- 79 -

83 3 0
                                    

Sedari pulang sekolah hingga berangkat mengaji sore, Syila hanya diam dan tidak berbicara sedikit pun dengan ke dua temannya. Meskipun Hana masih mencoba untuk mengajaknya berbicara, ia hanya menjawab dengan seadanya. Entah kenapa ia menjadi merasa tidak enak dengan Mia. Ia merasa Mia sudah tahu mengenai apa yang dirinya sembunyikan dari teman-temannya. Ia menjadi merasa bersalah karena tidak bisa memberitahu fakta besar mengenai hubungannya dengan Ezal.

"Udah siap Syila? Ayo berangkat."

Ucap Hana dengan senyuman ramahnya. Kemudian Syila hanya menjawab dengan anggukan kepala, lalu beranjak dari duduknya dan berangkat mengaji sore. Sementara Mia hanya diam saja dan tidak ada bersosialisasi dengan Syila sedikit pun.

"Guys, ana mohon. Kalian udah ana anggap sebagai sahabat ana sendiri. Ana mohon banget jangan ada yang di sembunyikan."

Ucap Mia yang langsung mendapatkan tatapan horror dari Hana. Sementara Syila hanya bisa diam dan tidak berani menoleh ke Mia. Perasaannya semakin nyata mengenai Mia yang sudah mulai curiga tentang hubungan backstreetnya. Jika ini bukan pondok, Syila bisa saja langsung berlari ke pelukan Ezal, dan menceritakan semua yang sudah terjadi.

---

Sesampainya Ezal di kamarnya ia langsung menelfon grup pertemanannya yang bernama 'bujang berbatang 4'. Sementara Varel dan Renda sudah kembali ke sekolah untuk mengikuti ngaji sorenya yang sengaja mereka tinggalkan tadi.

"Halo bro, kenapa nih kenapa??"

Tanya Ben di ujung sana. Ben adalah orang yang pertama kali mengangkat telfon dari Ezal, entah dua yang lainnya dimana.

"Ntar kumpul kek biasanya jam setengah tujuh."

Jawab Ezal langsung pada intinya tanpa bertanya di mana Chandra dan Alwin berada.

"Bentar-bentar, ini pasti soal yang tadi sempet lo omongin waktu di kelas kan?"

Tanya Ben yang sudah mencium bau-bau permasalahan semakin parah.

"Apa lagi??"

"Oke oke ntar gue sampain ke yang lain."

"Yaudah."

Ucap Ezal dan langsung mematikan telfonnya.

Jujur saja, kepala Ezal serasa mau meledak memikirkan bagaimana caranya agar hubungannya dengan Syila tidak terbongkar. Hendak mengirim surat ke Syila pun tidak bisa, itu hanya akan membuat Mia semakin penasaran dan curiga terhadap Syila. Apalagi meminta Syila untuk bertemu, itu justru hal yang sangat mustahil untuk dilakukan pada masa-masa genting seperti ini. Ia sungguh mengkhawatirkan keadaan Syila di sana. Jelas gadis itu merasa tertekan dan mengira bahwa pacarnya disini tidak tahu apa-apa. Ia hanya bisa mengandalkan Renda untuk mengetauhi kondisi Syila bagaimana.

Saat dirinya tengah termenung dengan posisi otak yang terus berpikir keras untuk mencari jalan keluar supaya hubungan yang baru berjalan ini baik-baik saja, ponselnya terus bergetar tepat disampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat dirinya tengah termenung dengan posisi otak yang terus berpikir keras untuk mencari jalan keluar supaya hubungan yang baru berjalan ini baik-baik saja, ponselnya terus bergetar tepat disampingnya. Kemudian ia pun membuka ponsel tersebut dan membuka grup pertemanannya.

EZAL [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang