*Setelah melamar, malamnya Izan buat tweet seperti ini.
---
"Lohh, Syila kok anti udah balik aja."
Teriak Mia terkejut saat melihat keberadaan Syila yang sudah berada di kamar.
"Iya Mia, ana barusan sampai kok."
Jawab Syila seraya memasukkan beberapa baju yang ia bawa ke dalam lemarinya.
"Btw, acara keluarga apa Syil? Saudara anti ada yang nikah?"
Tanya Hana penasaran.
"Mmm, nanti ana cerita ya selesai kalian sekolah."
Mendengar itu membuat Mia dan Hana saling menoleh dengan tatapan bertanya.
Siap ataupun belum, Syila harus memberitahu kedua temannya sebelum undangan itu disebar. Karena undangan akan dibagikan kepada para guru dan tentunya pemilik pondok 3 hari kemudian. Takutnya kedua temannya mati terkejut karena ia tiba-tiba sudah menikah dengan lelaki lain.
---
"Abi, umi. Mmm Izan rasa adek Syila kurang setuju dengan lamaran ini."
Ucap Izan dengan ragu mengutarakan sesuatu yang ia pendam sejak kemarin.
Mendengar anaknya yang secara tiba-tiba berbicara seperti itu membuat Luthfi dan Hanna saling berpandangan satu sama lain.
"Ayahnya bilang setuju."
Jawab Luthfi seraya menaruh piring kotornya di wastafel.
"Iya ustadz Rasyid memang setuju, tapi Izan lihat adek Syila—"
"Izan, sudah ya. Dijalani saja. Abi ngerti kalau kalian memang belum mengenal satu sama lain, dan pastinya akan sedikit menyusahkan kalian. Tapi dengan berjalannya waktu, abi yakin dengan kemampuanmu, bisa membuat Syila luluh."
Ucap Luthfi memotong ucapan Izan.
"Kita itu niatnya baik Izan, jika kamu sudah membulatkan niatmu untuk menikahinya, jangan ragu-ragu setelah melihat reaksi dia."
Sahut Maryam berusaha membuang keraguan yang ada pada diri anaknya.
---
Kini, Syila, Mia dan Hana berada di tangga-tangga masjid dengan menikmati makan siangnya. Sengaja memilih tempat tersebut karena jika di kamar jelas akan didengarkan banyak orang, dan jika memilih di jemuran panasnya terik matahari di siang hari akan membuat mereka gosong.
"Jadi begini Mia Hana, kemarin itu ana dilamar."
Ucap Syila langsung pada intinya.
"DILAMAR?!!"
Teriak Mia dan Hana secara bersamaan. Mata mereka melotot membulat karena saking terkejutnya.
"Ehh, jangan keras-keras dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...