Hari sudah pagi, dan Ezal sudah siap dengan setelan seragam sekolahnya. Kini dia turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama kedua orang tuanya terlebih dahulu. Terlihat di sana, uminya masih menyiapkan beberapa lauk di meja makan, sementara abinya mengambilkan nasi untuk istrinya, anaknya dan dirinya sendiri.
"Umi, kandungan umi sudah besar, sudah seharusnya umi istirahat dulu, biar abi carikan pembantu."
Ucap Anwar tidak tega melihat istrinya yang sudah hamil besar, dan terlihat sangat kesusahan bila sedang mengurus rumah.
"Umi masih sanggup bi, ini juga baru delapan bulan."
"Ezal setuju dengan abi. Umi sudah waktunya fokus dengan kehamilan umi, kalau kecapean juga tidak baik buat kesehatan umi dan bayinya."
Sambung Ezal seraya duduk di kursi yang berhadapan dengan abinya. Mendengar itu, uminya hanya bisa tersenyum. Alma sangat tersentuh dan senang mengetauhi anaknya mengkhawatirkan dirinya. Pasalnya, anaknya memang terlihat acuh tak acuh di dalam rumah.
"Kamu kalau sekolah pakai ojol terus?"
Tanya Anwar kepada Ezal dengan wajah serius.
"Iya."
Jawab Ezal singkat dan tanpa melihat lawan bicaranya.
"Pakai mobil abi untuk sementara, uang mu pakai nabung buat beli motor."
Mendengar itu langsung membuat Ezal mendongak melihat abinya dengan ekspresi terkejut.
"Kemarin umi bicarin soal ini lagi ke abi mu, dan abi setuju tetapi dengan syarat kamu nabung, nanti sisanya biar abi dan umi yang nambahin."
Sahut Alma seraya duduk di kursi samping anaknya.
"Tapi ini terserah kan Ezal mau motor apa?"
"Yaa terserah, tergantung kamu nabungnya berapa dulu—nih kunci monilnya."
Jawab Anwar sambil mengeluarkan kunci mobil dari saku jubah putihnya.
"Oke Ezal setuju."
---
"Buset Zal, itu tadi elo ternyata. Gue kira guru baru."
Tanya Ben saat melihat Ezal yang baru saja keluar dari mobil sedan berwarna hitam.
"Itu mobil abi lo kan? Kenapa kotor banget gitu?"
Sambung Chandra terheran-heran melihat banyaknya debu yang menempel diseluruh tubuh mobil.
"Iya, gapernah dipake sama abi gue soalnya. Entar abis sekolah ikut gue nyuci nih mobil."
"Aman deh. Tapi tumben banget lo bawa sekolah, abi lo nggak marah tuh?"
"Lha orang malah abi gue yang nyuruh bawa nih mobil."
Jawab Ezal atas pertanyaan Chandra tadi.
"Ealahhh, lagi baik hati tuh abi lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...