Bab XXXVII

636 58 6
                                    

Harap bijak dalam membaca

















"Suhu tubuhnya terus turun dan naik. Dan akhirnya setelah tiga hari aku bisa menemukan obat yang cocok untuknya" asahi.

Jeongwoo sedang tertidur pulas dikamarnya.


Di rumah jaehyuk...

"Kau meminta ku untuk bertemu denganmu?, itu adalah sebuah kejutan" jaehyuk.

"Terlebih lagi hanya kita berdua dan ditempat yang sepi" jaehyuk mulai menurunka dasi yang ia pakai.

"Aku minta maaf untuk semua masalah yang terjadi" asahi.

"Jangan begitu, bukankah kau merasa tidak nyaman?. Aku tidak sering datang kerumah ini atas kemauanku" jaehyuk mulai berjalan dan duduk diatas sofa yang menghadap kearah asahi.

"Jadi ada apa?" Jaehyuk.
"Tolong.." asahi tampak ragu mengatakanya.

"Apa?" Jaehyuk.
"Bisakah kau meminjamiku uang lima puluh juta won?" Asahi.

Jaehyuk terdiam sebentar, "kau mau memakai uang itu untuk apa?" Jaehyuk.

"Aku tidak bisa menjelaskan detailnya, hanya satu kali ini saja bisakah kau menolongku" asahi.

"Apa haruto tau tentang ini?" Jaehyuk.

"Tidak" asahi.

Jaehyuk mulai mengetuk-ngetukan jarinta di meja. "Hmm sesuatu yang tidak bisa kau bicarakan pada haruto".

"Dan bisakah kau menyimpan ini sebagai rahasia, jangan beritahukan ini pada siapapun. Apapun yang terjadi aku akan mengembalikan uang itu padamu" asahi.

Jaehyuk menatap kearah asahi sebentar. "Baiklah kirimi aku nomon akun bankmu" mendengar itu dengan cepat asahi mengeluarkan ponselnya dan membungkukan badanya sebagai ucapan terimakasih.

"Terimakasih, terimakasih banyak master" saat asahi selesai menunduk ia tidak sengaja bertatapan dengan jaehyuk yang menatap dirinya dengan intens.

"Hmm jika ada sesuatu yang aku bisa lakukan untukmu.." asahi.

"Hanya pergilah" jaehyuk.

Dan akhirnya asahi pergi dari rumah jaehyuk dengan perasaan malu, apa yang ia pikirkan kenapa ia memberikan pertanyaan seperti itu pada master jaehyuk.


Jam 7 malam asahi baru sampai dirumah.

Bep bep bep

Mendengar pintu dibuka jeongwoo langsung bangun dari tidurnya.

"Kenapa kau baru kembali, kemana kau pergi?" Jeongwoo.

Dengan muka sumringah asahi berlari menuju jeongwoo. "Aku mendapatkan uangnya. Kau bisa pergi kemanapun yang kau mau, aku akan menangung biayanya".

"Benarkah?, darimana kau mendapat uangnya?" Jeongwoo.

"Itu adalah urusanku" asahi.
"Benarkah?" Jeongwoo masih terus mengintrogasi asahi.

"I'ts fine, jangan kawatir tentang itu" asahi mengelus-elus kepala jeongwoo.

"Terimakasih" jeongwoo.

Asahi melihat rambut jeongwoo yang terlihat panjang. Asahi mulai menyentuh rambut jeongwoo dengan pelan, "apa kau mau aku memotong rambutmu?".

Di dalam kamar mandi

Asahi mulai memotong rambut jeongwoo dengan telaten.

"Kau bahkan tidak bisa memotong rambutmu sendiri?" Asahi.

"Tentu tidak, aku buruk dalam hal apapun seperti orang kebanyakan" jeongwoo.

"Jadi kemana aku akan pergi?" Jeongwoo.

"Aku juga belum tau" asahi menjawab pertanyaan jeongwoo sambil fokus merapikan rambut jeongwoo.

"Biasanya orang-orang akan pergi ke china, akan ada banyak orang yang menyukaimu disana. Aku memiliki beberapa teman disana, aku bisa memberikan kontak mereka padamu dan tenang saja mereka semua omega jadi kau bisa aman" asahi.

"Kenapa, kenapa kau menolongku sampai seperti ini?" Seketika kegiatan asahi langsung terhenti saat mendengar pertanyaan jeongwoo.

"Karna kau ibunya byul" batin asahi.

Plak
"Jangan berfikir aku melakukan semua ini dengan gratis. Kau harus membayarnya suatu saat, jadi jangan berfikir untuk kabur lagi" asahi.

"Auww" jeongwoo memegang kepalanya yang di pukul oleh asahi. Setelah itu mereka mulai bercanda dan tertawa bersama.





"Aku akan pergi untuk mendapat semua detailnya oke?, tunggulan disini dan jangan pergi kemana-mana kau masih belum sembuh" asahi.

"Okay" jeongwoo.

Clakk
Setelah beberapa saat asahi pergi, jeongwoo dengan cepat membuka pintu rumah dan pergi keluar rumah. Dia melanggar perintah asahi, saat pertama kali keluar ia terkena silau dari cahaya matahari dan itu membuatnya tersenyum.

"Aku akan pergi sebentar lagi dan mungkin tidak akan pernah kembali. Jeongwoo sedang berada ditaman yang pernah ia kunjungi bersama haruto.

Tak..
Jeongwoo memukul pohon yang ada disampingnya. "Apakah kau benar-benar memberikan bayinya pada orang lain?, apa kau melakukanya, apa..?".

Tak sengaja dari kejauhan jeongwoo melihat ada seorang pria tinggi yang sedang mengendong bayi. Saat melihatnya lagi ternyata pria itu adalah haruto.

Whusss..
Seketika angin bertiup kencang. Deg deg deg jantung jeongwoo berdetak dengan sangat cepat.

"Jadi ternyata haruto tidak membuang bayinya?" Jeongwoo.

"Haruto".



















Bersambung.....

Gak jadi rungkat kayaknya😆.











Love Is An Illusion | HajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang