Dejun dan Nana -02

13.9K 1.4K 52
                                        

2010

Dejun tumbuh menjadi bocah yang aktif, dia memiliki teman seusianya namanya Lucas Choi, Hendery Seo, dan Mark Jung. Mereka berempat adalah empat sekawan yang selalu bersama. Dejun tidak tahu mengapa Papanya selalu berwajah dingin saat menatap Hendery dan Mark, dia tidak pernah bertanya, karena wajah Papanya sangat menakutkan. Papanya mungkin tidak menunjukkannya secara terang-terangan, tetapi Dejun tahu Papanya hanya menatap sekilas kedua temannya itu lalu pergi.

Berbeda dengan sang kakak yang sangat aktif, Jaemin cenderung pasif. Dia tidak bisa bersosialisasi dengan baik, terlebih karena sering sakit, Jaemin banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Saat anak-anak seusianya, 10 tahun, belajar di sekolah, Jaemin akan belajar di rumah.

Namun perbedaan seperti ini tidak menghalangi rasa sayang kakak-adik Nakamoto ini. Mereka memiliki hubungan persaudaraan yang sangat kuat. Dejun sangat sayang pada Jaemin dan Jaemin juga sayang pada Dejun. Dejun tidak keberatan menceritakan hal-hal menarik yang ia alami di sekolah. Dia akan berlari ke kamar adiknya atau ruang belajar adiknya dan menceritakan kegiatannya selama satu hari.

Dejun pernah merasa iri, karena terkadang dia merasa tersisihkan, tapi sang Papa selalu mengatakan, Dejun tidak perlu iri karena baik Papa dan Mamanya menyayangi mereka dengan rasa sayang yang sama. Papa juga selalu mengatakan jika sebenarnya Jaemin yang paling iri dengan Dejun, karena Dejun bisa bebas melihat dunia luar, sedangkan Jaemin hanya bisa melihatnya dari balik jendela. 

_OUR BOY 02_

Dejun baru saja pulang dari sekolah, dia dijemput oleh Kazuki karena ayahnya sedang ada meeting. Mamanya harus merawat adiknya yang semalam tiba-tiba terserang demam. Dejun selalu sedih saat melihat adiknya terbaring di atas kasur dan tidak bisa berbuat apa-apa. Imun adiknya tidak sekuat dirinya.

"Didi, Gege pulang!" ujarnya ceria, dia berlari kecil ke kamar adiknya, mengabaikan pelayan yang panik karena melihatnya berlari. Takut jika Tuan Muda mereka jatuh.

"Dejunnie sudah pulang?" Dejun disambut sang Mama saat baru membuka pintu kamar adiknya.

"Mm, Mama Dejun mau cerita." Winwin memintanya duduk di sebelahnya. Jaemin terlelap di kasurnya.

"Jadi, apa yang mau Dejunnie ceritakan pada Mama?" Dejun melepas tasnya lalu duduk dan bersandar pada mamanya.

"Mama tahu Mark dan Dery kan?" Winwin mengangguk.

"Ada apa dengan keduanya?" tanya Winwin.

"Tadi Mark bilang kalau dia sedang kesal dan marah pada adiknya, Jeno katanya merusak tugasnya hari ini, Mark tadi dihukum karena tugasnya tidak selesai. Lalu selain itu, Sungchan, adik Mark yang paling kecil juga sakit dan membuat Mark tidak bisa melihat ibunya. Mark terlihat sangat buruk, lalu dia bilang dia benci adiknya." Winwin mengusap kepala sang anak dengan sangat lembut.

"Lalu Dery bilang adiknya yang bernama Haechan itu berisik dan suka mengganggunya saat ia sedang belajar, Dery juga bilang Haechan sering sekali mengadu pada Daddy mereka, membuat ia sering dihukum oleh Daddynya. Padahal kata Dery dia tidak salah apa-apa." Dejun menceritakan apa yang ia dengar kepada Winwin.

"Lucas bilang dia tidak tahu harus bagaimana karena dia tidak punya adik, dia anak tunggal. Lalu mereka tanya padaku, apa adikku juga seperti adik mereka, aku jawab iya. Nana pernah tidak sengaja menumpahkan jus jeruk di tugasku, Nana juga sering menggangguku saat belajar, tapi aku tidak pernah marah, karena aku tahu Nana kesepian dan butuh teman, kalau yang menumpahkan air, dia kan tidak sengaja, jadi mau marah juga marah pada siapa, iya kan Ma?" Winwin tertawa kecil dan mengangguk.

"Iya" jawabnya.

"Mark dan Dery bilang kalau aku terlalu baik pada adikku, lalu aku harus apa? Adikku tidak salah, kan tidak mungkin gara-gara itu aku membencinya. Mama pernah tidak sengaja juga menumpahkan air di laporan Papa tapi Papa tidak marah, lalu kenapa aku harus marah?" tanya Dejun, Winwin tersenyum.

"Benar, sebuah ketidaksengajaan itu adalah diluar kehendak kita, mau menyalahkan siapa kalau tidak sengaja? Tapi memang jika kita bersalah kita harus minta maaf. Papa tidak marah pada Mama karena Mama meminta maaf untuk itu, Nana juga meminta maaf kan pada Dejunnie?" Dejun mengangguk.

"Dejun harus ingat, ada dua kata yang mungkin terdengar biasa tapi sangat berpengaruh di kehidupan kita, yaitu kata 'maaf' dan 'terimakasih'. Jika kita melakukan kesalahan segera minta maaf, mau nanti orang itu memaafkan atau tidak, yang penting minta maaf dulu, dan jika kita dipuji, diberi sesuatu, diberi bantuan, kita harus mengucapkan 'terimakasih'." Dejun menganggukkan kepalanya.

"Akan Dejun ingat!" Winwin tersenyum kecil.

"Sekarang Dejunnie mandi dulu ya? Nana juga masih tidur, nanti saja ceritanya pada Nana, oke?" Dejun mengangguk. Dia turun dari sofa lalu pergi keluar ke kamarnya sendiri untuk mandi. Kamar Dejun ada disebelah kamar Jaemin.

Winwin menatap putra keduanya yang masih terbaring. Jaemin jadi sering sakit akhir-akhir ini dan itu membuatnya cemas. Dia hanya bisa berdoa untuk kebaikan anak-anaknya.

"Cepat sembuh ya sayang" bisik Winwin.

_OUR BOY 02_

"Gege, bagaimana hari ini? Apa Gege bahagia hari ini?"  tanya Jaemin selepas makan malam. Dejun menemaninya di kamar. Selepas makan malam Dejun membawa semua buku untuk esok hari ke kamar Jaemin, dia duduk di sebelah adiknya dan belajar di sana.

Saat ini dia sedang tidak ingin belajar dan ingin bercerita saja kepada adiknya. Aktivitas yang tidak pernah hilang dari mereka.

"Sebenarnya gege ingin bilang kalau gege hari ini bahagia, tapi tidak jadi saat Mark dan Dery cerita mengenai adik mereka. Meeka bilang adik mereka mengesalkan dan membuat mereka sering marah dan dihukum kedua orang tua mereka." Jaemin mendengarkan dengan baik cerita sang kakak.

"Mereka berdua mengadu hingga mengatakan kata benci pada adik mereka. Mereka itu bikin sakit kepala gege tahu tidak? Soalnya mereka pasti cerita begitu kepada gege." Jaemin terkekeh mendengarnya.

"Apa gege juga benci Nana?" tanya Jaemin.

"Tentu saja tidak!" tegas Dejun langsung. Dia mana bisa membenci adiknya? Dulu ia pernah iri, tapi kan setelah dia mencoba memposisikan diri sebagai Jaemin, dia tidak bisa membenci adiknya, tidak bisa iri pada adiknya. Dia bisa merasakan rasa sepi Jaemin.

"Oh benar, kau tidak pernah bertemu dengan mereka ya meski di rumah?" Jaemin mengangguk.

"Lebih baik tidak usah, mereka berisik, kau tidak akan bisa mendapatkan ketenangan." ujar Dejun.

"Mmm... tapi mungkin lebih baik begitu, jadi hidup Nana lebih ramai." Dejun terdiam mendengarnya.

"Kalau terlalu ramai bagaimana?" tanya Dejun.

"Oh, lebih baik Nana dengan Gege saja kalau begitu." Dejun terkekeh mendengar itu.

"Gege, apa sekolah itu menyenangkan?" tanya Jaemin. Dejun mengangguk.

"Kau sudah pernah bertanya ini, Nana." jawab Dejun.

"Nana ingin pergi sekolah seperti Gege, tapi Nana takut nanti disekolah kalau tiba-tiba Nana sakit, pasti akan sangat merepotkan." ujar Jaemin sembari menunduk, tidak lupa ia mainkan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Untuk saat ini lebih baik dengarkan perkataan Papa ya? Jangan pergi sekolah dulu, nanti kalau Nana sudah kuat dan sehat dari ini, Nana pasti juga bisa ke sekolah, bersama Gege." Jaemin mengangguk.

"Papa dan Mama sayang Nana jadi Nana harus menurut. Ini untuk Nana juga, tenang saja, Gege akan menceritakan semua yang Gege alami pada Nana, jadi Nana juga akan ikut merasakan apa yang Gege rasakan." Jaemin mengangguk semangat.

"Nana mengerti! Nana sayang gege!"

"Gege lebih sayang Nana!"

Yuta dan Winwin yang melihat keduanya dari celah pintu kamar Jaemin hanya bisa mengukir senyum bahagia. Mereka senang anak-anak mereka sangat akur, dan mereka berharap ini akan berjalan hingga mereka besar.

Dejun dan Jaemin adalah permata dan harta paling berharga Yuta dan Winwin.

_OUR BOY 02_

[BL] OUR BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang