"Tunggu!"
Mendengar teriakan dari Ezal, entah kenapa kaki Syila dengan sendirinya berhenti secara otomatis. Padahal kan dia bisa lanjut berjalan menghiraukan seruan dari Ezal.
"Bolpoin lo jatuh."
Ucap Ezal seraya mengambil bolpoin yang jatuh tadi, kemudian berjalan mendekat ke cewe berwajah tidak asing itu.
Sementara di sana, mendengar suara langkah kaki Ezal yang semakin mendekat, membuat suara degupan jantunya juga semakin keras terdengar.
"Nih."
Syila pun membalikkan badannya seraya mengambil bolpoin tersebut. Dia tidak berani menatap wajah cowo yang saat ini sudah berada tepat didepannya. Setelah itu, Syila bergegas berbalik dan melangkah pergi.
"Ternyata benar, dia anak baru yang waktu itu."
Gumam Ezal dalam hatinya. Meskipun cewe itu menundukkan pandangannya, dia masih bisa menebaknya. Disaat cewe itu baru melangkahkan kakinya, Ezal kembali bersuara.
"Bentar!"
Lagi dan lagi, kaki Syila berhenti dengan sendirinya, padahal bukan ini yang Syila inginkan.
Sementara di sana, melihat cewe itu berhenti melangkah membuat ukiran senyum tipis di bibir Ezal.
"Nama lo siapa?"
"Syila."
Jawab Syila seraya menoleh ke belakang, yang membuat mata mereka saling bertemu. Entah keberanian dari mana datang menghampirinya, sehingga dia berani menoleh ke belakang.
"Salam kenal."
Ucap Ezal kemudian dengan senyum tipis yang masih setia terukir di wajah tampannya.
---
Sesampainya di kelas, degup jantungnya masih saja berdebar kencang. Padahal dari tadi dirinya sudah mencoba menetralisirkan detak jantungnya, tetapi degupan di dalam sana tidak mau berhenti. Tangannya meremas dadanya, berharap agar degupan jantungnya segera kembali normal.
"Anti kenapa Syil?"
Tanya Mia heran melihat Syila yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja.
"Hah?? Ohh nggak kok, nggak papa."
Bohong. Tentu saja dia harus berbohong kepada kedua temannya, atau bahkan ke semua orang bahwa Ezal mantan santri Ar-raudha yang digandurngi semua murid bahkan guru telah mengajaknya berkenalan, tidak hanya itu, Ezal juga tersenyum kepadanya. Senyuman itu yang sampai sekarang masih tersimpan jelas di memori otaknya.
"Kabur dari pengawas gerbang??"
Tanya Mia yang masih kepo dengan Syila.
"Nggak kok, hari ini nggak ada yang jaga gerbang."
Setelah mendapat jawaban dari Syila, Mia pun mengiyakan dengan menganggukan kepalanya berulang kali, kemudian kembali fokus dengan penjelasan guru.
---
Kini Ezal sudah berada di warung biasanya dia dan ketiga temannya berkumpul. Dilihatnya di sana hanya ada Alwin yang saat ini tengah memesan minuman. Ezal pun langsung menghampirinya, sekalian pesan minuman.
"Yang lain mana?"
"Eh Zal, keknya masih di jalan."
Jawab Alwin sedikit terkejut dengan Ezal yang tiba-tiba sudah berdiri di sebelahnya.
"Gimana, ada kelanjutannya nggak?"
Tanya Alwin yang saat ini sudah duduk di meja yang telah mereka pilih. Di sana Ezal berpikir sejenak topik apa yang sedang Alwin tanyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Fiksi RemajaKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...