Bab LXXVIII

527 33 1
                                    

Harap bijak dalam membaca















"Seperti yang telah ku katakan berkali-kali, mengontrol obsesimu dengan kekuatan itu memiliki batasanya. Dan semakin dekat kau menuju dominan semakin berbahaya pula hal itu, itulah faktanya. Setidaknya minumlah obatmu, okay yoshi kumohon" dokter.

Yoshi hanya diam sambil menundukan kepalanya. Saat ia mengecek jam di hp ternyata sudah jam 5 sore.

"Itu benar, baiklah aku akan pergi" yoshi.

"YOSHI".

Brakk...

Tanpa mengindahkan panggilan dokter yoshi pergi begitu saja dari ruang terapi. Yoshi terpaksa datang ke sana,  karna itulah ia merasa sangat sesak dan segera ingin pergi dari tempat itu.

"Hah dia ini memang sangat sulit..." dokter.













Kondisi mental itulah yang mereka periksa dariku selama satu minggu. Dan itu semua karna....

Flasback

"Apa bercerai saja belum cukup?, sekarang kau menaruh namamu di dalam berita" ibu yoshi benar-benar sudah kehilangan kesabaranya, ia benar-benar merasa kecewa karna gagal mendidik yoshi jadi anak baik.

"Seberapa jauh lagi kau akan mempermalukan keluargamu hah?".

"Sayang tenanglah" ayah yoshi sekuat tenaga menahan agar ibu yoshi tidak melemparkan barang ke arah yoshi.

Sementara itu sumber dari semua masalah hanya diam menatap tidak minat pada kedua orangtuanya.

End off flasback

"Anak yang memalukan nama keluarga, orang yang gagal menikah, orang gila yang terobsesi pada masalalunya. Aku tidak peduli dengan semua anggapan itu".

Yoshi teringat kembali saat dia menanyakan perasaan jaehyuk padanya. Kata tidak yang keluar dari mulut jaehyuk serasa jadi hantaman pada dirinya.

"Hah hah huft, sekarang bagimana caranya aku hidup tanpamu?" Yoshi mulai menangis.















Terdengar alunan musik yang sangat indah, melodi dari piano dan biola bercampur menjadi satu. Tapi nampaknya ada satu orang yang merasa tidak puas dengan harmonisasi itu.

"Arghh".

Dengan marah yoshi melemparkan biolanya ke arah pemain piano.

"Apa-apan itu, apa kau sudah berlatih?" Yoshi.

"S-sudah".

"Dan kau berharapp lulus dari kampus dengan hasil seperti ini?, apakah ini semua semacam candaan untuk mu?" Yoshi.

Mendengar itu hati pemain piano jadi memanas. Apa maksudnya dengan candaan?, ia tidak mungkin bercanda karna ia bisa masuk univ inipun lewat jalur beasiswa. Bagaimana mungkin ia bercanda?.

"T-tapi kau bahkan tidak berusaha mengajariku".

"Kenapa aku harus melakukanya?, itu kan sudah jadi tugasmu sebagai pemain piano" yoshi menatap remeh perempuan itu.

Mendengar itu pemain piano mulai mengeluarkan air matanya.

"Jika kau ingin bermain sesuka hatimu maka lebih baik kau melakukan semua itu sendiri. Aku tidak peduli seberapa banyak kau membayarku, aku sudah tidak peduli. Temukanlah orang yang mau kau injak-injak".

Brakkk...

Yoshi mengenggam biolanya dengan kuat. Ia tak bermaksud seperti itu, kenapa mulutnya ini suka sekali berbicara tanpa berfikir.















Love Is An Illusion | HajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang