Bab XXII

802 57 3
                                    

Harap bijak dalam membaca









"Tidak ini tidak mungkin terjadi, master sudah kehilangan akalnya. Aku tidak bisa hanya diam dan melihat, aku harus mengatakanya kepada seseorang. Aku harus.." asahi mundur perlahan-lahan dan hendak meninggalkan rumah haruto, tapi sebelum itu terjadi.

"Asahi" haruto menahan tangan asahi yang hendak lari.

Haruto melirik ke arah jeongwoo, lalu ia mulai berbisik pada asahi. "Jangan katakan apapun pada hyung".

Asahi yang mendengar itu semakin bingung apa yang harus ia lakukan sekarang, ia hanya tidak ingin tuanya terluka.

"Kumohon lakukan ini untuk ku, mari simpan ini sebagai rahasia mulai sekarang. Aku akan mengatakanya sendiri saat waktunya sudah datang" haruto memegang pundak asahi dan terus meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.

"Tidak itu.." asahi.
"Kau tau kan kalau kau itu satu-satunya orang yang kupercaya" asahi yang mendengar kalimat haruto barusan membuat rasa marahnya menguap entah hilang kemana.

"Tolong lakukan ini untuk ku ya" asahi hanya diam mematung dengan muka yang tersenyum lebar.

"Sebenarnya mereka sedang berbisik tentang apa?" Jeongwoo berusaha menguping pembicaraan mereka, tapi itu tidak berhasil.

"Tunggu, kau harus melakukan bagianmu" jeongwoo yang hendak pergi dihentikan oleh haruto.

















"Wah", satu kaata yang haruto ucapkan untuk mengambarkan seberapa bahagianya dia sekarang.

Ia sedang memandangi foto hasil usg jeongwoo, terlihat ada bulatan kecil disana. Mata haruto berbinar-binar saat memandangi foto itu.

"Kau yakin tidak ingin melihat hasilnya?" Haruto.
"Aku harus bilang berapa kali padamu, ayo cepat pergi" jeongwoo masuk ke dalam mobil sambil terus cemberut.

Haruto yang melihat itu hanya bisa tersenyum gemas. Ia mengusap foto itu sambil tersenyum teduh.

"Dunia sepertinya dipenuhi oleh cahaya"














"Haruto kau yakin sesuatu tidak terjadi?" Tanya gitaris haruto yang sangat heran dengan sikap haruto akhir-akhir ini.

"Hah tidak" ia menjawabnya dengan santai.
"Aku tidak pernah melihat kau mengeluarkan phernomon yang bahagia seperti ini sebelumnya" gitaris haruto yakin pasti ada yang salah dengan ketua band mereka.
"Dan ada apa dengan asahi, kenapa ia seperti orang yang rohnya keluar dari badannya" asahi sedang terdiam dipojokan dengan muka yang berseri-seri.

"Hahaha aku adalah satu-satunya orang yang dipercaya master" asahi.

(Sepertinya sekarang asahi yang sudah mulai tidak waras🙂)

"Ngomong-ngomong semua orang mulai menotis kita, kita mendapat banyak panggilan perform dari luar kota. Haruto aku tau kau tidak suka berpergian tapi kita tidak bisa mengatakan tidak selamanya" gitaris haruto berkata seperti itu karna kemarin-kemarin mereka sudah banyak menolak tawaran manggung di luar kota.

Haruto terdiam sebentar, "oke mari kita lakukan, aku tidak masalah selama itu tidak lebih dari 2 hari. Kapan?, dimana?" Teman haruto kaget kenapa haruto tiba-tiba semangat begini.

Saat diperjalanan pulang haruto tidak sengaja melihat toko parlengkapan anak. Ia berhenti sejenak didepan toko itu.

"Aku harus melakukan semua yang aku  bisa, karna sekarang aku ini seorang.."

Karna melihat haruto yang terus menatap baju anak-anak dari luar, pemilik toko pun keluar. "Apa ada sesuatu yang kau cari?" Ia bertanya sambil tersenyum kearah haruto.

"Tidak masih belum" haruto.
"Masih belum?, kau benar-benar seorang ayah yang muda atau kau itu seorang ibu?" Pemilik toko yang melihat tampang haruto sebenarnya tidak yakin kalau dia seorang ibu tapi apa salahnya bertanya.

Sambil tersenyum tampan haruto menjawab, "aku seorang ayah".

"Haha aku seorang beta jadi aku tidak pandai untuk menilai orang dari baunya, silakan melihat-lihat didalam" pemilik toko mempersilahkan haruto untuk masuk.

Haruto mulai berjalan dan melihat-liahat kasur bayi dan mainan untuk bayi. "Aku sering lewat jalan ini, tapi aku tidak pernah memperhatikan toko ini sebelumnya". Pandangan haruto terfokuskan pada satu barang, yaitu sepatu bayi mungil bergambar kelinci, "Ini sangat menggemaskan".














Disilain jeongwoo sedang mencoba anting dan cincin yang baru saja haruto belikan. "Hmm" ia bersenandung sambil terus tersenyum.

"Mengambil foto sialan itu tidak terlalu buruk jika aku mendapatkan semua barang ini". Sekarang jeongwoo sedang duduk disofa yang penuh dengan barang-barang belanjaan jeongwoo.

"50 juta won hanya dengan melahirkan, dan selama disini aku akan memerasnya sebisa mungkin. Ngomong-ngomong ini bukan suatu hal yang sulit" jeongwoo menoel-noel perutnya sendiri.

Sesaat kemudian jeongwoo mulai terdiam dan mengelus perutnya. "Apa benar-benar ada seorang bayi disini, aku tidak merasakan apapun selain mudah berganti mood".

Jeongwoo melihat kearah meja, ia mengintip foto usg nya. "Tidak aku tidak akan melihantnya" ternyata harga diri jeongwoo lebih besar daripada rasa penasaranya.

Bep bep bep
"Hmm dia pulang" jeongwoo kaget, apa itu kenapa haruto membawa buket bunga.

"Oh, kau tidak di kamarmu?" Haruto berjalan mendekat sembari memberikan bunga yang ia bawa.

"Ini mereka terlihat cantik" haruto mengatakan itu sambil melihat wajah jeongwoo yang memerah karna malu.

"Kau membawa sesuatu lagi, tapi kita sudah terlalu banyak membeli barang" jeongwoo melihat sepatu kecil yang haruto bawa, karna kaget dia memukul sepatu itu dengan bunga yang haruto barikan.

"Uwaahhh, what the fuck" haruto kaget kenapa jeongwoo tiba-tiba marah.

"Ugh sangat menganggu, jangan perlihatkan itu di depan mukaku lagi".

Haruto berlutut mengambil sepatu bayi yang jeongwoo buang tadi. "Arggh fuck, sekarang mood ku menjadi  buruk lagi" jeongwoo berdecak pinggang sambil terus-terusan mengomel.

Haruto hanya diam melihat jeongwoo, ia mulai memejamkan matanya "sepertinya aku terlalu berlebihan" haruto mengenggam sepatu tadi dengan erat.

"It's okay, aku masih punya waktu" haruto tersenyum dan menatap sendu ke arah jeongwoo.





























Bersambung....

Kasiannya si tono.

Love Is An Illusion | HajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang