalam kelas.
"Hm? Kok diem aja? Lo abis ketemu sama Ezal kan?"
Lista tetap lah Lista, ia akan terus menghujani pertanyaan sampai ia puas dengan jawaban yang diberikan untuk dirinya.
"Aduh Zal Zal, ini cewe harus gue apain??"
Gerutu Varel dalam benaknya, jika Ezal belum pindah sekolah, detik itu juga ia teriak meminta tolong kepada cowo itu.
"Kenapa sii Lis? Ada apa lagi??"
Jawab Varel seraya duduk di bangkunya, sementara Lista berdiri tepat di depannya masih dengan posisi tangan yang sama.
"Elo kok datang dari arah pondok putri?? Lo habis ketemu sama Ezal kan?? Budek apa gimana sii telinga lo?"
"Kalau iya, apa urusannya sama lo?"
"Lah ya jelas ada lahh. Kalau iya berarti ini ada hubungannya sama yang kita obrolin tadi subuh."
"gaada."
Ucap Varel cepat. Ia hanya mampu mengeluarkan satu kata itu saja. Ia takut salah ucap yang nantinya malah ia sendiri yang terjebak dengan omongan sendiri.
"Dengerin yaa Rel. Meskipun lo berusaha nutup-nutupin, gue udah ada cara buat cari tahu sendiri."
Varel hanya diam. Ia sudah bingung harus merespon seperti apa lagi.
"Kalau memang kecurigaan gue bener, gue akan sebarin ke santri putri."
---
MAU SPOILER, ATAU INGIN TAHU KAPAN UPDATENYA? YUK LANGSUNG FOLLOW IG AKU (Ich_aaaa11).
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...