- 97 -

111 5 1
                                    

Kini Syila berangkat sekolah, seperti biasa ia berangkat bersama dengan Mia dan Hana. Meskipun kerudungnya berbeda dan sangat menyala sendiri dari pada yang lain. Syila tetap percaya diri dan tidak menganggapnya sebagai masalah, begitu juga kedua temannya dan santri yang lain.

Saat mereka bertiga keluar dari gerbang, terlihat disana Ezal yang sekarang tengah memakai sepatunya tepat di depan rumahnya. Syila dan kedua temannya menyadari keberadaan lelaki itu, tetapi mencoba untuk terlihat biasa saja, dan tidak heboh seperti dahulu.

Disisi lain saat Ezal usai menali sepatunya ia pun berdiri dan menyadari ada seorang santri yang memakai kerudung pelanggaran berwarna merah cerah, tidak lain dan tidak bukan, dialah Syila. Awalnya ia terkejut, tetapi sedetik kemudian ia segera memalingkan pandangannya. Lalu berjalan menuju garasi seolah ia tidak menyadari keberadaan Syila disana. Ia merasa legah melihat gadis yang ia cintai terlihat baik-baik saja, dan seperti sudah berdamai dengan segala hal yang telah terjadi. Ia berharap, gadis itu benar-benar melupakan semua hal buruk bersama dirinya. Biarlah ia sendiri yang larut dengan kenangan-kenangan indah bersamanya.

---

Sesampainya di sekolah, Ezal menghembuskan nafas berat saat memasuki kelasnya. Hari-hari menjadi terasa berat baginya. Sungguh, ia bisa gila lama-lama karena secara tidak langsung kondisi membuatnya harus melupakan Syila.

"Lesu banget bro."

Ujar Ben menyambut kedatangan Ezal.

"Keknya kita butuh hiburan gasi?"

Tanya Chandra mencoba untuk membuat Ezal melupakan segala hal yang menyedihkan.

"Party nggak sih kita Zal?"

Sahut Ben setuju dengan ajakan Chandra.

"Maksud lo ngerayain gue ditolak gitu?"

"Nggak gitu, maksud gue yaa penolakan itu wajar lah Zal bagi cowo. Ditolak yaudah, gapapa its fine. Tinggal kita happy happy buat ngobati itu semua, bener nggak?"

Ucap Ben tiba-tiba menjadi orang yang sok bijak.

"Bener banget, apalagi minggu depan kita udah ujian ujian dan ujian, kita seru-seruan dulu lahh."

Sahut Chandra.

"Udah ah, masih nggak ada tenaga gue."

Jawab Ezal seraya menepis tangan Ben yang melingkar di lehernya.

"Ceilah. Yaudah kalau udah bener-bener stress bilang aja, kita langsung gasin."

Ucap Ben memberi waktu luang untuk Ezal menerima ini semua. Beruntungnya ia mempunyai teman-teman yang solid dan peduli dengan keadaan temannya. Dan selalu mendukung apapun pilihan temannya.

---

Malam hari telah tiba, disaat Syila sedang menikmati makan malamnya, terdengar suara pengumuman bahwa ia mendapatkan telfon ke dua kalinya di hari yang sama. Sesaat Syila heran dan mengira bahwa ia salah dengar, tetapi saat pengumuman itu diulang kedua kalinya, memang benar namanya lah yang dipanggil.

"Di telpon lagi Syil?"

Tanya Mia yang juga sama herannya dengan Syila.

"Iya, ana turun bentar ya."

Pamit Syila kepada Mia dan Hana, lalu ia buru-buru untuk turun dan menerima panggilan dari orang tuanya.

"Halo, assalamu'alaikum."

Ucap Syila seraya mengangkat telpon dari ponsel ukuran mini yang disediakan oleh pondok.

"Waalaikumsalam Syila."

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang