"Hah?!!"
Lista menganga lebar mendengar ucapan Ezal yang seakan tidak peduli dengannya, dan malah membiarkan anak yang menurutnya tidak tahu diri itu pergi.
"Sekali lagi Syila minta maaf yaa kak."
Ucap Syila, kemudian berlalu pergi menuruti apa kata Ezal barusan.
Melihat Syila yang berjalan pergi, kedua mata Lista tak hentinya menatap tajam punggung anak itu. Kekesalannya bertambah karena Ezal yang seperti berpihak pada anak itu.
Di sana, setelah melihat Syila yang menghilang dibelokan, dia segera menaiki motor dan memakai helm, bersiap untuk berangkat sekolah. Tanpa memperdulikan Lista yang sudah seperti kucing kesemutan.
"Ihh, kenapa sihh Ezal malah belain tuh anak, siapa lagi dia, kelas berapa sihh??"
Tanya Lista kepada Lidya yang berdiri di samping kirinya.
"Anak baru keknya."
"Udahlah Lis, kita masuk kelas aja, toh dia udah minta maaf juga."
Sahut Dini yang sudah capek mendengar kemarahan temannya yang sangat tidak jelas.
"Apaan sihh Din, kok lo juga belain tuh anak?!"
Lista yang sudah kesal makin ditambah kesal dengan perkataan Dini.
"Lista!! Udah ayok ke kelas, nggak malu apa dilihatin??"
Ucap Lidya dengan nada sedikit membentak. Sebenarnya dia juga capek menghadapi sikap kekanakan Lista, tetapi dia masih bisa menahannya dan merespon seperti apa maunya, tetapi semakin dibiarin semakin melonjak.
---
"Apaan sih sii Lista ngamuk-ngamuk gajelas."
Ujar Mia saat mereka bertiga berjalan beriringan menuju kelas mereka.
"Iyaa eh, padahal anti udah minta maaf, heran."
Sahut Hana yang sama-sama heran dengan perilaku Lista tadi.
"Udahlah, mungkin lagi sensi aja kakaknya."
Ucap Syila mencoba menenangkan kedua temannya yang terpancing emosi atas kejadian tidak sengaja tadi.
"Eh tapi untung aja kak Ezal belain anti Syil."
Ujar Mia dengan cengiran di wajahnya, meskipun jauh dilubuk hatinya dia merasa iri. Sementara di sana Syila hanya tertawa hambar, tidak berniat menimpali perkataan Mia tadi. Kemudian mereka bertiga pun masuk ke dalam kelasnya dan memulai pelajaran pagi dengan mata pelajaran Kimia.
---
"Siapa nama bocah tadi? Syila??"
Tanya Lista kepada kedua temannya saat mereka baru saja memasuki kelasnya.
"Iya."
Jawab Lidya singkat seraya duduk di bangkunya. Jujur saja kalau dia berani berteriak tepat di depan muka Lista untuk menghentikan membahas kejadian tadi. tetapi sayangnya dia tetap tidak mempunyai nyali untuk melakukan hal itu.
"Lista."
Seru Mawa tepat di depan meja Lista.
"Apa?!"
"Tadi ana dapet laporan kalau anti membuat keributan kecil di depan gerbang, dan juga anti sempat berbicara dengan kak Ezal."
Jelas Mawa Panjang lebar yang langsung membuat telinga Lista terasa panas.
"Ck! Trus kenapa??"
"Ana diperintahkan sama wakil keamanan untuk Lista melakukan sidang."
"SIDANG?? GILA LO YAA."
KAMU SEDANG MEMBACA
EZAL [TAMAT]
Teen FictionKetika anak pondok, apalagi anak dari pemilik pondok yang biasanya memiliki karakter alim dan mengerti agama, hal tersebut sangat berbeda jauh dengan Ezal. Karena didikan sang ayah yang terlalu keras dan ketat membuat Ezal menjadi anak yang keras k...