"Kalau memang kecurigaan gue bener, gue akan sebarin ke santri putri."
Ucapan Lista itu terus berputar di kepala Varel. Banyak sekali yang ia takutkan. Lista bukan sembarang orang yang bisa dicuekin begitu saja. Cewe itu akan melakukan segala hal untuk mendapatkan kepuasan yang ingin dia miliki.
Selain ia takut hubungan Ezal terbongkar, kini ia lebih mengkhawatirkan Syila di dalam pondok gimana. Mengingat Lista dan Syila pernah mengalami konflik hanya karena masalah sepele. Apalagi masalah yang sebesar ini. Ia harus segera memberi tahu Renda untuk mengetauhi keadaan Syila setiap harinya.
Disisi lain, setelah Lista berdebat dengan Varel tadi, ia kembali ke bangkunya dan langsung diserbu pertanyaan oleh ke dua temannya.
"Gimana Lis? Kok kayanya seru banget tadi kalian ngobrol."
Tanya Dini dengan ekspresi tidak sabar mendengar cerita dari Lista.
"Seru apaan, gadapat jawaban apa-apa dari dia."
"Gimana sii gimana? Coba cerita dari awal."
Sahut Lidya seraya menarik pelan tangan Lista untuk duduk di kursi.
"Kalian percaya nggak kalau Ezal udah ada cewe?"
Pertanyaan Lista itu membuat ke dua temannya saling pandang satu sama lain karena terlalu terkejut dengan pertanyaan simpel Lista.
"Mmm, mungkin aja sii Lis."
Jawab Lidya dengan segala keraguan di dalamnya.
"Trus menurut kalian, masuk akal nggak kalau ternyata cewenya Ezal itu santri sini."
"Mmm, gimana yaa. Keknya kemungkinan kecil sii kalau itu."
Jawab Dini dengan otak yang masih berpikir keras untuk menjawab.
"Kalau anti Lid?"
"Menurut ana, fifty fifty. Bisa jadi iya."
Mendengar jawaban Lidya yang menurut Lista lebih masuk akal dari jawaban Dini itu membuat Lista menjetikkan ibu jarinya.
"Nahh, jadi itu yang mau ana cari tahu lewat Varel."
"Yaa susah kalau itu Lis, dia juga gabakal bocorin lahh cewenya Ezal siapa."
Ucap Dini mencoba berpikir secara logika.
"Makannya itu ana ngobrol sama Tia buat minta tolong."
"Kenapa Tia?"
Tanya Lidya tidak paham.
"Kalian ingat nggak sii, waktu itu kita ketemu sama Varel, Ezal dan ada bocil adik kelas kita nggak tahu itu siapa, tapi selalu ngikutin Varel kemana pun."
Melihat Lidya dan Dini yang diam berpikir itu, Lista pun mencoba untuk menjelaskan lebih detailnya lagi.
"Waktu itu ana samperin Ezal, trus dia malah langsung masuk rumah. Itu kan—"
"Ohhh ana inget! Waktu itu Varel bilang mereka bertiga lagi ngobrolin soal cewe kan??"
Ucap Dini baru saja mengingat kejadian yang dimaksud oleh Lista.
"Trus hubungannya sama Tia apa?"
Tanya Lidya yang masih belum paham.
"Cewe yang ana curigain itu Syila, jad—"
"Hah?? Syila??"
Secara spontan Lidya dan Dini berteriak sampai membuat Lista dan yang lainnya menoleh.
"Hmm, makanya ana minta tolong ke Tia itu. Kan dia temen sekelasnya."
"Tapi kenapa anti bisa berpikir kalau itu Syila?"
Tanya Dini masih dengan wajah terkejutnya.
"Karena ana lihat sendiri Ezal dan cewe itu saling senyum. Ini benaran ini, ana nggak bohong. Asli sumpah!"
Lidya dan Dini hanya diam tidak sanggup berkata-kata.
"Trus kemarin malam kalian dengar sendiri kan kalau Ezal lagi main piano. Nah itu Syila senyum-senyum sendiri kayak orang salting gitu, gimana ana nggak curiga coba?"
Mendengar itu membuat Lidya dan Dini hanya bisa diam tidak merespon sama sekali.
"Udah, pokoknya nanti kalian ikut ana ke kelasnya Tia, ana mau lihat bocil yang waktu itu sama Varel beneran teman kelasnya Tia apa nggak."
---
Jam istirahat pun telah tiba, Varel bergegas keluar kelas untuk kembali ke pondok. Ia harus segera memberi tahu ke Renda supaya dia menyampaikan ke Syila agar lebih berhati-hati dengan Lista.
Sementara disisi lain, Lista bersama dengan Lidya dan Dini langsung berjalan menuju gedung sebelah. Jika tidak bergerak cepat, cowo yang namanya Reno dan Renda itu lebih dulu keluar kelas.
Tepat di tangga putri, Lista tidak sengaja bertemu dengan Syila dan ke dua temannya. Lista dan Syila sempat saling pandang satu sama lain. Lista terlihat tersenyum menakutkan, sementara Syila hanya melihat dengan mata polosnya, tidak paham dengan senyuman mematikan dari Lista.
"Tia, mana Tia??"
Seru Lista tanpa mengucap salam, ia langsung muncul di ambang pintu kelas 11 IPA 2. Ke dua matanya menyapu seluruh ruangan. Di sana ia melihat ada 5 cowo yang masih di kelas. Ia berharap di antara ke 5 anak tersebut ia menemukan seseorang yang ia cari.
"Tia dicariin tuh."
Ucap Renda seraya beranjak dari bangkunya berjalan menuju keluar kelas.
Lista melihat cowo yang berjalan ke arahnya. Ia melihat secara teliti cowo itu. Lalu kemudian ke dua matanya membulat sempurna saat ia ingat cowo yang sedang berjalan itu adalah cowo yang ia cari.
"EHHH LO???"
Teriak Lista seraya menunjuk Renda menggunakan jari telunjuknya.
Di sana Renda dibuat terkejut sampai ia menghentikan langkahnya. Kedua alisnya bertautan mencoba mengingat wajah yang sangat familiar itu.
"Lo bocil yang waktu itu sama Varel kan??"
---
MAU SPOILER, ATAU INGIN TAHU KAPAN UPDATENYA? YUK LANGSUNG FOLLOW IG AKU (Ich_aaaa11).
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Ficção AdolescenteKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...