Sekarang Syila, Mia dan Hana berangkat ngaji malam bersama seperti biasanya. Beruntung saja Syila sempat menulis jawaban untuk surat Renda tadi tepat sebelum mereka berangkat. Dan beruntungnya lagi ke dua temannya itu tidak mengetahui hal tersebut.
Situasi Syila belum dikatakan benar-benar aman, karena dia harus menaruh suratnya di pagar depan kelas santri putra seperti apa yang diperintakah Renda dalam suratnya. Jangan sampai saat dia menaruh surat tersebut di pagar, ada seseorang yang melihat atau bahkan ke dua temannya lalu mereka mengambil surat tersebut karena penasaran. Dan akhirnya dirinya akan dipanggil oleh pihak pengurus pondok untuk dimintai keterangan.
Dia menghembuskan nafas setelah berulang kali sudah dia lakukan untuk menenangkan diri. Dia berusaha membuat jarak dengan ke dua temannya agar nanti mereka tidak mengetahui aksi bodohnya.
Dilihatnya di sana, ternyata ada Renda berdiri bersandar di pagar. Sepertinya dia sudah menunggunya untuk melihat jawaban dari suratnya tadi. Degup jantungnya semakin tidak karuan karena jarak dia dan Renda semakin dekat. Tetapi setidaknya ke dua temannya tidak menyadari kalau satu temannya tertinggal jauh di belakang.
Di saat Mia dan Hana sudah masuk ke dalam kelas, Syila melihat keadaan sekitar sebelum menaruh suratnya di pagar. Melihat keadaan masih tergolong sepi, hanya ada adek kelas yang sepertinya juga masa bodo dengan hal-hal seperti itu. Dengan cepat Syila mengeluarkan suratnya dari dalam kantong roknya dan membuang asal surat itu tepat di dekat Renda berdiri. Dia tidak sempat menaruh surat itu seperti apa yang dikatakan Renda, karena dia cukup takut bila tiba-tiba ada salah satu pengurus pondok melihat aksinya.
"Kenapa tegang gitu Syil?"
Tanya Mia saat Syila hendak duduk di bangku tepat di sampingnya.
"Gapapa, tadi hampir kepeleset di tangga."
Jawab Syila asal dan kembali dengan kebohonga yang dia buat-buat.
"Ehh?? Gasampe jatuh kan??"
Tanya Hana panik.
"Nggak kok, cuma hampir aja."
"Bagus deh."
Ucap Hana legah mendengar jawaban Syila.
---
"Oi chil, gimana udah dapat surat dari dia?"
Tanya Varel yang baru saja datang menghampiri Renda.
"Ini bang."
Jawab Renda seraya memberikan surat itu kepada Varel.
"Udah lo buka?"
Tanya Varel lagi sambil membuka lipatan surat surat tersebut. Dan di sana Renda menjawab dengan gelengan kepala.
Iya ana paham maksud kak ezal. Ana juga punya perasaan yg sama seperti kak ezal. Dan kalau kak ezal mau menjalin hubungan dengan ana, ana jawab iya.
- Adiva arsyila
"Woi Ezal diterima anjir!!!"
Ucap Varel girang rasanya seperti dia yang baru saja mendapat jawaban itu.
"Iya bang, kita ke gazebo sekarang?"
Tidak hanya Varel yang senang melihat jawaban Syila, Renda pun ikut bahagia dan legah akhirnya Ezal mendapat jawaban yang pasti dari gadis yang diincarnya.
"Sekarang."
Tanpa menunggu lama, Varel langsung mengajak Renda ke gazebo untuk memberi tahu info bahagia kepada Ezal. Padahal beberapa menit kemudian ngaji malam akan dimulai, tetapi mereka berdua malah melarikan diri tanpa rasa berdosa sedikit pun.
Sesampainya di gazebo, ternyata belum ada sosok yang dia cari di sana. Varel pun memutuskan untuk menunggu saja di sana, karena Ezal tadi juga sudah janji akan ke gazebo waktu ngaji malam.
Setelah beberapa menit berlalu, seseorang dari dalam rumah membuka pintu. Varel dan Renda pun bangkit dari duduknya. Ternyata tak disangka-sangka bukannya Ezal yang keluar malah abinya. Jelas saja membuat Varel dan Renda kalang kabut.
"Lohh Varel, kenapa di sini?"
Tanya Kyai Anwar kepada Varel. Di sana Varel terlihat sangat kikuk karena tertangkap basah.
"Mmm mau ngobrol sebentar sama Ezal pak."
"Mau ngobrolin soal apa?"
Tanya Kyai Anwar penasaran. Pasalnya Ezal sudah tidak ada hubungan lagi di sekolah abinya sendiri, dan hal apa yang akan mereka berdua bahas.
"Kita akan bahas soal band pondok, siapa yang akan gantiin posisi Ezal."
Sahut Ezal yang tetiba datang dari arah belakang abinya. Mendengar suara Ezal membuat Varel dan Renda menghembuskan nafas legah.
"Nggak bisa nanti? Mereka mau ngaji."
"Ezal yang nggak bisa kalau nanti bi."
Jawab Ezal masih berusaha untuk membuat abinya meng'iya'kan kebohongan yang dibuat-buat.
"Saya tunggu kalian berdua di kelas nanti, kalau tidak akan saya laporkan ke pengurus pondok kalau kalian tidak ikut ngaji malam hari ini."
Ucap Kyai Anwar setelah diam sejenak untuk berpikir.
"Ohh baik pak."
Jawab Varel cepat seraya membungkukkan badannya memberi penghormatan.
Melihat Kyai Anwar sudah berjalan menjauh dan menghilang di belokan membuat Varel mengelus dadanya legah.
"Wanjir deg-degan gue anjay."
"Yaa lo goblok, udah tau abi gue belum berangkat malah ke gazebo duluan."
Cibir Ezal mengenai kebodohan temannya itu.
"Yaa gue udah nggak mikir kemana-mana Zal, pokoknya pengen cepet-cepet surat ini lo baca aja."
Ucap Varel seraya menyodorkan surat dari Syila kepada Ezal. Di sana Ezal terdiam sejenak sebelum mengambil surat itu.
"Ini dari dia?"
Tanya Ezal tidak percaya jika Syila akan menjawab pertanyaan dari temannya secepat ini.
Setelah mendapat anggukan kepala dari Renda, Ezal mulai membuka surat itu. Membaca isi dari surat itu.
"Gimana bang? Udah percaya sekarang?"
Tanya Renda memastikan kepada Ezal mengenai surat yang baru saja dia baca.
"Selamat yaa Zal."
Sambung Varel memberi selamat kepada temannya itu atas diterimanya dia dalam sebuah hubungan yang dia sangat inginkan.
Setelah membaca surat tersebut, Ezal hanya bisa terdiam tidak bisa berkata-kata. Ini cukup membuat jantungnya berhenti berdetak. Rasanya dia mau berteriak sekencang mungkin. Sangat ingin berterimakasih kepada gadis itu secara langsung, lalu memeluknya dengan erat.
"Nggak bisa berkata-kata bang Ezal."
Ucap Renda yang sedari tadi mengamati ekspresi Ezal.
Tanpa disangka-sangka, Ezal dengan tiba-tiba memeluk Varel dengan erat. Dia sudah tidak tahan, ingin memeluk Syila tetapi tidak bisa, alhasil dia hanya bisa memeluk temannya.
"Thanks, kalian udah bantu gue."
---
Ekhemmm, Ezal diterima, kiw kiw..
kasihan yaa, gabisa peluk cwenya, ><
MAU SPOILER, ATAU INGIN TAHU KAPAN UPDATENYA? YUK LANGSUNG FOLLOW IG AKU (Ich_aaaa11).
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...