Amarah Jeno -23

8K 1K 75
                                    

2016

Semenjak hari dimana buku Jaemin basah dan alat lukis yang rusak, penindasan itu tidak berhenti di sana, siswa kelas tiga tidak jarang merusak loker sepatu Jaemin, dan membuang sepatu outdoor Jaemin, sehingga Jaemin pulang tanpa memakai alas kaki, namun dia memilih diam dan tidak mengatakan apapun pada keluarganya. Tidak hanya sepatu, loker Jaemin yang berisi buku, yang sudah rusak dan belum diperbaiki sering dikirimi kotak berisi bangkai kelinci atau tikus, Jaemin pernah baru saja ingin mengambil buku dan melihat bangkai itu ada di sana, dia langsung lari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya, hari itu Winwin langsung dihubungi Dejun dan meminta sang Mama untuk membawa Jaemin pulang.

Penindasan Jaemin berlangsung seminggu, Juyeon sendiri sudah berusaha mengingatkan teman-teman sekelasnya, selama seminggu ia tidak bisa bertindak lebih karena Yuto mengatakan agar dia mencari dulu siapa dalang utamanya, mencari hal lain yang lebih besar, dan itulah yang Juyeon lakukan, dia menyerahkan tugas menjaga Jaemin pada Jeno yang sekelas dengan Jaemin.

Selama seminggu, Yuta masih belum bertindak apapun, bukan karena dia tidak sayang anak bungsunya, tapi lebih pada melihat keadaan saja. Jeno dan teman sekelas Jaemin tidak pernah mengizinkan Jaemin pergi sendiri dan mereka akan selalu setidaknya satu orang akan mengecek loker Jaemin.

Meski Jaemin ditindas selama seminggu dia tetap masuk sekolah. Minggu ini adalah minggu kedua. Jaemin masuk dengan langkah lemas, dia sebenarnya tidak ingin masuk tapi sekali lagi dia ingat jika sekolah adalah keinginannya, dia yang meminta ingin sekolah dan orang tuanya sudah membayar biaya sekolah, dia tidak ingin menyia-nyiakan itu. Selain karena biaya, ini juga karena hari ini ada ulangan harian Geografi.

"Nana yakin masuk? Lemas begitu loh sayang" baru kali ini Winwin ikut mengantar anaknya bersama Yuta. Dia cemas karena akhir-akhir ini anaknya mendapat penindasan tetapi anaknya memilih diam dan tidak bicara.

"Jaemin tidak usah masuk saja, kau lemas begini loh." Bujuk Dejun.

"Tapi kalau Nana tidak masuk, Nana tidak bisa ikut ulangan, sonsaengnim bilang ulangan ini tidak akan ada susulannya, jadi nilai Nana nanti kosong satu." Yuta dan Winwin saling pandang sebelum akhirnya mengangguk.

"Tapi kalau ada apa-apa segera hubungi Papa atau Mama, mengerti?" ingat Yuta, Jaemin mengangguk. Pasangan Nakamoto itu keluar mobil untuk melihat anak mereka masuk ke dalam gerbang sekolah.

"Yuta? Winwin?" keduanya menoleh dan mendapati Taeyong yang sepertinya juga baru mengantar putranya.

"Mengantar siapa?" tanya Yuta langsung.

"Jeno, sepedanya rusak, Mark sudah berangkat pagi buta, Jaehyun sudah mengantar Sungchan, jadi aku yang mengantar Jeno." Jawab Taeyong.

"Sudah akur?" tanya Yuta, Winwin memilih diam.

"Belum" jawab Taeyong pelan. Yuta menghela nafas.

"Anak tengahmu itu sudah terluka dan yang bisa menutup lukanya itu kau dan Jaehyun, kalau kau dan Jaehyun tidak segera memperbaiki hubungan dengan Jeno, anak itu akan terus diam. Anak tengahmu itu akan luluh jika kau dan Jaehyun terus-menerus mendekatinya juga mengajaknya bicara. Dia akan luluh juga, meski butuh waktu yang lama juga." Ujar Yuta, Taeyong diam mendengarkan dan mengangguk kecil.

"Taeyong, apa kau sibuk?" tanya Yuta tiba-tiba.

"Tidak, ada apa?" tanya Taeyong.

"Sayang, aku ikut Taeyong saja bagaimana? Aku punya firasat jika anak kita akan membutuhkan kita nanti, karena tempat Taeyong yang paling dekat dengan sekolah, lebih baik kau ikut Taeyong, bagaimana?" tanya Yuta pada Winwin.

"Tidak masalah hyung, aku juga merasa tak tenang meninggalkan Jaemin saat ini." Yuta tersenyum kecil lalu kembali menatap Taeyong.

"Aku bisa minta tolong temani istriku, tidak?" tanya Yuta.

[BL] OUR BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang