"Emang dia senyum ke siapa?"
"Syila."
Deg!
Kedua mata Varel membulat seketika. Ia terkejut dengan jawaban benar dari Lista. Sedetik kemudian ia langsung membuang muka agar cewe itu tidak menilai bahwa tebakannya itu memang benar.
"Kok diem?"
"Kok lo dengan pd nya jawab kalau itu Syila?"
Sialan. Apa Varel salah bertanya? Ah ia cukup terkejut sehingga tidak bisa mengolah kata dengan benar.
"Maksud lo? Yaa emang gue lihat waktu itu Syila, lo pikir mata gue minus apa??"
Sementara Lista semakin dibuat emosi dengan respon yang Varel berikan.
"Terus kemarin malam, Ezal main piano. Kalau lo tahu lagu judulnya penjaga hati kalau gasalah. Gue lihat waktu itu Syila lagi kumpul ngobrol bareng gengnya. Si Hana dia nyanyi bagian reff lagu itu. Ehh si Syila malah senyum-senyum gajelas kek orang salah tingkah. Terus menurut lo gue gaboleh curiga ke dia?"
Lanjut Lista bercerita panjang lebar mengenai kejadian kemarin malam yang membuat dirinya semakin yakin dengan kecurigannya.
"Ya ampun, ya mungkin dia lagi salting aja sama liriknya. Normal lahh, kan emang liriknya romantis."
"Yaa emang Varel, tap—"
"Kalau emang yaa kalau emang Ezal sama cewe itu, cara dia kenal gimana?? Orang gue aja gatau Syila itu yang mana."
Varel mencoba untuk menutupi fakta semampunya. Karena menurutnya ini sudah lampu merah untuk Ezal. Ia harus segera memberi tahu temannya mengenai kecurigaan Lista.
"Dari bocil yang waktu itu kalian ngobrol sama Ezal."
"Mampus lo Rel!!!"
Umpat Varel mengutuk dirinya sendiri.
"Haha, nggak logis Lis. Bocil kemarin anak diem kalau di kelas."
Melihat Lista yang hanya diam bingung untuk merespon, membuat Varel tersenyum legah.
"Udah deh yang lo pikirin itu nggak masuk akal, lagian cewe-cewe di sekolah barunya juga pada ngantri, ngapain dia susah-susah buat punya hubungan sama anak pondok kan?? Udah balik ke kelas sana."
---
Setelah perdebatan dengan Varel tadi, Lista pun kembali ke kelas untuk mengaji malam yang sudah telat sekitar setengah jam itu. Selama ia berjalan menuju kelas, pikirannya masih terpenjara dengan kalimat terakhir yang Varel ucapkan tadi.
"Udah deh yang lo pikirin itu nggak masuk akal, lagian cewe-cewe di sekolah barunya juga pada ngantri ngapain dia susah-susah buat punya hubungan sama anak pondok kan??"
Kalau dipikir-pikir bener juga kata Varel tadi. Kalaupun memang Ezal tertarik dengan santri putri bagaimana cara dia menjalin hubungan? Lagi pula apakah Ezal tidak takut ketauhan abinya? Kalau di sekolah barunya dia bisa bebas ingin punya hubungan sama siapapun.
Satu detik kemudian..
Tapi kalau cewe-cewe di sekolah barunya tidak ada yang menarik?? Kan bisa jadi Ezal sama santri putri.
"Anjir lahh pusing gue!!!"
---
Sehabis melaksanakan aktifitas mengaji subuh, Varel bergegas kembali ke pondok segera bersiap untuk berangkat sekolah. Tidak seperti biasanya, Varel orangnya sangat malas untuk bersiap sekolah, tetapi pagi ini berbeda. Varel harus berangkat lebih pagi untuk bertemu dengan Ezal membicarakan soal tadi subuh. Jika tidak secepatnya, hubungan backsstreet yang Ezal jalani akan terbongkar, dan seluruh pondok akan mengentauhinya. Bahkan orang tua Ezal juga pasti akan tahu hal tersebut.
"Cepet banget bang makannya?"
Tanya Renda sata melihat Varel yang sarapan dengan sangat terburu-buru.
"Dangerous chil."
Jawab Varel dengan ekspresi tidak biasa, seraya pergi ke westafel untuk mencuci piring.
"Ha? Dangerous gimana bang?"
"Ntar aja gue ceritain, gue mau ke Ezal dulu."
Ucap Varel dengan cepat. Selesai mencuci piring, ia langsung berlari ke kamarnya untuk mengembalikkan piring di rak piring, mengambil buku pelajaran kemudian berangkat ke gedung sekolah.
Renda yang masih melahap makanannya di depan kamar itu dibuat melongo dengan tingkah kakak kelasnya yang terlihat seperti sedang mengejar waktu karena telat datang ujian.
Tanpa menaruh bukunya dikelas terlebih dahulu, Varel lebih memilih untuk datang ke gazebo menunggu kedatangan Ezal. Ia takut Ezal keduluan berangkat sekolah jika ia lebih memilih untuk menaruh bukunya di kelas.
Duduk di gazebo dengan nafas yang terengah-engah sambil dilihatin para santri putri yang lewat. Ia sudah tidak peduli menjadi pusat perhatian. Yang ia butuhkan sekarang adalah Ezal. Jam masih menunjukkan pukul 6.15 kemungkinan besar Ezal belum berangkat. Karena masuk sekolah barunya itu lebih siang daripada pondok.
Tidak lama kemudian, terlihat Ezal keluar dengan tas yang cowo itu kalungkan di salah satu lengannya. Cowo itu tidak menyadari keberadaan Varel yang tengah duduk di gazebo. Tanpa menunggu lama, Varel langsung menarik tangan Ezal keluar gerbang utama pondok, padahal Ezal baru saja mengambil sepatunya di rak depan rumahnya.
"Ikut gue Zal."
"Eh anjing!"
Umpat Ezal terkejut karena Varel yang datang secara tiba-tiba langsung menarik tangannya. Ezal pun terpaksa ikut berlari sambil membawa ke dua sepatunya di tangan kirinya.
"Fuck! Apaan sii anjing!"
"Ssssstttt!!! Ada satpam Zal."
Ucap Varel panik karena Ezal mengumpat, padahal ada satpam yang menjaga gerbang utama berdiri tak jauh dari mereka berada.
"Ya lo gajelas narik-narik, mana gue cuma pake kaos kaki."
Gerutu Ezal seraya memakai sepatunya sambil berdiri.
"Yaa sorry, soalnya ini urgent banget."
"Apaan??"
Sebelum menjawab, Varel menarik nafanya terlebih dahulu.
"Lista udah curiga kalau lo ada something sama Syila."
---
Sebelum aku tinggal lagi, aku akan rajin update!! hehe
MAU SPOILER, ATAU INGIN TAHU KAPAN UPDATENYA? YUK LANGSUNG FOLLOW IG AKU (Ich_aaaa11).
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Ficção AdolescenteKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...