Bab XVII

903 60 1
                                    

Harap bijak dalam membaca







Hahahaha..
Jeongwoo masik saja bercanda gurau dengan temanya, sampai ia menghentikan tawanya karna melihat haruto. Jay pun mengikuti arah pandangan jeongwoo.

"Hai" haruto.
"Ice americano kan?" Jeongwoo.

Haruto hanya mengangguk.

"Maaf aku harus pergi membuat orderan dulu, kau ingin memesan apa?" Tanya jeongwoo pada jay, saat ia berbicara pada jay jeongwoo tersenyum. Tapi jika ia berbicara dengan haruto jeongwoo langsung saja cemberut.

"Mmm aku latte saja" jay
"Okey".

Haruto menatap tajam dua orang yang sedang berbicara tersebut. "Aku tidak pernah melihatnya tersenyum seperti itu, siapa sebenarnya pria yang bersama jeongwoo?".






Flasback jeongwoo..

Jeongwoo kecil sedang bermain bersama teman-temanya yang lain, hingga seorang guru memanggil jeongwoo.

"Jeongwoo"
"Iya"
"Coba lihat ini, apakah kau bisa mengerjakanya" tanya guru jeongwoo sambil memberikan soal matematika.

Dengan cepat jeongwoo menjawab, "lima". Guru tersebut kaget karna jeongwoo yang seorang anak sd bisa menyelesaikan soal anak smp yang bahkan anak smp pun belum tentu bisa menyelesaikanya.

"Bagaimana kau bisa menyelesaikanya" guru.
"Ntahlah, aku hanya berpikir itu lima. Wahahaha" jeongwoo masih saja terus bermain bersama temanya. "Jeongwoo", guru jeongwoo masih terheran-heran akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi ayah jeongwoo, "Mr. Park sepertinya jeongwoo memiliki bakat dalam matematika, coba kau lakukan tes untuk mengujinya".

Saat ini jeongwoo sedang bersimpuh di depan ayahnya. Brakk, ayah jeongwoo melemparkan banyak buku soal matematika dihadapan jeongwoo.

"Gurumu mengatakan kau mempunyai bakat dalam matematika, perlihatkan itu padaku", jeongwoo memandangi ayahnya dengan takut, ia merasa sangat cemas sekarang.

Keringat jeongwoo sudah bercucuran, ia memegang pensil dengan tangan gemetar. Matanya rasanya buram dan tidak bisa membaca soal yang ada dibuku, soal itu terlihat tidak beraruran dimata jeongwoo.

"A-apa yang dia katakan, aku tidak pintar dalam matematika. Kenapa dia mengatakan hal itu?".

Jeongwoo telah selesai mengerjakan soalnya, "aku tau itu punya bakat apanya?, kau itu terlahir bodoh seperti ibumu. Satu-satunya hal yang bisa kau perbuat adalah menjual dirimu dan jadi jalang seperti ibumu".

Hah apa-apa an ini bagaimana seorang ayah bisa mengatakan hal seperti itu kepada anaknya yang baru berusia 12 tahun.

"Fucking damn it" plak, ayah jeongwoo melemparkan buku itu diatas kepala jeongwoo.















Kembali ke masa sekarang

"Aku kira aku sudah berhati-hati, kapan dia melihatnya?", jeongwoo sedang tengelam di dalam pikiranya sendiri.

"Aku harus berhati-hati, aku tidak boleh membuat masalah. Tidak itu hanya masa lalu , sekarang tidak ada siapapun yang akan mengadukanku pada orang brengsek itu. Dan juga wajah tahu bukan tipe orang seperti itu".

"It's okay, it's okay"
"Siapa dia?" Haruto membuyarkan lamunan jeongwoo.

Jeongwoo sedang duduk disofa kamar,  sambil melihat tv.

"A-apa" jeongwoo.
"Siapa pria yang bersamamu di cofe shop tadi?" Haruto masih bertanya dengan tatapan tajam.

"Ketuk dulu pintunya sebelum masuk, dia teman ku dari sekolah menengah. Tidak ada pelangan saat aku berbicara dengan nya okey" jeongwoo salah paham ia pikir haruto mau memarahinya karna ia bercanda dengan temanya saat jam kerja sedang berlangsung. Padahal aslinya bukan yang di maksud haruto.

Love Is An Illusion | HajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang