Bab XCIV

440 42 1
                                    

Harap bijak dalam membaca





















"Jeongwoo bangun!" Haruto.

"Bangun jeongwoo" hyunsuk.

Melihat jeongwoo pingsan jihoon langsung menoleh ke arah june dengan tatapan murka.

"BAWA DIA KELUAR!. JANGAN PERNAH BIARKAN KAKINYA MENGINJAK LAGI DIKEDIAMAN KELUARGA WATANABE!!" mendengar perintah mutlak jihoon para body guard yang ada disana langsung turun tangan membawa june keluar rumah.

"Lepaskan aku!!" June.













Keesokan paginya setelah kekacauan itu jeongwoo langsung mengurung dirinya di dalam kamar. Dia bahkan tidak mau menyentuh makanan yang haruto siapkan.

Saat ini haruto dan wonyoung sedang berdiskusi di kantor mall milik wonyoung.

"Kami menemukan bahwa dia berencana membuka satu toko di lantai pertama mall ku. Sepertinya semua kerja keras yang ia bangun pada usahanya harus menjadi berantakan sekarang. Dia mungkin mengira karna putranya menikah dengan anak dari watanabe grup semuanya akan bekerja di bawah kendalinya" wonyoung tersenyum sinis.

"Memikirkan aku hampir saja memberikan tempat itu pada pria semacam dia membuatku merasa sakit" wonyoung.

"Terimakasih karna sudah melakukan hal itu noona" haruto menatap ke arah luar jendela.

"Haruto adiku yang kusayangi. Tidak peduli apapun yang orang katakan,  jeongwoo sudah menjadi bagian dari keluarga watanebe" wonyoung masih bisa mengingat saat pertama kali jeongwoo mengunjungi mereka bersama byul dengan muka yang bahagia.

"Apa yang sedang jeongwoo lakukan sekarang?" Wonyoung.

"Hah".


















Jeongwoo masih saja mengurung diri dikamar.

"Tapi aku tidak menyerah padamu!. Bahkan saat ibumu menelantarkanmu karna kau itu anaku!!" kata-kata itu terus terngiang-ngiang dikepala jeongwoo, membuat kepala jeongwoo rasanya seperti mau pecah.

"Apa semua itu benar?, bagaimana aku bisa mempercayainya?. Mungkin saja dia hanya mengarang semua hal itu untuk mendapatkan uang" jeongwoo bahkan masih bisa megingat saat ayahnya memukul dan menyeret ibunya untuk dijual pada rekan kerja ayahnya. Agar bisnis ayahnya berjalan dengan lancar.

"Jika kau memang sangat memperdulikanku kenapa kau tidak mencariku saat aku hidup seperti itu?".

Jeongwoo bahkan harus berkerja sana-sini untuk memenuhi kebutuhanya. Dirinya yang baru saja berusia 15 tahun harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhanya sendiri. Tidur ditempat gelap dan dingin serta harus makan-makanan sisa kemarin. Kenapa ayahnya tidak mencarinya saat itu?, kenapa harus sekarang disaat ia sudah mendapatkan keluarga yang bisa menyayanginya?.

"Kau menjalani hidupmu seperti aku tidak pernah ada di dunia ini" jeongwoo teringat saat ia melihat ayahnya bersama keluarga barunya,  dan yang membuat jeongwoo semakin hancur adalah karna perlakuan ayahnya terhadap anak-anaknya yang sekarang. Kenapa iblis itu bisa berubah menjadi ayah yang begitu lembut dan perhatian, kenapa saat bersamanya dulu tidak seperti itu?.

"Hah tapi...." jeongwoo mulai bangun dari tidurnya dan berjalan ke arah lemari bajunya.

Ia lalu membuka salah satu pintu yang terdapat boneka dari ibunya yang masih ia simpan rapi. Boneka itulah satu-satunya peninggalan ibunya yang masih ia simpan.

"Aku akan segera kembali".

Nyatanya itu hanya ucapan saja. Momy nya tak pernah kembali.

"Momy dia tidak pernah sekalipun datang untuk melihatku".













Di ruang keluarga asahi dan haruto sedang berdebat.

"Berapa lama lagi dia akan diam seperti itu?" Asahi.

"Dia menolak untuk bertemu dengan siapapun. Kita harus membiarkan dia seperti itu dulu" haruto.

"Momy" byul.

"Byul momy tidak dapat bermain bersmamamu hari ini. Ayo bersenang-senang bersama dady saja" haruto berusaha membacakan buku untuk byul namun byul menolaknya.

"Tapi apakah dia harus melakukan hal ini pada byul?!" batin asahi.

"Momy~" byul mulai rewel dan menangis.

Melihat byul menangis asahi sudah tidak tahan lagi. Ia langsung merebut byul dari gendongan haruto lalu membawanya berlari ke kamar jeongwoo.

"Asahi!" Haruto berusaha menghentikan asahi namun sia-sia.

Brakkk.....

"HEY".

Tap tap tap

"Byul ingin melihatmu" asahi.

"Momy" byul.

"Jadi sadarlah dan segera bangun!" Asahi.

"Momy" byul menyentuh wajah jeongwoo lalu mencium pipi jeongwoo.

Jeongwoo kemudian menatap wajah byul lalau mengenggam kedua tangan mungil itu.

"Aku minta maaf, tolong tinggalkan aku sendiri" setelah itu jeongwoo kembali memunggungi semua orang dan menutupi tubuhnya mengunakan selimut.






"Wahhhhh"

"Jangan menangis byul ini bukan karna momy membencimu" haruto.

"Idiot!!, si bodoh idiot itu hiks" asahi mulai menangis.

"Dia selalu saja bersembunyi seperti itu, kenapa dia harus keluar jika dia tidak bisa menerima hal itu!!" Asahi mulai berjalan keluar menuruni tangga sambil menangis.

"Kau seharusnya tidak membiarkan dia menemui pria itu. Kau seharusnya tidak membiarkan dia mendengarkan perkataan sialan itu!!" asahi.

"Seberapa jauh aku harus menghalanginya. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan, aku harus berbicara...".

Ringgg....

Saat sedang pusing tiba-tiba henfon miliknya berdering berulang kali.

"Halo?" Haruto.

(Haruto kita mendapatkan nomor yang terus menghubungi ke agensi dan pilihan terbaiknya mungkin kau harus mengatasinya)

"Tentang masalah apa ini?" Haruto.

Setelah mendengar penjelasan menejer haruto langsung terdiam dan bergegas pergi untuk menemui orang itu.

"Jika ayah jeongwoo tidak dapat menenangkanya. Mungkin dia bisa melakukanya".




Sepuluh menit kemudian haruto sampai ke tempat pertemuan yang sudah ditentukan oleh menejernya.

"Permisi nama saya watanabe haruto".

Orang itu langsung menoleh. Tidak salah lagi dia ini memang benar adalah ibu jeongwoo yang sudah lama menghilang, Park rosè.























Bersambung...........

Masalalu jeongwoo semakin terbuka. Kalian hanya melihat jeongwoo yang selalu ceria. Sebenarnya itu semua hanyalah topeng yang jeongwoo buat sedemikian rupa selama bertahun-tahun. Sedikit demi sedikit rasa sakit yang ia dapatkan ia susun dengan susah payah menjadi topeng yang menutupi semua lukanya. Sehingga terciptalah park jeongwoo yang selalu ceria dengan senyum cantiknya.

Tapi sekarang topeng itu mulai retak dan harus kehilangan senyum nya.

Haduh kenapa jadi melow begini😭. Ngomong-ngomong besok akan jadi hari yang sedih sekaligus membahagiakan buat saya dan kalian semua.









Love Is An Illusion | HajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang