- 46 -

415 22 19
                                    

"Rel, ikut gue ke gazebo."

Ujar Ezal setelah mereka berdua melaksanakan sholat subuh berjamaah. Di sana Varel terlihat terkejut dengan suara Ezal yang datang tiba-tiba dari arah belakang. Belum lagi bawaan Ezal sangat serius, membuatnya merasa sedikit aneh.

"Ada apa Zal?"

Tanya Varel sambil berjalan mengekor di belakang Ezal.

"Ntar aja di gazebo."

Jawab Ezal cepat, yang langsung membungkam mulut Varel.

Sesampainya di gazebo, mereka berdua langsung duduk bersebalahan. Dan Varel juga sudah menyiapkan dua telinganya untuk mendengar apa yang akan di bahas oleh temannya itu. Dari wajahnya saja topik yang akan di bahas sepertinya akan sangat serius.

"Gue memutuskan untuk nembak Syila secepatnya."

Mendengar itu seketika membuat kedua bola mata Varel membulat seketika. Dia seperti salah mendengar, tapi memang itulah yang baru saja keluar dari mulut temannya.

"Lo serius?"

"Kenapa? "

Tanya Ezal cepat yang membuat Varel gelagapan untuk menjawab.

"Nggak maksud gue, lo nggak kecepetan?"

"Gue udah nggak tahan Rel, setelah dia bales surat dari gue, dia seakan memberi pintu dan harapan buat gue lanut."

Jelas Ezal kepada Varel mengenai perasaannya sekarang.

"Okeh gue paham, tapi lo nerima nggak konsekuensinya? Lo siap nggak dengan jawaban Syila nantinya?"

Diam. Ezal terdiam mendengar pertanyaan Varel barusan. Benar dia belum menyiapkan dirinya untuk menerima jawaban yang akan Syila berikan saat dirinya benar-benar akan menembak dia dalam waktu dekat.

"Nah kan, belum kan? It's oke, nggak papa kalau itu mau lo. Tapi gue takut lo sakit hati, lo kecewa dengan jawabannya, padahal itu salahnya di elo yang terlalu cepat ngambul keputusan."

"Sebenarnya balik lagi ke diri lo sendiri Zal. Kalau lo emang maunya cepet-cepet nembak dia, lo harus siapin diri lo buat menerima jawaban Syila nanti, dan jika memang lo masih mau memperpanjang masa pdkt, lo harus effort lagi buat mantepin dia kalau lo sebenarnya ngincer dia, suka sama dia."

Lanjut Varel karena Ezal hanya diam merenungkan apa yang dikatakan temannya.

"Lo pikir-pikir dulu lahh, gue mau siap-siap ngaji subuh dulu. Ntar kasih tahu gue jawabannya."

Ucap Varel kemudian seraya menepuk pelan pundak Ezal untuk memberinya semangat. Lalu kemudian berjalan pergi menuju pondok putra. Sementara Ezal masih dengan pandangan lurus ke depan, memutar otaknya untuk mencari jawaban yang pas atas langkah dia seanjutnya.

---

Sesampainya di kamar, Ezal langsung tertuju ke gorden jendelanya. Dia ingin melihat keberadaan gadisnya. Dan tepat sekali, di sana terlihat Syila yang sedang berdiri mematung di ambang pintu kamarnya dengan posisi tangan kiri merangkul buku ngaji. Entah apa yang berada di pikiran gadis itu. Pandangannya terlihat kosong ke depan.

Disisi lain, entah bisikian dari mana, Syila menoleh ke arah jendela Ezal. Jantungnya seketika berdetak kencang saat keempat mata tersebut bertemu. Pandangan cowo itu lurus melihat manik mata Syila tanpa ekspresi apapun. Sementara Syila pun merasa terkunci dengan tatapan Ezal sehingga dia tidak sanggup untuk mengalihkan ke lainnya.

"Secepat mungkin kamu akan menjadi kekasih ku, Syil."

Ucap Ezal dalam hatinya. Detik itu juga dia sudah menetapkan hatinya untuk tetap pada kemaunnya yaitu segera menembak Syila untuk menjadi pasangannya. Untuk jawaban gadis itu nantinya akan menjadi urusan Ezal. Diterima tidaknya itu memang resikonya.

"Syila."

Suara panggilan dari Hana membuat Syila memutuskan kontak mata dari Ezal. Begitu juga dengan lelaki itu yang langsung menutup gordennya, dia tidak mau teman Syila curiga tentang apapun mengenai Ezal dan Syila.

"Lihatin apa sih??"

Tanya Hana seraya menoleh ke jendela Ezal yang sudah dalam posisi tertutup gorden. Beruntung saja Ezal peka dan cepat-cepat menutup kembali gordennya.

"Nggak kok. Udah selesai kah? Ayo berangkat."

Ucap Syila, kemudian dia turun ke lantai satu mendahului kedua temannya.

Di bawah sana, sambil menunggu kedua temannya turun, Syila duduk di batu-batu taman dengan pandangannya yang kembali kosong.

"Syila nggak tahu maksud sebenarnya kak Ezal mengirim surat ke ana. Syila juga nggak tahu kenapa kak Ezal sering lihatin ana lewat jendela kakak. Sebenarnya kita nih memiliki perasaan yang sama atau cuma perasaan Syila aja?"

Tanya Syila kepada dirinya sendiri. Dia benar-benar dibuat bingung dengan perilaku Ezal kepadanya yang seolah dirinya sedang dikejar-kejar oleh anak dari sang pemilik pondok. Dia takut kalau dia terlalu percaya diri, mengingat yang menyukai dan mengagumi Ezal itu hampir seisi pondok putri.

Sementara di dalam kamar, Ezal langsung duduk di depan layar laptopnya. Jari-jarinya sibuk mencari sebuah lagu yang cocok untuk menyatakan cinta. Dia akan kembali bernyanyi seperti awal dia pdkt. Tetapi bedanya kini dia memilih untuk menggunakan lagu barat, tidak lagi lagu Indonesia. Alasannya selain sulit ditemukan, dia juga kurang dapat feelnya kalau memakai lagu Indonesia.

Selain memberikan sebuah lagu cinta, sesuatu apa lagi yang bersifat romantis untuk Ezal berikan kepada Syila? Apakah coklat? Bunga? Atau barang lainnya? 

---


EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang